Selasa, 22 Agustus 2017

Pasambahan adat Minang kabau


 
BAB II
LANDASAN TEORETIS

A.  Sumber Dasar Adat Minangkabau
1. Alam Terkembang Jadi Guru
Alam terkembang jadi guru merupakan sumber Dasar adat Minangkabau, dan alam ini lah yang kita jadikan sebagai guru kita untuk belajar,guru kita bukan guru di sekolah saja ,dimesjid atau di tempat les tapi kita juga bisa belajar dengan alam sekitar kita. Dalam alqur’an sebagai sumber ajaran agama islam untuk menyuruh manusia agar mempelajari tentang alam ini, dan berdasarkan firman allah dalam alqur’an itu akan bertambah jelas syarak basandi Kitabullah.[1]
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui salah satu falsafah adat Minangkabau adalah alam takambang jadi guru maksudnya adalah menjadikan alam sebagi sumber belajar. Semua unsur yang ada di alam dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran, baik itu dari tumbuhan, hewan maupun sesama manusia.
2. Alam Terkembang Rahmat Allah
Berdasarkan kenyataan, adat Minangkabau berpedoman kepada ketentuan dalam alam, dan firman Allah terdapat dalam Alqur’an tentang mempelajari alam itu oleh orang yang berfikir. Menurut ”Adat akan tetap merupakan hukum dan aturan selama tidak bertentangan dengan syari’at Allah (syarak), yakni agama Islam.[2]     
B. Ninik Mamak
1. Pengertian Ninik Mamak
Ninik mamak ialah pemimpin masyarakat Minangkabau dalam urusan adat. Ninik mamak yaitu orang yang dituakan dalam kaum yang mengurus rumah tangga kaum. Di samping tugas itu ada pula di antara ninik mamak yang terpilih menjadi penghulu, Malin, manti atau dubalang adat. Jadi yang dimaksud ninik mamak adalah seluruh penghulu adat dan pembantu-pembantunya.[3]
Mamak adalah semua laki-laki dewasa (sudah kawin). Di Minangkabau ada dua fungsi laki-laki, pertama sebagai pemimpin rumah tangga dan yang kedua adalah sebagai mamak berarti pemimpin dari adik-adik dan kemenakannya.[4]  
Ninik mamak dalam adat minangkabau disebut juga penghulu. Penghulu adalah urang nan mampunyoi budi nan dalam dan bicaro nan halus[5]. Sedangkan menurut Sayuti ninik mamak/ penghulu adalah seorang pemimpin adat yang selalu berusaha memayomi dan mengayomi kepentingan anak kemenakannya dalam kaum atau dalam sukunya.[6]
Ninik mamak  adalah unsur pimpinan yang terdiri dari penghulu beserta dengan unsur empat jinihnya dan mamak-mamak lainnya seperti tungganai, mamak kapalo kaum dan mamak kapalo waris.[7]
Ninik mamak adalah merupakan satu kesatuan dalam sebuah lembaga perhimpunan Pangulu dalam suatu kanagarian di Minangkabau  yang terdiri dari beberapa Datuk-Datuk kepala suku atau pangulu suku /kaum yang mana mereka berhimpun dalam satu kelembagaan yang disebut Kerapatan Adat Nagari (KAN). Diantara para Datuk-Datuk atau ninik mamak itu dipilih salah satu untuk menjadi ketuanya itulah yang dinamakan Ketua KAN. Orang-orang yang tergabung dalam KAN inilah yang disebut ninik mamak, “Niniak mamak dalam nagari pai tampek batanyo pulang tampek babarito”.[8]
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan ninik mamak adalah  laki-laki yang menjadi pemimpin dalam masyarakat Minangkabau yang disebut juga penghulu dengan seluruh pembantu-pembantunya dalam adat. Di dalam adat Minangkabau mamak adalah pemimpin anak kemenakannya. Kumpulan-kumpulan mamak tersebut sampai dengan penghulu dan pembantunya lah yang dinamai ninik maamak.
