|
LANDASAN
TEORETIS
A.
LKPD
1.
Pengertian
LKPD
Secara umum LKPD adalah perangkat pembelajaran sebagai
pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RPP). Lembar
kerja peserta didik berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun
soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik.[1]
Artinya LKPD merupakan perangkat pembelajaran yang berisikan materi ajar
sekaligus soal latihan yang bisa dikerjakan peserta didik secara mandiri dan
terbimbing.
LKPD merupakan salah satu modul yang berisikan rumusan
tujuan instruksional yang ingin dicapai, garis-garis besar materi yang akan
dipelajari, alat-alat yang akan digunakan, uraian dan petunjuk mengenai
kegiatan-kegiatan belajar yang ditempuh peserta didik, termasuk di dalamnya
tugas-tugas yang akan dikerjakan peserta didik.[2]
Artinya LKPD merupakan program pengajaran suatu bahasan pembelajaran (modul)
yang isinya terpadu meliputi materi ajar, tugas-tugas dan latihan soal yang
harus dikerjakan peserta didik serta petunjuk kegiatan belajar yang dilakukan
termasuk alat-alat yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas belajar yang
dimaksud.
14
|
LKPD sebagai jenis hand out yang dimaksudkan untuk
membantu peserta didik belajar secaraterarah (guided discovery activities).[4]
Berdasarkan pernyataan ini dapat diketahui bahwa melalui LKPD peserta didik
dapat melakukan aktivitas berupa mengerjakan
tugas sekaligus latihan secara mandiri sekaligus memperoleh semacam
ringkasan dari materi yang menjadi dasar aktivitas tersebut.
LKPD merupakan bahan ajar yang berisikan materi ajar yang
sudah disusun sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat
mempelajari materi tersebut secara mandiri. Mempelajari LKPD, peserta didik
akan mendapatkan materi, ringkasan materi dan tugas yang berkaitan dengan
materi. Peserta didik juga menemukan arahan terstruktur untuk memahami materi
yang diberikan. Secara bersamaan peserta didik diberi materi sekaligus tugas
berkaitan materi tersebut.[5]
LKPD adalah lembar yang berisi pedoman bagi peserta didik
untuk melaksanakan kerja atau tugas terprogram.[6]
Berangkat dari uraian teori di atas dapat penulis simpulkan bahwa LKPD
merupakan sumber belajar terpadu yang di dalamnya berisikan materi singkat dilengkapi
dengan soal latihan dan penugasan dalam bentuk yang sangat kreatif, tidak hanya
monoton dalam bentuk butiran soal, tetapi bisa berbentuk teka-teki silang,
selidik kasus dan lain sebagainya.
2.
Fungsi
dan Tujuan LKPD
LKPD sangat baik dipakai
untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam belajar, baik digunakan dalam penerapan metode
terbimbing ataupun dipakai untuk memberikan latihan pengembangan.[7]
Keberadaan buku LKPD selain digunakan sebagai media dalam proses pengajaran,
juga berfungsi sebagai alat evaluasi dari setiap pokok bahasan yang diajarkan
berdasarkan kurikulum program pengajaran.[8]
Artinya LKPD selain sebagai sumber belajar, juga bisa dijadikan sebagai tolak
ukur pemahaman peserta didik terhadap materi ajar melalui penilaian terhadap
soal latihan yang diisi peserta didik
pada lembaran LKPD.
Keberadaan buku LKPD sangat
berperan penting untuk mengarahkan peserta didik dalam mempelajari dan
menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok karena
dengan perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan yang semakin pesat tidak
mungkin seorang guru dapat menyampaikan seluruh pengetahuannya kepada peserta
didik.
