A.
Model Pembelajaran Role Playing
1. Pengertian Model
Pembelajaran
Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu, dan berfungsi bagi pedoman perancangan pembelajaran. Model pembelajaran
merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang mengembangkan dari
perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan
pembelajaran, buku-buku pelajaran, dan bantuan pelajaran pada program komputer.
Model pembelajaran
adalah suatu cara belajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu. Model pembelajaran adalah
seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum,
sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang
terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
Model pembelajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungan, dan sistim pengelolaannya. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktrivitas belajar mengajar. Model pembelajaran
mempunyai tiga ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau
prosedur, yaitu
:
a.
Rasional teoritik
logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.
Landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai).
c.
Tingkah laku
pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Berangkat dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka atau
bentuk keseluruhan dari proses pembelajaran yang diatur secara sistematis
meliputi di dalamnya strategi, metode, teknik serta media dan hal terkait
lainnya. Model pembelajaran berbeda dengan strategi, metode, pendekatan, serta
teknik dan taktik.
2. Pengertian
Model Pembelajaran Role Playing
Secara etimologis role playing terdiri
dari dua kata, yakni role dan playing. Role artinya:
peranan, tugas.
Playing artinya: permainan, lakon sandiwara, giliran.
Berdasarkan pengertian dua kata tersebut, maka secara etimologis role
playing adalah permainan peran.
Model pembelajaran role playing adalah
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan
peserta didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung kepada
apa yang diperankan.
Model pembelajaran role playing adalah
pembelajaran dengan cara guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunujuk
beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa,
penyampaian kompetensi, menunjuk siswa melakukan skenario yang telah dipelajari.
Role playing atau bermain peran adalah:
penyajian bahan pelajaran dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam
bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan
sosio yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.
Bermain peran/role playing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status dan
fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran role playing adalah sebuah
penyajian pembelajaran melalui sebuah permainan skenario cerita yang melibatkan
siswa untuk memerankan lakon dalam cerita tersebut, dimana isi cerita akan
disampaikan lewat dialog aktif antar pemainnya.
3. Bentuk-Bentuk
Bermain Peran/role playing
Terdapat beberapa bentuk permainan peran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran, diantaranya:
a.
Permainan bebas, dengan permainan bebas tidak
terdapat skenario yang harus diikuti anak. Pengarahan, kemudian peserta didik
melakukan sesuai dengan apa yang dapat diserapnya menurut fantasi dan imajinasinya
sendiri. Contoh permainan bebas seperti bermain perang-perangan.
b.
Melakonkan suatu cerita.
c.
Sandiwara boneka dan wayang
Peserta didik juga dapat secara bebas memainkan
boneka atau wayang yang dibawa mereka atau yang telah disediakan. Ide-Ide dapat
dirangsang melalui berbagai sumber seperti: cerita guru, cerita dari buku, radio, televisi maupun film.
4. Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Role Playing
Langkah-langkah model role playing adalah:
a.
Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan
ditampilkan.
b.
Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari
skenario dua hari sebelum pembelajaran dilaksanakan.
c.
Guru membentuk kelompok peserta didik yang
anggotanya 5 orang.
d.
Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai.
e.
Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk
untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
f.
Masing-masing peserta didik duduk di kelompoknya,
masing-masing sambil memperhatikan (mengamati) skenario yang sedang
diperagakan.
g.
Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta
didik diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.
Langkah-langkah role playing adalah
sebagai berikut:
a.
Guru menyiapkan skenario pembelajaran.
b.
Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari
dialog tersebut.
c.
Pembentukan kelompok siswa.
d.
Penyampaian kompetensi.
e.
Menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah
dipelajari.
f.
Kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh
pelakon.
g.
Presentasi hasil kelompok.
h.
Bimbingan, kesimpulan, dan refleksi.
Prosedur atau langkah-langkah model role
playing:
a.
Pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada
permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu
mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah
menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh. Contoh guru
menyediakan suatu cerita menjadi kelas, kemudian dilanjutkan dengan pengajuan
pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berfikir tentang hal tersebut dan
memprediksi akhir cerita.
b.
Memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru
membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan
memainkannya. Dalam pemilihan pemain ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai
untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan
mendeskripsikan peran-perannya.
c.
Menata latar/pangung. Dalam hal ini guru
mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa
saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan ini dapat sederhana atau kompleks.
Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa aksesoris lengkap)
yang menggambarkan urutan pemainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul,
kemudian dikuti oleh siapa, dan seterusnya. Sementara penataan latar yang lebih
kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain. Konsep sederhana
memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan latar/panggung,
tetapi proses bermain peran itu sendiri.
d.
Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat.
Pengamat disini harus juga terlibat dalam peran.
e.
Permainan peran dimulai. Permainan peran
dilaksanakan secara spontan. Jika permainan peran sudah terlanjur jauh dari apa
yang direncanakan, guru dapat menghentikannya supaya tidak jadi masalah.
f.
Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan
melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan
muncul.
g.
Permainan peran ulang, seharusnya peran kedua ini akan berjalan lebih baik.
h.
Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada
realitas.
i.
Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema
permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
Agar permainan peran berjalan efektif, maka
pelaksanaan bermain peran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Persiapan
2.
Penentuan pelaku atau pameran
3.
Pemain bermain peran
4.
Diskusi
5.
Ulangan permainan
Berdasarkan langkah-langkah tersebut di atas,
maka dapat disusun langkah-langkah model pembelajaran role playing
adalah sebagai berikut:
a.
Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b.
Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari
skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.
c.
Guru membetuk kelompok peserta didik yang anggotanya
5 orang.
d.
Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e.
Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk
untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
f.
Masing-masing para peserta didik berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g.
Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik
diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h.
masing-masing kelompok meyampaikan hasil
kesimpulannya.
i.
Guru memberikan kesimpulan secara umum.
j.
Evaluasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
bermain peran:
a.
Masalah yang dijadikan tema cerita hendaknya dialami
oleh sebagian peserta didik.
b.
Penentuan pameran hendaknya cara sukarela dan
metovasi dari guru.
c.
Jangan terlalu banyak disutradarai, biarkan peserta
didik mengembangkan kreatifitas dan spentanitas mereka.
d.
Diskusi diarahkan kepada penyelesaikan akhir
(tujuan), bukan kepada baik atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.
e.
Kesimpulan diskusi akan diresumekan oleh guru.
f.
Bermain peran bukanlah sandiwara atau drama biasa
melainkan merupakan peranan situasi sosial yang ekpresif dan hanya
dimainkan satu babak saja
5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Role Playing
Kebaikan-kebaikan/keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan melaksanakan role
playing:
a.
Untuk mengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan
dirinya dengan orang lain.
b.
Guru dapat melihat
kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik.
c.
Bermain peran
menimbulkan diskusi yang hidup.
d.
Peserta didik akan
mengerti social psychologis.
e.
Model bermain peran
dapat menarik minat peserta didik.
f.
Melatih peserta didik untuk
berinisiatif dan berkreasi.