2. Komponen-Komponen Ninik Mamak dalam Nagari
 Ninik mamak merupakan seluruh penghulu dan pembantu-pembantu adat. Penghulu adalah orang yang dituakan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Fungsi seorang penghulu adalah pemimpin sukunya dalam urusan adat. Berdasarkan mamangan adat yang berbunyi: Kamanakan barajo kamamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu barajo ka nan bana, nana bana badiri sandirinyo. Untuk menjalankan tugas sehari-harinya penghulu dibantu oleh manti, malin, dan dubalang.[9]
a.       Penghulu
Penghulu adalah seorang pemimpin adat yang selalu berusaha memayungi dan mengayomi kepentingan anak kemenakannya dalam kaum atau dalam sukunya.[10]
Pangulu berasal dari kata Pangka dan Hulu (pangkal dan hulu) Pangkal artinya tampuk atau tangkai yang akan jadi pegangan, sedangkan hulu artinya asal atau tempat awal keluar atau terbitnya sesuatu, maka pangulu di Minangkabau artinya yang memegang tampuk tangkai yang akan menjadi pengendali pengarah pengawas pelindung terhadap anak kemenakan  serta tempat keluarnya sebuah aturan dan keputusan yang  dibutuhkan oleh masyarakat anak kemenakan yang dipimpin pangulu, “Tampuak tangkai didalam suku nan mahitam mamutiahkan tibo dibiang kamancabiak tibo digantaiang kamamutuih”.[11]
Menurut Idrus Hakimy penghulu adalah orang yang mempunyai budi yang dalam bicaro yang halueih, artinya orang yang akan jadi penghulu itu mestinya dipilih oleh kaumnya laki-laki dan perempuan yang telah balig berakal, adalah orang yang berbudi pekerti, sopan santun, ramah tanah, rendah hati.[12]
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat penghulu adalah pemimpin adat yang mengayomi kepentingan anak kemenakannya dalam kaum dalam sukunya yang mempunyai budi pekerti yang dalm bicaro yang haluieh. Penghulu dipilih oleh anak kemenakan laki-laki dan perempuan, tua dan muda, kaya dan miskin dalam satu kaum.

b.      Malin
Malin adalah sebutan untuk orang alim atau alim ulama dan mua’alim. Sebelum islam masuk ke Minangkabau kedudukannya dijabat oleh pandito. Malin adalah jabatan fungsional dalam suku yang dipercayakan oleh penghulu atas kesepakatan anak kemenakannya.[13]
Menurut Suarman Malin adalah pembantu penghulu yang bertugas dalam suku sebagai suluh bagi anak kemenakannya tentang agama islam. Baik masalah aturan ibadah maupun fiqih.[14]  Yulfian juga mengutarakan hal yang sama Malin adalah pembantu penghulu untuk menyelenggarakan berbagai urusan keagamaan urusan tersebut, misalnya nikah, talak, rujuk, kelahiran, kematian, zakat dan lain-lain.[15]
Berdasarkan uraian tersebut dapat di simpulkan Malin adalah pembantu penghulu yang bertugas dalam berbagai urusan keagamaan. Malin sangat penting peranannya bagi kemajuan anak kemenakannya dan bimbingan terhadap masyarakat dalam hal keagamaan.
Fungsi Malin dalam nagari adalah sebagai panutan yang menerangkan jalan di dunia dan menjadi suluh untuk ke akhirat dan lebih jauh seperti pepatah berikut:
Malin dalam adat adalah jadi ikutan lahie batin
Kapanyuluah anak kamanakan
Manarangi jalan di dunie
Manyuluah jalan ka akhirat
Tampek batanyo halal haram
Sarato sah dengan batal[16]
Berdasarkan pepatah tersebut tampaklah fungsi malin dalam masyarakat seperti jadi ikatan lahir dan batin, memberi contoh dan teladan atau jadi panutan. Sebagai suluh bendang dalam nagari, malin itu berkewajiban menunjukkan yang baik dan yang buruk, menyetakan yang terlarang dan tersuruh oleh agama islam. Sebagai seorang pemimpin dalam bidang agama, malin dapat memberikan pertimbangan kepada penghulu tentang hal yang menyangkut al-Qur’an dan Hadist.
c.       Manti
Manti adalah pembantu penghulu untuk menyelenggarakan berbagai urusan komunikasi (hubungan) antara warga dalam sebuah suku. Manti bertugas menyampaikan segala kebijaksanaan penghulu kepada anggotanya dan kritik, saran dan perasaan dari anggotanya kepada penghulu.[17]
Manti asal katanya dari mantari yang artinya orang yang dipercaya membantu penghulu secara administrasi adat dalam kaumnya atau dalam sukunya. Dalam kata adat Minangkabau disebut manti permato nagari sebagai ulasan jari sambungan lidah penghulu baik ke dalam maupun keluar kaum atau suku.[18]
Menurut Suarman Manti adalah kumpulan orang-orang pandai atau disebut juga cadiak pandai merupakan orang yang cepat mengerti dan pandai mencari pemecahan suatu masalah dalam berfikir panjang akalnya.[19]
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan manti adalah orang yang dapat mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk kepentingan hidup, pribadi dan untuk masyarakat kerena kemampuannya dan kecerdikannya dalam kehidupan.
Manti bertugas memeriksa perkara dan menyampaikan keputusan akhir dari penghulu yang bertindak sebagai hakim. Oleh karena tugasnya sebagai penghubung, maka kata-katanya terkenal dengan istilah kato bahubuang.[20]
Fungsi manti dalam nagari sebagai berikut:
1)      Memberikan peringatan kepada orang-orang tentang tingkah laku yang sduah keluar dari sopan santun.
2)      Memberi pentunjuk bagi kaum kerabatnya tentang jalan yang baik ataupun pengajaran kepada yang baik.
3)      Mempergunakan ilmu pengetahuan secara suci dan ikhlas untuk membina kaumnya dan masyarakat.
4)      Dengan pembicaraan yang lembut, cerdik pandai itu dapat melunakan hati yang keras dan dengan muslihatnya dapat melunakan kaum kerabatnya.