LKPD berfungsi sebagai
sarana untuk mengaktifkan peserta didik, meransang belajar peserta didik untuk
menyampaikan informasi agar memahami dan menghayati suatu konsep, melatih
keberanian mengemukakan pendapat secara sistematis serta melatih peserta didik
mengambil kesimpulan sendiri.[9]
Artinya LKPD bisa dijadikan sebagai alat untuk melibatkan peserta didik aktif
dalam mengikuti proses belajar-mengajar, peserta didik bisa memahami sendiri
konsep dengan membaca ulasan materi pada LKPD, melatih peserta didik untuk
menyampaikan pendapatnya baik secara lisan maupun tulisan dengan mengisi
butiran soal dan penugasan kreatif pada LKPD.
LKPD berfungsi antara lain:
a. Bagi guru, untuk menuntun peserta
didik akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya dan mempertimbangkannya pada
diri peserta didik.
b. Bagi peserta didik dengan
menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) maka peserta didik akan dapat
bekerja melakukan kegiatan-kegiatan yang menuju ke arah tujuan yang hendak
dicapai.[10]
Artinya LKPD tidak hanya
berfungsi untuk mempermudah guru dalam mengatur aktivitas belajar peserta didik
melalui sistematika kegiatan dalam LKPD, tetapi juga akan membuat peserta didik
merasa tidak cepat bosan dalam belajar karena mereka bisa melakukan rangkaian
aktivitas bermakna dalam pembelajaran, sehingga tidak ada waktu kosong yang terbuang
sia-sia.
a.
Sebagai bahan ajar
yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik.
b.
Sebagai bahan ajar
yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan.
c.
Sebagai bahan ajar
yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
d.
Memudahkan pelaksanaan
pengajaran kepada peserta didik
Tujuan penyusunan dan
penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk pembelajaran secara adalah sebagai
berikut:[12]
a.
Menyajikan bahan ajar
yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.
b.
Menyajikan tugas-tugas
yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan.
c.
Melatih kemandirian
belajar peserta didik.
d.
Memudahkan pendidik
dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
Tujuan penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik di kelas
oleh guru adalah sebagai berikut:
a.
Melatih
para peserta didik lebih mendalami ilmu yang telah dipelajari agar tercipta
dasar pengetahuan yang lebih baik untuk belajar pada tahap berikutnya.
b.
Melatih
para peserta didik untuk bekerja bersungguh-sungguh dengan cermat serta
berfikir jujur, sistematis, rasional dalam sistim kerja yang praktis.
c.
Melatih
para peserta didik membuat laporan praktis percobaan sekaligus menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang persoalan yang sudah dipraktekkan.
Penggunaan LKPD dalam pembelajaran
biasanya tidak berdiri sendiri atau tidak menjadi bahan ajar utama dan
satu-satunya untuk pembelajaran sebuah materi. Guru biasanya mengkombinasikan
dengan penggunaan buku paket atau buku teks
pelajaran agar semakin
sempurna. Tak jarang pula ditambahkan dengan penggunaan media pembelajaran yang
interaktif sehingga peserta didik dapat mempelajari pelajaran dengan menggunakan LKPD dengan lebih mudah
dan cepat memahami apa yang dipelajari.
3.
Manfaat
LKS
Mengajar dengan
menggunakan LKPD ternyata semakin populer terutama pada masa dekade terakhir
ini. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKPD antara lain:[13]
a. Memudahkan guru
dalam mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana
“guru sentris” menjadi “peserta didik sentris”.
b. Membantu guru
mengarahkan peserta didiknya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui
aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.
c. Dapat digunakan
untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta
membangkitkan minat peserta didik terhadap alam sekitarnya.
d. Memudahkan guru
memantau keberhasilan peserta didik untuk mencapai sasaran belajar.
LKPD sebagai media
dan sumber belajar yang di dalamnya terdapat soal latihan dapat membiasakan peserta
didik agar melatih otak untuk berfikir terkait materi pelajaran sebelum dan
sesudahnya, sehingga secara lansung memudahkan guru dalam mengajar karena peserta
didik bisa belajar mandiri.[14]
Artinya sebagai sumber belajar, LKPD berfungsi membiasakan otak peserta didik
bekerja dan berfikir memecahkan persoalan terkait materi pembelajaran yang
disajikan, sehingga pembelajaran mandiri bagi peserta didik akan tercipta.
