Minggu, 30 Juli 2017

Cara Membuat Clan Garena

Syarat bikin clan PB – Hallo tropers, Jika kita bermain game point blank tidak lengkap rasanya jika tidak memiliki Clan. Clan bisa di buat sendiri atau kita bisa bergabung dengan clan-clan yang sudah ada. Jika kita ingin menjadi CM (Clan Master) tentunya kita harus mempunyai clan sendiri.
Membuat clan di point blank tidaklah sulit asalkan car kita memenuhi persyaratamn yang di minta oleh pb garena. Berikut persyaratan untuk membuat clan di PB garena:
1.Pangkat
Pangkat minimal dalam pembuatan sebuah clan adalah Captain Grade 1 atau yang biasa di sebut dengan Diamond 3 garede 1. Jika pangkat anda sudah memenuhi syarat lanjut ke langkah berikutnya.
2.Point
Untuk pembuatan clan kita membutuhkan point sebanyak 15.000 point, jika point belum cukup silahkan cukupkan terlebih dahulu. Jika sudah, berarti semua syarat telah terpenuhi dan anda bisa membuat sebuah clan.
Catata: Seblum membuat clan pastikan anda tidak sedang bergabung dengan clan lain, jika anda memiliki clan silahkan keluar dari clan tersebut terlebih dahulu.



Berikut cara buat clan PB Garena:
1.Login ke PB garena anda
2.Pada menu silahkan pilih “Clan”
3.Jika sudah maka anda akan di bawa ke halaman seperti berikut4.Pada bagian kanan atas klik “Create”
5.Dan akan muncul pemberitahuan persyaratan untuk membuat clan klik saja “Ok”
6.Setelah itu isi nama clan yang akan anda buat, pilih nama yang bagus karena ganti nama clan membutuhkan cash yang lumayan banyak.
7.Langkah terakhir adalah klik tombol “Create”
8.Selesai…! selamat sekarang anda telah mempunyai sebuah Clan.
Share: 



Model Pembelajaran Role Playing



A.    Model Pembelajaran Role Playing
1.      Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran[1].
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi bagi pedoman perancangan pembelajaran[2]. Model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang mengembangkan dari perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan pembelajaran, buku-buku pelajaran, dan bantuan pelajaran pada program komputer[3].
Model pembelajaran adalah suatu cara belajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu[4]. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar[5].
Model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistim pengelolaannya[6].  Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktrivitas belajar mengajar[7]. Model pembelajaran mempunyai tiga ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur, yaitu[8] :
a.       Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c.       Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berangkat dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka atau bentuk keseluruhan dari proses pembelajaran yang diatur secara sistematis meliputi di dalamnya strategi, metode, teknik serta media dan hal terkait lainnya. Model pembelajaran berbeda dengan strategi, metode, pendekatan, serta teknik dan taktik.
2.      Pengertian Model Pembelajaran Role Playing
Secara etimologis role playing terdiri dari dua kata, yakni role dan playing. Role artinya: peranan, tugas[9]. Playing artinya: permainan, lakon sandiwara, giliran[10]. Berdasarkan pengertian dua kata tersebut, maka secara etimologis role playing adalah permainan peran.
Model pembelajaran role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan peserta didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung kepada apa yang diperankan[11].
Model pembelajaran role playing adalah pembelajaran dengan cara guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunujuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa melakukan skenario yang telah dipelajari[12].
Role playing atau bermain peran adalah: penyajian bahan pelajaran dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya[13]. Bermain peran/role playing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata[14].
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran role playing adalah sebuah penyajian pembelajaran melalui sebuah permainan skenario cerita yang melibatkan siswa untuk memerankan lakon dalam cerita tersebut, dimana isi cerita akan disampaikan lewat dialog aktif antar pemainnya.
3.      Bentuk-Bentuk Bermain Peran/role playing
Terdapat beberapa bentuk permainan peran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, diantaranya:
a.       Permainan bebas, dengan permainan bebas tidak terdapat skenario yang harus diikuti anak. Pengarahan, kemudian peserta didik melakukan sesuai dengan apa yang dapat diserapnya menurut fantasi dan imajinasinya sendiri. Contoh permainan bebas seperti bermain perang-perangan.
b.      Melakonkan suatu cerita.
c.       Sandiwara boneka dan wayang
Peserta didik juga dapat secara bebas memainkan boneka atau wayang yang dibawa mereka atau yang telah disediakan. Ide-Ide dapat dirangsang melalui berbagai sumber seperti: cerita guru, cerita dari buku, radio, televisi maupun film[15].