5)      Cerdik pandai itu dapat memberikan pengajaran pada rapat-rapat agar terbuka mata masyarakat untuk memilih yang baik dan benar.
6)      Kaum cerdik pandai itu harus dapat mendekatkan dengan kaum kerabat dan anggota masyarakat agar terbina hubungan yang baik diantara kedua pihak sehingga mencapai segala kerja untuk nagari.[21]
Jadi fungsi sebagai cerdik pandai sebagai pagar atau jangan dilanggar sehingga dengan kemampuan ilmu dan pengetahuannya terpeliharalah isi nagari termasuk anak dan kemenakannya.

d.      Dubalang
Dubalang disebut orang juga hulubalang, dubalang adalah jabatan fungsional adat dalam kaumnya yang terpilih kepada penghulu dengan persetujuan anak kemenakan. Seorang dubalang bertanggung jawab kepada penghulu dalam hal menegakkan dan mengawal segala keputusan yang sudah disepakati.[22]
Dubalang adat adalah sebagai penegak keamanan nagari, suku dan anak kemenakan yang dapat menindak langsung segala yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.[23]
Dubalang juga bertugas mengawal penghulu kalau seketika penghulu dalam menghadapi perkara dengan pihak luar. Sebagai penegak keamanan nagari, suku dan anak kemenakan yang dapat menindak langsung segala yang terjadi di tengah-tenagah masyarakat.
3. Sifat-Sifat Ninik Mamak
Penghulu dan pembantu-pembantunya dalam adat harus memiliki sisfat sebagai berikut: Karena penghulu di Minangkabau untuk memelihara anak kamanakannya lahir dan bathin, moril dan materil, dunia-akhirat, maka seorang penghulu seharusnya melengkapi diri dengan sifat-sifat seorang pemimpin, yakni baik dan terpuji, karena penghulu adalah panutan, dan setiap pemimpin akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya kedpada Allah, maka sifat penghulu ada 4 macam:
a.       Siddik artinya penghulu itu bersifat benar. 
b.      Amanah artinya penghulu dipercaya lahir bathin.
c.       Fathanah artinya penghulu itu cerdas (cadiak 
d.      Tablig artinya penghulu itu penyampai.[24]
Selain sifat tersebut, Suarman menjelaskan seorang penghulu haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.         Kuat pendiriannya ats kebenaran atau menegakkan yang benar itu dengan gigih
b.        Kuat bekerja untuk kebaikan
c.         Suka memperbaiki pagar nagari
d.        Kuat memproduksi untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya dan masyarakat
e.         Tahu akan kerja yang salah dan benar
f.         Pandai menyelesaikan yang kusust.[25]
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan ninik mamak atau penghulu hendaklah mempunyai sifat-sifat yang terpuji. Jnganlah bersifat berlawanan dengan empat sifat yang telah di uraikan, umpanya tidak adil, pendusta, mengubah kebenaran, memungkiri janji, tidak jujur dalam tingkah laku, menelantarkan anak kemenakan.
4. Cara Pengangkatan Pangulu
Seorang pangulu dipilih dan dinobatkan apabila terjadi beberapa hal dalam suatu suku atau kaum :
a.    Apa bila Datuk atau Pangulu yang terdahulu tealah meninggal dunia (Patah tumbuah hulang baganti)
b.    Apa bila Datauk atau Pangulu yang saat ini sedang menyandang gelar Datuak telah berusia lanjut atau dalam keadaan sakit berat dan tidak mungkin atau sanggup lagi untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai Datauak atau Pangulu. (Hilang dicari lapuak diganti)
c.    Apa bila Datauak yang sedang menyandang gelar Datuak atau Pangulu saai ini mengundurkan diri minta diganti, (Malatak an gala)
d.   Apa bila terjadi pelanggaran moral, adat dan agama serta hukum yang berlaku lainnya oleg orang yang menyandang gelar Datuak atau Pangulu saat ini dan anak kemenakan sepakat untuk menggantinya, (Mambuek cabuah jo sumbang salah)
e.    Kalau ada Datauk atau pangulu yang sudah lama tidak di angkat karena sesuatu hal dan saat ini sudah memnuhi syarat untuk dianggkat (Mambangkik Batang Tarandam)[26]
Dalam tatanan adat Minang Kabau ada 2 cara memilih seorang panghulu atau Datuak :
a.         Menurut adat Suku Bodi Chaniago dan pecahannya (banyak lagi nama suku suku yang lain pecahan dari suku asal Bodi dan Chaniago ata Koto Piliang) seorang pangulu atau Datuak dipilih secara musyawarah mufakat oleh anak kemenakan suku tersebut berdasarkan syarat-syarat tertentu dengan mempertimbangkan mungkin dan patut, dalam istilah adat disebut “Hilang dicari lapuak diganti, duduak samo randah tagak samo tinggi, duduak saamparan tagak sapamatang
b.         Menurut adat suku Koto Piliang dan pecahannya seorang pangulu atau datauak dipilih berdasarkan keturunan dan pergiliran gelar pengulu tersebut dalam suku atau kaum itu berdasarkan syarat-syarat tertentu dengan mempertimbangkan mungkin dan patut, dalam istilah adat disebut “ramo ramo sikumbang jati katik endah pulang bakudo, patah tumbuah hilang baganti pusako lakek kanan mudo”, rueh tumbuah dimato.