4.
Cara
Penyusunan LKPD Yang Baik
LKPD yang
digunakan peserta didik harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
dikerjakan peserta didik dengan baik dan dapat memotivasi belajar peserta didik.
Hal-hal yang diperlukan dalam penyusunan LKPD adalah:[15]
a. Berdasarkan
GBPP berlaku, buku pegangan peserta didik (buku paket)
b. Mengutamakan
bahan yang penting.
c. Menyesuaikan
tingkat kematangan berfikir peserta didik.
Penggunaan LKPD sangat besar peranannya dalam
proses pembelajaran, sehingga
seolah-olah penggunaan LKPD dapat menggantikan kedudukan seorang guru. Hal ini
dapat dibenarkan, apabila LKPD yang digunakan tersebut merupakan LKPD yang berkualitas
baik. LKPD dikatakan berkualitas baik bila memenuhi syarat:[16]:
a.
Syarat-syarat didaktik
LKPD sebagai salah
satu bentuk sarana berlangsungnya PBM haruslah memenuhi persyaratan didaktik,
artinya LKPD harus mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu :
1) Memperhatikan
adanya perbedaan individual.
2) Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep.
3) Memiliki variasi
stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik.
4) Dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada
diri peserta didik.
5) Pengalaman
belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi peserta didik dan bukan
ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
b. Syarat konstruksi
Syarat konstruksi ialah
syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat
guna dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa. Syarat konstruksi
antara lain:
1)
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta
didik.
2)
Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
3)
Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik.
4)
Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.
5)
Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan
keterbacaan peserta didik.
6)
Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan
pada peserta didik untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKPD.
7)
Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
8)
Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
9)
Dapat digunakan untuk semua peserta didik, baik yang
lamban maupun yang cepat.
10)
Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat
sebagai sumber motivasi.
11)
Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
3.
Syarat-syarat Teknis
1) Tulisan:
a) Menggunakan
huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau Romawi.
b) Gunakan huruf
tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.
c) Gunakan tidak
lebih dari 10 kata dalam satu baris.
d) Gunakan bingkai
untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik.
e) Usahakan
perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi
5.
Pengembangan
dan Penggunaan LKPD
Pengembangan LKPD
dapat dilakukan dengan dengan mengadaptasi langkah-langkah pengembangan Modul /
Paket Belajar. Berdasarkan langkah-langkah pengembangan Modul dan Paket Belajar
tersebut, maka LKPD dapat dikembangkan melalui langkah-langkah sebagai berikut:[17]
a. Menetapkan standar
kompetensi, judul, dan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) yang ingin
dicapai. Tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) merupakan TPU pada Kurikulum
1994, sedangkan indikator merupakan TPK.
b. Menganalisis dan
menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Merumuskan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2) Memilih dan
menjabarkan materi pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar yang ingin
dicapai.
3) Membuat indikator
pencapaian kompetensi dasar. Kriteria indikator yang baik adalah:
(a) Memuat ciri-ciri
tujuan yang hendak diukur.
(b) Memuat satu kata
kerja operasional yang dapat diukur.
(c) Berkaitan erat
dengan materi yang diajarkan.
(d) Dapat dibuat
evaluasinya sebanyak 3-5 butir soal.
(e) Menetapkan
prosedur, jenis, dan alat penilaian berbasis kelas.
(f) Menetapkan
alternatif kegiatan (pengalaman belajar) yang dapat memberika peluang yang
optimal kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses sains di
dalam dirinya.
(g) Menetapkan dan
mengembangkan bahan / media / sumber yang sesuai dengan kemampuan dasar yang
akan dicapai, karakteristik peserta didik, fasilitas (sarana dan prasarana),
dan karakteristik lingkungan peserta didik.
c. Menyusun LKPD yang
lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang telah dilakukan.