4.      Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing
Langkah-langkah model role playing adalah:
a.       Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b.      Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum pembelajaran dilaksanakan.
c.       Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang.
d.      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e.       Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
f.       Masing-masing peserta didik duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan (mengamati) skenario yang sedang diperagakan.
g.      Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas[16].
Langkah-langkah role playing adalah sebagai berikut:
a.       Guru menyiapkan skenario pembelajaran.
b.      Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari dialog tersebut.
c.       Pembentukan kelompok siswa.
d.      Penyampaian kompetensi.
e.       Menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari.
f.       Kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon.
g.      Presentasi hasil kelompok.
h.      Bimbingan, kesimpulan, dan refleksi[17].
Prosedur atau langkah-langkah model role playing:
a.       Pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh. Contoh guru menyediakan suatu cerita menjadi kelas, kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berfikir tentang hal tersebut dan memprediksi akhir cerita.
b.      Memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan pemain ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya.
c.       Menata latar/pangung. Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan ini dapat sederhana atau kompleks. Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa aksesoris lengkap) yang menggambarkan urutan pemainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul, kemudian dikuti oleh siapa, dan seterusnya. Sementara penataan latar yang lebih kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan latar/panggung, tetapi proses bermain peran itu sendiri.
d.      Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Pengamat disini harus juga terlibat dalam peran.
e.       Permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Jika permainan peran sudah terlanjur jauh dari apa yang direncanakan, guru dapat menghentikannya supaya tidak jadi masalah.
f.       Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul.
g.      Permainan peran ulang, seharusnya peran kedua  ini akan berjalan lebih baik.
h.      Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas.
i.        Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan[18].
Agar permainan peran berjalan efektif, maka pelaksanaan bermain peran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Persiapan
2.      Penentuan pelaku atau pameran
3.      Pemain bermain peran
4.      Diskusi
5.      Ulangan permainan
Berdasarkan langkah-langkah tersebut di atas, maka dapat disusun langkah-langkah model pembelajaran role playing adalah sebagai berikut:
a.       Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b.      Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.
c.       Guru membetuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang.
d.      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e.       Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
f.       Masing-masing para peserta didik berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g.      Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h.      masing-masing kelompok meyampaikan hasil kesimpulannya.
i.        Guru memberikan kesimpulan secara umum.
j.        Evaluasi
k.      Penutup[19].
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bermain peran:
a.       Masalah yang dijadikan tema cerita hendaknya dialami oleh sebagian peserta didik.
b.      Penentuan pameran hendaknya cara sukarela dan metovasi dari guru.
c.       Jangan terlalu banyak disutradarai, biarkan peserta didik mengembangkan kreatifitas dan spentanitas mereka.
d.      Diskusi diarahkan kepada penyelesaikan akhir (tujuan), bukan kepada baik atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.
e.       Kesimpulan diskusi akan diresumekan oleh guru.
f.       Bermain peran bukanlah sandiwara atau drama biasa melainkan merupakan peranan situasi sosial yang ekpresif dan hanya dimainkan satu babak saja[20]
5.      Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Role Playing
Kebaikan-kebaikan/keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan melaksanakan role playing:
a.       Untuk mengajar  peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
b.      Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik.
c.       Bermain peran menimbulkan diskusi yang hidup.
d.      Peserta didik akan mengerti social psychologis.
e.       Model bermain peran dapat menarik minat peserta didik.
f.       Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi[21].
Kelemahan model role playing:
a.       Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut.
b.      Perbedaan adat-istiadat/kebiasaan dan kehidupan-kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya.
c.       Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjadi pasif.
d.      Kalau guru kurang bijaksana , maka tujuan yang dicapai dari penerapan model ini tidak memuaskan.


[1]Taufina Taufik. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Inovasi Dalam Meningkatkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah Dasar, ( Padang: UNP, 2011), cet ke-2, jilid 2, h. 10
[2] Syaiful Segala dalam Ida Zusnani, Pendidikan Kepribadian Siswa SD-SMP, (Paltinum, 2013), cet ke 1, jilid 1, h. 11
[3] Joyco dan Weil dalam Ida Zusnanih, Ibid, h. 12
[4] Ibid, h, 12
[5]  Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif, (Medan: Media Persada, 2014), cet  ke-3,  jilid 3, h. 1
[6] Arend dalam Non Syafriadi, Strategi Pembelajaran, (Padang : Salsabila Grafika, 2012), cet ke 1, jilid 1, h. 31
[7] Soekamto dalam Non Syafriadi, Ibid, h, 32
 [8] Non Syafriadi, Ibid, h. 32-33
[9] Desi Anwar, Kamus Lengkap 100 Milliard nggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Surabaya:Amolia), h. 272
[10] Desi Anwar, Ibid, h. 247
[11] Taufik Tafina, Op, Cit, h. 13
[12] Ida Zusnani, Op, Cit, h. 45
[13] Ramayulius, 2005;273 dalam Istarani, Op, Cit, h. 70
[14] Sudjana, 2013;134 dalam Istarani, Ibid, h. 70
[15] Istarani, Ibid, h. 80
[16] TaufikTafina, Op, Cit, h. 13
[17] Ida Zusnani, Op, Cit, h. 45
[18] Hamzah B. Uno, 2007;26-28 dalam Istarani, Op, Cit, h. 71
[19] Istarani, Ibid, h. 76
[20] Ramayulius, 2008;278-279 dalam Istarani, Ibid, h. 80
[21] Istarani, Ibid , h. 78

Suku banyak teorema sisa (matematika)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika pada hakikatnya adalah ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi mod...