5. Peranan Ninik Mamak
Dari perspektif sosilogis, salah satu peluang berperananan dengan baik, status/ kedudukan jalas. Pangulu dan atau Datuk sebagai pemimpin ninik mamak, didahulukan selangkah ditnggikan seranting. Ninik mamak punya kedudukan kuat dalam kaumnya. Penghulu tagak di pintu adat, dihormati sebagai gadang basa batuah.[27]
Dalam berperanan penghulu dibantu Malin, tempat bamufti (tempat minta fatwa). Malin justru tagak di pintu agamo, dihormati sebagai suluah bendang dalam nagari. Dalam membantu penghulu/ Datuk menyelesaikan sengketa, dibantu manti. Justru manti tagak di pintu susah, dihormati piawai dalam manyalasaikan silang sangketo anak nagari, tahu ereng jo gendeng, mauleh indak mangasan. Demikian pula dalam mengeksekusi silang sengketa, penghulu dibantu dubalang, posisinya tagak dipintu mati, berperanan sebagai pengamanan huru hara, batuhuak ja baparang.
Penghulu duduk dilimbago kaum/suku/kampung berperanan mengayomi anak kamanakan baik dari limbago paruik/ jurai sampai ke kaum suku di kampung. Di limbago nagari di wadah Kerapatan Adat Nagari (KAN) penghulu dipercayakan sebagai Pucuak adat dan atau ketua KAN, statusnya berada pada pucuk pimpinan adat di nagari. Pucuk adat ini setidaknya didukung Datuk ampek suku, Penghulu andiko di limbago kaum suku di kampung serta urang nan-4 jinih ( jinih nan-4) untuk melaksanakan peranannya mengayomi anak kamanakan dan masyarakat adat di nagari.
a.    Mengayomi anak kamanakan dan masyarakat adat di nagari
Mengayomi dimaksud di antaranya peranan menciptakan peluang bagi kamanakan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas serta tuah dalam nagari. Pengulu menghindari diri mencari keuntungan dalam kaumnya. Ajaran ini diisyaratkan dalam bidal orang Minang, Mancari dama ka bawah rumah, mamapeh dalam balanggo, artinya mencari keuntungan ke dalam lingkungan anak kemenakan sendiri di paruik/ jurai atau kampung. Justru penghulu serta seluruh ninik mamak memposisikan diri berperanan: Pusek jalo kumpulan ikan, pucuak usah tarateh, urek ijan taganjak.Artinya pimpinan mulai dari ninik mamak sampai mandeh bapak (ibu dan bapak) memposisikan diri menjadi tumpuan harapan dan sumber keteladanan dan contoh yang baik  bagi anak kamanakan dan kukuh menghadapi segala tantangan dalam memimpin anak kamanakan.[28]
Kalau terjadi hal-hal yang dapat menyulut perasaan dan menyita pikiran, penghulu harus, balawik leba – bapadang lapang. Raso dibaok naiak, pareso dibaok turun. Artinya penghulu sebagai pemimpin harus luwes, besar jiwa, lapang dada, cerdas perasaan diseimbangkan dengan kecerdasan berfikir rasional, sehingga berpotensi sebagai sumber pembentukan pribadi/ karakter berbudi anak kamanakan.
Cerdas dalam perasaan dan berfikir diaplikasikan saat menghadapi problema dalam kaum. Saat melihat fenomena anak kamanakan dan kampung  harus dikembangkan, berlaku petatah/ pepatah: Sayang di anak dilacuti, sayang di kampuang ditinggakan.  Artinya penghulu yang baik tidak membiarkan anak kamanakannya berbuat tidak baik, ada saat menyangi dengan memberi reward, tetapi tidak meniadakan tindakan memarahi saat salah dengan mendidik. Demikian pula saat mengabadikan rasa cinta pada kampong (kaum suku), tidak harus bertopang dagu dan atau berpangku tangan membiarkan kampung melarat, saat harus meninggalkan kampung, harus dilakukan mencari pengalamanan/ pengetahuan bagi perbaikan kampung ke depan. Tindakan penghulu seperti ini bagian dari contoh yang diberikan dalam peranannya untuk mendidik anak kamanakan berbudi.