LKPD pada kegiatan belajar-mengajar dapat dimanfaatkan
pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap
pemahaman konsep (lanjutan dari penanaman konsep) karena LKPD dirancang untuk
membimbing peserta didik mempelajari topik yang telah dipelajari. Pada tahap
pemahaman konsep, LKPD dimanfaatkan untuk mempelajari pengetahuan yang telah
telah dipelajari.[18]
Penggunaan LKPD dalam pembelajaran dapat dilakukan oleh
semua guru. Penggunaan LKPD dapat dilakukan ketika peserta didik mengerjakan
soal-soal yang ada dalam LKPD yang berfungsi untuk memperdalam pemahaman bahan
materi pokok dalam buku rujukan. Sehingga dari hasil pekerjaannya dapat
diketahui kemampuan yang dialami peserta didik.[19]
LKPD yang dirancang berdasarkan indikator dan rencana
pembelajaran sesuai kurikulum difokuskan pada latihan-latihan soal-soal yang
dapat digunakan untuk dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami
dan menerapkan konsep yang telah diberikan oleh guru. Keberadaan LKPD
diharapkan memberi dampak positif bagi peserta
didik, seperti peserta didik akan lebih senang mempelajari dan menyelesaikan
masalah-masalah dalam menyelesaikan tugas dan pembelajarannya, sehingga
diharapkan tercapainya tujuan umum mempelajari materi atau pelajaran itu
sendiri.[20]
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan LKPD idealnya sebagai berikut: materi LKPD dijadikan sebagai sarana
pelengkap penanaman konsep baru, materi LKPD dijadikan sebagai pengetahuan dari
materi yang telah dipelajari dari buku sumber utama dan LKPD hanya difokuskan
pada pengerjaan latihan dan soal bukan
materi yang ada di dalam LKPD tersebut, artinya dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan LKPD guru tetap mesti menyajikan pembelajaran terlebih
dahulu dengan menggunakan sumber lain sebelum kemudian meminta peserta didik
membaca materi yang ada dalam LKPD untuk memperdalam pemahaman guna memudahkan
mengerjakan soal latihan dalam LKPD.
Beranjak dari teori di atas juga bisa disimpulkan bahwa
idealnya langkah-langkah dalam penggunaan LKPD adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan tujuan dan manfaat penggunaaan LKPD untuk
mengaktifkan peserta didik dalam belajar
2. Menjadikan peserta didik sebagai subjek dalam
pembelajaran. Artinya peserta didik mengerjakan sendiri soal latihan pada LKPD
sebelum kemudian dikoreksi bersama.
3. Menyajikan materi lengkap dari berbagai sumber sebelum
menggunakan LKPD.
4. LKPD digunakan untuk pemahaman konsep yakni mempelajari
konsep yang telah dipelajari untuk penguatan pemahaman.
5. Memfokuskan penggunaan LKPD untuk pengerjaan soal latihan
6. Materi dalam LKPD dijadikan referensi penguat untuk
memudahkan dalam pengerjaan soal.
7. Melakukan pengerjaan soal secara terbimbing.
6.
Penilaian
Kualitas LKPD
a. Penilaian pra input, yaitu penilaian
yang dilakukan segera setelah LKPD selesai disusun dengan tujuan untuk
pemantapan / penyempurnaan sebelum LKPD disebar luaskan. Penilaian ini
dilakukan oleh tim pengembang dengan cara menganalisis LKPD berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan dengan bantuan instrumen penilaian yang
merupakan terjemahan dari kriteria tersebut.
b. Penilaian input, yaitu penilaian
yang bertujuan mengetahui peran LKPD dalam keseluruhan program uji coba.