b.    Mengajar anak kamanakan babudi elok, basok katuju, sopan dan santun
Anak kamanakan berbudi elok, baso katuju serta sopan dan santun, tidak tergantung dari tinggi rendahnya ilmu yang dimiliki. Justru karakter itu menjadi prilaku, bila dilakukan pembiasaan. Penghulu dulu dalam mendidik kamanakannya babudi elok, dididik di surau suku dengan mengajar trilogi: adat (buek) dan agama (syara’) serta silat (bela diri dimulai dari kekuatan silaturrahmi). Seolah surau suku yang dipimpin ninik mamak itu merupakan simbol budi anak kamanakan.[29]
Salah satu ciri kamanakan berbudi elok dan sopan, terlihat dalam sikapnya, tak pernah membesarkan diri, meski ia orang besar, tidak meninggikan diri meski punya ilmu tinggi. Adat Minang mengisyaratkan bagikan padi, makin berisi makin tunduk, artinya makin besar, makin merendah. Orang Minang mengajari penghulu dan anak kamanakan mempunyai sikap menghormati orang besar dengan prilaku tidak membesarkan dan meninggikan diri. Kata orang Minang: barakyat dulu mangko barajo, jikok panghulu bakamanakan. Kalau duduak jo nan tuo pandai nan usah dipanggakkan. Artinya ketika seorang anak atau kamanakan duduk bersama orang tua (baik usianya tua mau yang dituakan/ditinggikan seranting) menghindari diri untuk membanggakan diri dengan kepandaian, kebesaran dan atau kemuliaan yang dimilik, dan menjatuhkan martabat orang yang dibesarkan dalam duduk bersama.
Karakter anak kamanakan dengan prilaku baik secara faktual banyak berpangkal dari didikan mamak dan mandeh bapak. Sering anak salah ditanya orang siapa mandeh bapaknya, kamanakan tak sopan ditanya orang siapa mamamknya. Orang Minang mengisyaratkan dalam petatahnya: barajo Buo Sumpu Kuduih tigo jo rajo Pagaruyuang, Ibu jo bapak pangkanyo manjadi anak rang bautang, artinya prilaku salah seorang anak kamanakan banyak ditentukan didikan mamak dan mandeh bapak (ibu – ayah). Karenanya ayah satu sisi juga berperanan sebagai mamak di kampungnya.[30].
Mengajar anak kamanakan berbudi oleh penghulu, diikuti pencerdasan oleh mandeh bapak dengan melaksanakan ajaran syara’: melaksanakan rukun iman dan rukun Islam seperti bersyahadat, ibadat shalat, zakat, puasa dsb. Pepatah orang Minang mengingatkan utang orang tua mengajar pengamalan agama: biasokan anak-anak jo sumbayang, aja batauhid sarato iman/ santoso dunia jo akhiraik/ lapeh utang ibu jo bapak.
Orang tua terutama ibu memberikan jaminan kepada anaknya keselamatan di dunia dan akhirat. Ibu di Minang bagian dari bundo kanduang. Makna seorang ibu dalam syara’ (Islam) disebutkan sarugo di bawah telapak kaki ibu, dalam adat disebut bundo undung-undung ka sarugo. Artinya seperti tadi disebut: didikan ibu yang baik membawa anak senang dan damai di dunia dan sarugo dunia akhirat. Senang dan damai itu disebut sorga.
Dalam mendidikan anak, orang tua harus memulai dengan yang baik. Orang Minang mengisyaratkan: kalau kuriak induaknyo rintiak anaknyo. Artinya ibu bapak yang baik akan melahirkan anak baik. Makanya nenek moyang Minang berfikir jauh kedepan seperti mempunyai indra keenam agar tidak meninggalkan anak cucu yang lemah baik dalam harta meninggalkan pusaka tinggi maupun berperinsip dan berakidah serta beribadah. Orang Minang mengajarkan: kok alah sampai di hulu, balunlah pulo sacukuiknyo. Dek kokoh niniak nan dahulu kunci nan limo pambukaknyo. Artinya nenek moyang Minangkabau jauh kedepan memikirkan kekuatan SDM, kesejahteraan, kemuliaan anak cucuk dengan menggunakan kelima indranya bahkan memiliki indra keenam.
Terasa benar nenek moyang Minang hidup mulia mati meninggalkan jasa, dikiaskan dalam petatahnya: mati harimau tingga balang, mati gajah tingga gadiang. Artinya penuh dengan kemuliaan dan meninggalkan jasa baik bagi anak cucuk (keluraga dan masyarakat), bagian pendidikan mereka kepada generasi muda sepanjang masa. Nenek moyang tak ingin anak cucunya melarat disebabkan orang tuanya. Ini tersirat dalam ungkapan: Indomo di Saruaso, Datuak Mangkudun di Sumaniak, sabab anak jatuah binaso, ibu bapak nan kurang cadiak.  Karenanya pula orang Minang di samping mewariskan pusaka tinggi, juga menyuruh berhemat untuk tidak menjual pusaka tinggi dengan sikap berpoya-poya dan badunia. Lihatlah dalam petitihnya sebagai berikut:
Dari ketek mulai baimaik,
untuak tunaikan rukun kalimo,
baraja imaik jadi didikan
sanang santoso akhia kamudian.
Sikap hemat diajari; simpan yang ada dan makan yang tak ada. Artinya yang ada disimpan, untuk dimakan sehari-hari rajin mencari dan sisakan, hematkan dan tabungkan. Dengan sikap hemat menabung dan rajin berusaha keras agar bisa menyisakan pencaharian olah orang tua Minang, banyak maksud yang bisa dicapai, kalau dalam Islam bisa ke Makah naik haji menunaikan rukun Islam kelima.
Dengan cara itu, satu di antara kita generasi Minang untuk kuat, berguna dan punya kehormatan. Orang Minang tak ingin anaknya lemah dan hanya menjadi tenaga cadangan dan tidak utama. Kias orang Minang; calak-calak ganti asah, pananti tukang manjalang datang, panunggu dukun manjalang tibo. Artinya jangan generasi Minang tidak memposisikan dirinya sebagai pemeran utama, harus yang utama dan di garda terdepan diharapkan masyarkat, bangsa dan negara.
C. Kemenakan
1. Pengertian Kemenakan
Kemenakan adalah anak saudara perempuan baik laki-laki atau perempuan. Secara khusus semua orang Minangkabau adalah kemenakan. Kemenakan dalam arti ini adalah orang yang di pimpin, semua orang Minangkabau dipimpin oleh mamak.[31]
Kemenakan menjadi orang yang dipimpin, hal ini sesuai dengan ungkapan kamanakan barajo ka mamak, artinya setiap kemenakan berajo kepada mamaknya. Kemenakan dipimpin oleh mamaknya. Jadi kedudukan kemenakan laki-laki dan perempuan sangat dibutuhkan dalam keluarga. Kemenakan laki-laki sebagai kader pemimpin atau calon ninik mamak. Kemenakan perempuan sebagai calon bundo kanduang. Oleh sebab itu, kemenakan harus selalu dibekali dengan pengetahuan adat dan agama islam.
2. Jenis-Jenis Kemenakan
Adat Minangkabau terdapat empat golongan kemenakan, yaitu:
a.       Kemenakan dibawah daguak adalah kemenakan yang mempunyai hubungan darah baik jauh maupun dekat. Hubungan ini jelas terlihat dalam sebuah ranji kaum.
b.      Kemenakan di bawah dado adalah kemenakan yang mempunyai hubungan karena sukunya sama, tetapi berlainan penghulunya. Kemenakan dari golongan ini tidak ber hak memerima sako (gelar pusaka) tetapu memiliki hak terhadap warisan pusako (harta pusaka) bila kemanakan dibawah daguak tidak ada.
c.       Kemenakan di bawah pusek adalah kemenakan yang memiliki suku yang sama, tetapi nagari asalnya berbeda. Kemenakan dalam golongan ini meski dalam pergaulan dipandang sama dengan kemenakan lainnya, namun tidak berhak atas sako, pusako jika masih ada kemenakan di bawah daguak dan kemenakan dibawah pusek.
d.      Kemenakan di bawah lutuik adalah orang lain yang berbeda suku dan berbeda nagari, tetapi minta perlindungan kepadanya. Biasanya kemenakan golongan ini kehadirannya disebabkan oleh kebiasaan merantau bagi orang Minangkabau.[32]
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat empat golongan kemenakan di Minangkabau yang mempunyai tugas dan peranan masing-masing. Kemenakan harus tunduk dan patuh pada bimbingan mamaknya. Setiap kemenakan wajib membantu mamak dan tampil untuk menjaga kehormatan mamak dan kaum.

D. Pasambahan
1. Pengertian Pasambahan
Kata pasambahan berasal dari "sambah manyambah". Sambah-manyambah di sini tidak ada hubungannya dengan menyembah Tuhan, dan orang Minang tidak menyembah penghulu atau orang-orang terhormat dalam kaumnya. Melainkan yang dimaksud adalah pasambahan kato. Artinya pihak-pihak yang berbicara atau berdialog mempersembakan kata-katanya dengan penuh hormat, dan dijawab dengan cara yang penuh hormat pula. Untuk itu digunakan suatu varian Bahasa Minang tertentu, yang mempunyai format baku. Acara ini dilakukan dalam upacara adat yang merupakan pembicaraan antara si pangka (yang punya acara tersebut) dengan si alek (tamu pada acara tersebut). Si pangka akan menyampaikan permasalahan yang akan dilakukan pada acara tersebut dan si alek akan mengolah dan menyampaikan tanggapan atas apa yang disampaikan si pangka. Semuanya disampaikan dalam tutur kata yang terjalin dengan indah dan disertai dengan petatah petitih dalam dialek Minangkabau.[33]
Pasambahan biasanya dipakai oleh orang muda pada upacara adat. Isinya mengandung ibarat anak mudo, seperti pantun yang menjadi permainan anak muda dalam nagari, dan merupakan bunga adat bagi ninik mamak.[34] Pasambahan menurut bentuk dan susunannya termasuk kedalam bentuk puisi, segala puisi ada di dalamnya, sebab isi pidato itu terdiri dari kiasan, perbandingan, pepatah, petitih, mamang dan pantun.[35]
Pasambahan adalah salah satu ekpresi seni verbal yang dikenal luas dalam tradisi lisan Minangkabau. Orang Minangkabau memakai pasambahan dalam berbagai keperluan; misalnya dalam menceritakan kaba, seperti dalam sastra lisan rabab Pariaman, rabab Pasisia, dendang Pauah, bataram, dan randai  dalam jenis sastra lisan yang bukan kaba, seperti pidato adat  dan  pasambahan   bagurau, dalam lagu pop Minang yang terus bertahan sampai sekarang. Banyak teks lagu pop Minang sekarang tetap mengandung unsur pasambahan, meskipun dari segi estetika pasambahan-pasambahan yang terdapat dalam lagu pop Minang kontemporer terasa agak hambar dibanding estetika pasambahan-pasambahan Minangkabau klasik.