Penilaian ini dilakukan sebelum LKPD diterapkan di dalam kelas. Penilaian
dilakukan oleh personel yang terlibat dalam uji coba, seperti tim pengembang,
dosen dan administrator. Cara penilaian sama dengan penilaian pra input.
c. Penilaian proses, yaitu penilaian
yang bertujuan mengetahui seberapa jauh LKPD tersebut sesuai dengan kondisi
kelas yang sebenarnya, yang akhirnya akan dipakai untuk penyempurnaan atau
merevisi LKPD. Penilaian ini dilakukan ketika LKPD sedang diterapkan. Caranya
dapat dengan mengadakan observasi kelas dan wawancara dengan pihak-pihak yang
terlibat.
Beberapa hal yang juga sangat perlu
diperhatikan dalam penilaian kualitas LKPD adalah :
a.
Gambar
Gambar yang baik
untuk LKPD adalah yang dapat menyampaikan pesan / isi dari gambar
tersebut secara efektif kepada pengguna LKPD. Gambar fotografi yang berkualitas
tinggi belum tentu dapat dijadikan gambar LKPD yang efektif. Oleh karena
itu, yang lebih penting adalah kejelasan pesan / isi dari gambar itu secara keseluruhan.
b. Penampilan
Penampilan adalah
sangat penting dalam LKPD. Pertama-tama peserta didik akan tertarik pada
penampilan LKPD, bukan isinya. Apabila suatu LKPD ditampilkan dengan penuh kata-kata,
kemudian ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini
menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan dan tidak menarik. Apabila
ditampilkan dengan gambar saja, itu tidak mungkin karena pesan / isinya tidak akan
sampai. Jadi yang baik adalah LKPD yang memiliki kombinasi antara gambar dan
tulisan.
Kriteria penilaian
kualitas LKPD dapat pula dijabarkan dalam beberapa aspek yang berkaitan dengan
: pendekatan penulisan, kebenaran konsep, kedalaman konsep, keluasan konsep,
kejelasan kalimat, kebahasaan, evaluasi belajar, kegiatan /percobaan kimia,
keterlaksanaan, dan penampilan fisik. Aspek-aspek ini perlu didefinisikan agar
arti dari aspek yang dimaksud jelas.
Langkah
selanjutnya dari tiap-tiap aspek ini perlu dijabarkan dalam bentuk
kriteria-kriteria yang mengarah kepada aspek yang dimaksud. Untuk keperluan
penilaian, maka kriteria lebih lanjut dijabarkan dalam bentuk
indikator-indikator yang mengarah pada penilaian sangat baik, baik, cukup, kurang,
maupun sangat kurang. Penjabaran dari aspek ke kriteria, lalu ke indikator ini selanjutnya
disusun dalam bentuk instrumen penilaian.
Penilaian kualitas
LKPD dapat dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidang penyusunan LKPD atau
ahli media (karena LKPD adalah media), guru bidang ilmu yang sesuai dengan
materi dalam LKPD, maupun peserta didik sebagai pengguna LKPD. Melalui penilaian
ini diharapkan LKPD yang telah tersusun dengan baik secara teoretis akal.
7. Kelebihan LKPD
Kelebihan dari penggunaan LKPD diantaranya
adalah:[22]
a. Meningkatkan aktivitas belajar. Artinya
keberadaan LKPD sebagai bahan ajar
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam belajar, sehingga proses
belajar mengajar tidak monoton dengan peserta didik hanya menerima dari guru.
b. Mendorong peserta didik mampu bekerja
sendiri. Artinya dengan adanya LKPD peserta didik bisa mengerjakan tugas
belajar secara mandiri ada atau tidak adanya guru di dalam kelas.
c. Membimbing peserta didik secara baik ke
arah pengembangan konsep. Artinya dengan adanya LKPD peserta didik bisa lebih
memahami konsep yang telah dipelajari dari buku sumber utama karena LKPD
berisikan ringkasan dari materi yang mudah untuk dipahami.
B.
Pembelajaran IPS
1.
Pengertian Pembelajaran IPS
Studi sosial
dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan lingkungan fisiknya dan
sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan.[23] IPS merupakan Ilmu yang mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Pada jenjang SD mata pelajaran Ilmu
Sosial Pengetahuan memuat materi geografis, sejarah, sosiologi dan ekonomi.[24] Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin
mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya[25].
IPS adalah mata
pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian
ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya.[26] Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum dan budaya).
Dapat penulis
simpulkan pembelajaran IPS adalah pembelajaran ilmu-ilmu sosial terhadap
interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya dan manusia
dengan ciptaannya.
2.
Tujuan Dan Fungsi Pembelajaran IPS
Mata pelajaran IPS
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Mengenal konsep –konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c) Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai –nilai sosial dan kemanusiaan. d)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam
bermasyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional dan global.[27]
Tujuan pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik menggunakan penalaran
dalam mengambil keputusan setiap persoalan
yang dihadapinya.[28] Secara keseluruhan tujuan pendidikan
IPS di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
a.
Membekali anak didik dengan pengetahuan
sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
b.
Membekali anak didik dengan
kemampuan mengindentifikasi,
menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat.
c.
Membekali anak didik dengan kemampuan
berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta
bidang keahlian.
d.
Membekali anak didik dengan kesadaran,
sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan
hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
e.
Membekali anak didik dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.[29]
IPS di sekolah dasar
bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.[30]
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.[31]
Pengajaran sejarah
bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memiliki
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.
IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan sikap dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang
dihadapinya peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi
menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.[32]
3.
Ruang Lingkup IPS
Ruang
lingkup mata pelajaran IPS adalah: “a) manusia, tempat dan lingkungan. b)
waktu, keberlanjutan dan perubahan c) sistem, sosial dan budaya. d) prilaku,
ekonomi dan kesejahteraan[33].
Ruang lingkup mata pelajaran IPS
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1.
Manusia, Tempat, dan
Lingkungan
2.
Waktu, Keberlanjutan,
dan Perubahan
3.
Sistem Sosial
dan Budaya
Berdasarkan
teori di atas dapat diketahui bahwa mata pelajaran IPS mengkaji manusia secara
menyeluruh mulai dari manusia itu sendiri, tempat tinggal dan lingkungan hidup
manusia, waktu yang digunakan manusia, perkembangan dan perubahan manusia dan
lingkungannya, sistim hubungan manusia dengan manusia lainnya dan kebiasaan
hidup suatu kelompok manusia yang sudah menjadi ciri khas unik yang dimiliki
secara turun temurun yang biasa dikenal dengan budaya, serta upaya manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau yang dikenal dengan istilah ekonomi.
4.
Karakteristik IPS
IPS memiliki karakteristik
seperti:[35]
a.
Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa, gejala, dan masalah sosial
dari pada bidang teoritis keilmuan.
b.
Dalam menelaah objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek aspek
kehidupan sosial daripada
aspek-aspek yang terpisah satu sama lain.
c.
Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan
menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya.
d. Pada pengajaran IPS,
masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, laboratorium, dan sekaligus juga
menjadi ruang lingkup penelaahannya.
e. Dalam pelaksanaan
kerjanya, IPS menerapkan pendekatan interdisipliner.
f.
Pengajaran IPS dilaksanakan mulai dari tingkat sekolah dasar,
sekolah menengah sampai perguruan tinggi.
Berangkat dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa IPS memiliki
ciri-ciri tersendiri, diantaranya: menekankan pada fakta tentang peristiwa,
gejala dan masalah sosial, menelaah objeknya yakni manusia secara menyeluruh,
meski banyak cabang yang dimiliki IPS, namun tetap sumber utama materinya
adalah manusia, dalam penerapannya IPS menerapkan sudut pandang ketepatan
materi dengan fakta sosial, dan IPS dilaksanakan secara berkesinambungan dari
setiap jenjang pendikan mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.