Dalam pasambahan-pasambahan Muda Minangkabau yang sangat pekat dengan berbagai perlambangan dan metafora. Baik perempuan maupun laki-laki dilambangkan dengan berbagai jenis burung/unggas, benda langit dan jenis-jenis logam mulia dan jenis-jenis kain.
Metafora dan makna konotatif adalah suatu keharusan dalam pasambahan Minangkabau. Dalam pepatah Minangkabau dikatakan kato baumpamo, rundiang bakiasan. Orang yang tidak mampu memakaikannya dianggap bebal, karena manusia tahan kieh, binatang tahan palu. Simak misalnya dalam kutipan pasambahan muda di bawah ini:
Balayia kapa ka Puruih,
Singgah lalu ka Balai Cino,
Tolan sapasambahan cindai aluih,
Alun dipakai lah manggilo.
Kain putiah sasah jo sabun,
Bao ka aia buang daki,
Tolan sapasambahan kasah ambun,
Lusuah jo apo ka diganti?[36]

Betapa eloknya baris isi bait pertama tersebut dalam menyatakan kecantikan seorang gadis (yang halus lembut bagai kain cindai) sehingga memandangnya saja sudah membuat para pemuda jadi tergila-gila. Begitu juga pada baris kedua.
2. Jenis-Jenis Pasambahan
     Jenis-jenis pasambahan adat minangkabau terdiri dari:
a.      Pasambahan juaro ka tangah
b.      Pasambahan mamparenai jamba
c.       Pasambahan manjapuik marapulai
d.      Pasambahan sialek mintak diri[37]
Salah satu contoh pasambahan adat adalah pasambahan saat makan, aneka pasambahan ini berbunyi sebagi berikut:
Dt Rajo Intan :
Baliau Datuak  , Datuak Nan Gadang
Bakeh Datuak ditibokan sambah
Sungguhpun Datuak nan disambah
Sarapek papeknyolah niniak mamak hambo
Nan gadang basa batuah
Nan arif bijaksano
DT Nan Gadang :
Baliau Datuak , Datuak Rajo Intan
Bakeh Datuak juo sapatah kato
Baa kok sawajah sambah manyambah
Maaf juo dimintak
Sungguhpun kapado Datuak ditibokan sambah
Lah taimbau syarek jo hakekat
Walaupuln lahir jo batin
Tapi Lah sarapek papeknyo
Sanak saudaro kami nan hadie
Dari pihak panyambahan
Kurang luruih nan bak banang
Kurang atok bak mambatue
Jo maaf juo dimintak bakeh Datuak
Apolah nan kamanjadi buah sambahan
Dari pihak kami nan banamo silang nan bapangka karajo nan bapokok
Iolah  dihari sahari nan ko
Antah dek hari mah nan baiek
Sadang di wakatu bungo kambang
Aua tatagak angin tibo
Balaie dimusimnyo
Kok di jamu datanglah babondong – bonding
Sipokok mananti alah  basamo
Janang manatiang jo hati suko
Kok dicaliek lah rancak roman
Kok di pandang lah baiek rupo
Pihak kapado panyambahan
Indak lai di rantang panjang
Dikumpa nyo nak singkek
Maa nyo pasambahan  nan ka dipulangkan kabakeh Datuak
Iyolah manuruik pituah urang tuo kito juo
Iyolah malah jalan biaso baturuti
Kato biaso bapangka
Karajo biaso bapokok
Kok pihak dalam paralatan caro iko kini
Kok duduak bakambang lapiek
Kok hauih babari aie
Kok litak babari nasi
Baa nan sakarang iko kini
Alah bacapek kaki baringan tangan janang manatiang
Indak lai kok aie tu mintak di minum
Kok nasi nyolah mintak dimakan
Sakian sambah dipulangkan bakeh Datuak
DT Rajo intan :
 Manolah angku Datuak nan gadang
bakeh angku Datuak juo sapatah kato
Sungguhpun sorang Datuak nan disambah
Mako sarapek papeknyolah sanak saudaro ambo sarato niniak jo mamak nan karapatan
Nan cadiek tahu padai
Sarto pangka tuo di tangah rumah
Sumarak di dalam kampuang
Suluh bendang di dalam nagari
Tiang adat sandi haluan
Payuang panji dek urang banyak
Bakeh batanyo di dalam suku
Nan tacewang sampai ka langik
Nan tahujam sampai ka bumi
Ba panyambahan di pihak ambo
Indak pulo diatok disusun bana
Disusun jari nan sapuluah
Maaf juo dimintak banyak –banyak
Panyambahan dipulangkan ka bakeh Datuak
Manolah panyambahan nan dipulangkan bakeh Datuak
Iyolah manurik papatah Datuak juo
Kok hauih mambari aie
Baa nan sakarang iko kini
Karano aielah taisi
Hidangan lah tahatok
Kok aie taisi mintak diminum
Hidangan ka tangah mintak dimakan
Iyo baitu kato Datuak tadi  ?
Bakeh Datuak juo kato sapatah
Jikok dikami si jamu Datuak
Indak diulang kilie ditikam jajak
Pihak kapado panyambahan
Nan akan maulang kilie
Nan akan manikam jajak
Iyolah bak sapanjang pituah urang tuo – tuo juo
                 *Babelok jalan ka muaro
       Di mudiak jalan babelok
                    Datuak baragiah alah suko
                    Kami manarimo alah sanang
                    Nak samo diminum jo si pokok
Dt.rajo intan : -  Kami lah sato pulo dipangka hanya Datuak[38]










[1]Idrus Hamkimy, Pokok-pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau, (Bandung Rosdakarya, 1994), h. 2
[2]Ibid, h. 3
[3] Yulfian Azrial, Budaya Alam Minagkabau SLTP 1, (Padang:Angkasa Raya, 1994), h. 16
[4]Suarman, Adat Minangkabau Nan Salingka Hiduik, (Bukit Tinggi: Pustaka Indonesia, 2000), 133
[5] Idrus Hakimy DT, Rajo Penghulu, op cit, h. 29
[6] Sayuti Datuak Rajo Panghulu, Tau Jo Nan Ampek Pengetahuan Yang Empat Menurut Ajaran Adat dan Budaya Alam Minangkabau, (Padang: Mega Sari Kerjasama Sako Batuah, 2008), h. 97
[7]Suarman, op cit, h. 157
[8]Afrijon Ponggok Katik Basa Batuah, Penghulu Ninik Mamak Di Minangkabau, online dalam https://www.google.co.id/url?frantaunet2fpenghulu_ninik_mamak_di_minang_kabau.docx diakses tanggal 03 Januari 2015
[9] Yulfian Azrial, Budaya Alam Minangkaau Sekolah Lanjutan Pertama Kelas I(Padang: Angkasa Raya, 1994), h. 18
[10] Sayuti, op cit, h. 97
[11] Afrijon Ponggok Katik Basa Batuah, Penghulu Ninik Mamak Di Minangkabau, online dalam https://www.google.co.id/url?frantaunet2fpenghulu_ninik_mamak_di_minang_kabau.docx diakses tanggal 03 Januari 2015
[12] Idrus hakimy, op cit, h. 56
[13] Sayuti, op cit, h. 98
[14] Suarman, op cit, h.
[15] Yulvian, op cit, h. 19
[16] Suarman, op cit, h. 159
[17]Yulfian, op cit, h. 19
[18] Sayuti, op cit, h. 98
[19] Suarman, op cit, h. 160
[20] Yulfian, op cit, h. 19
[21] Suarman, op cit, h. 161
[22] Sayuti, op cit, h. 98
[23] Suarman, op cit, h. 143
[24] Idrus Hakimy, op cit, h. 67
[25] Suarman, op cit, h. 145
[26] Yulfian Azrial, op cit, h. 26
[27]Yunus, Yulizal Dt. Rajo Bagindo, Ketua V LKAAM Sumatera Barat, Ketua Dewan Adat dan Syara’ Nagari Taluk Batangkapas Pesisir Selatan, Dosen Sastra Fakultas Ilmu Budaya sebagai nara sumber pada Pelatihan Guru BAM SD, Diknas Kota Padang, 4 Desember 2012.
.
[28] Ibid, h. 3
[29]Ibid, h. 4
[30]Kurator Musium Adityawarman. "Laki-LakiMinangkabau." Personal interview. 14 Mar. 2014.
[31]Zulkarnaini, Minangkabau Ranah Nan Den Cinto, Budaya Alam Minangkabau, (Bukittinggi: Usaha Iklas, 2002), h. 36
[32] Yulfian Azrial, op cit, h. 28
[33] Yulfian Azrial, Budaya Alam Minangkabau, (Padang: Angkasa Raya, 1990), h. 67
[34]R.ST. Tandiko, Sumarak Nagari Alur, Persembahan dan Pidato Adat Minangkabau, (Bukit Tinggi, Pustaka Indonesia, 1994), h. 7
[35]Suarman, op cit, h. 255
[36]Ibid, h. 257
[37]R.Dt.Tandiko, op cit, h. 43
[38] Ibid, h. 51-56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suku banyak teorema sisa (matematika)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika pada hakikatnya adalah ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi mod...