5.
SK/ KD IPS
Kelas V SD/MI
Tabel 2.1: Kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006:
Kelas IV, Semester 1
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1.
Memahami sejarah, kenampakan
alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
|
-
Membaca
peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala
sederhana
-
Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial dan budaya
-
Menunjukkan jenis dan persebaran
sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan
setempat
-
Menghargai
keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi)
-
Menghargai
berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota,
provinsi) dan menjaga kelestariannya
-
Meneladani
kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya
|
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1.
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi
Kabupaten/Kota dan provinsi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan
ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan Kabupaten 1 Kota dan Provinsi
3. Mengenal sumber daya alam, kegiatan
ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan Kabupaten 1 Kota dan Provinsi
|
-
Mengenal
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di
daerahnya
-
Mengenal
pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
-
Mengenal
perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transfortasi serta
pengalaman menggunakannya
-
Mengenal
permasalahan social di daerahnya
-
Mengenal
perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transformasi serta pengalaman
menggunakannya
-
Mengenal
permasalahan sosial di daerahnya
|
Sumber: KTSP
2006.[36]
6.
Evaluasi dalam
Pembelajaran IPS SD/MI
Evaluasi adalah suatu poses sistematik untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi
suatu program. Aspek yang dinilai dari program ada dua macam, yaitu tingkat
keberhasilan dan tingkat efisiensi
pelaksanaan progam.[37] Ada tiga aspek yang
dinilai dalam pembelajaan IPS, yaitu aspek kognitif, aspek nilai dan sikap
sosial, aspek keterampilan.
a.
Aspek Kognitif
Aspek kognitif dalam evaluasi hasil belajar mempunyai
dua tingkatan sebagai berikut :
1)
Evaluasi yang mempunyai tingkatan lebih rendah, meliputi
hal-hal berikut ini :
a)
Evaluasi yang mengungkap pengetahuan (knowledge)
Evaluasi yang mengungkap pengetahuan merupakan
petanyaan atau tes yang mengungkap penalaran dalam kategori terendah. Evaluasi
ini hanya mengungkap fakta, defenisi, pengertian dan sejenisnya. Jadi peserta didik hanya dituntut untuk mengingat
kembali apa yang telah mereka pelajari.
Misalnya, pertanyaannya sebagai berikut :
Dimanakah terdapat tambang timah di Indonesia?
b)
Evaluasi yang mengungkap pemahaman (compehensif)
Evaluasi ini menuntut peserta didik untuk memahami apa yang
telah dipelajari. Dengan demikian peserta didik dituntut dapat menjelaskan apa yang
telah dipelajari dengan kalimatnya sendiri. Kata-kata yang sering dipakai
untuk evaluasi pemahaman adalah mengapa,
jelaskan, uraikan, berilah ulasan, bandingkanlah.
Contoh :
Mengapa pulau Jawa padat penduduknya?
c)
Evaluasi yang mengungkap penerapan (application)
Pada evaluasi penerapan peserta didik dapat menggunakan
informasi yang diterima untuk memecahkan suatu masalah. Dengan menggunakan
prinsip, konsep, aturan, hukum atau proses yang telah dipelajari sebelumnya, peserta didik diharapkan dapat
menentukan jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang diajukan.
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkap
penerapan adalah demonstrasikan, tunjukkanlah, klasifikasikan, carilah
hubungan, tuliskan, gambarkan.
2)
Evaluasi yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi meliputi hal-hal
berikut :
a)
Analisis (analysis)
Pertanyaan analisis menuntut peserta didik berfikir secara mendalam,
kritis bahkan menciptakan sesuatu yang baru. Untuk menjawab pertanyaan
analisis, peserta didik harus mampu menguraikan sebab, motif atau mampu mengadakan deduktif. Oleh karena itu pertanyaan
analisis tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar tetapi berbagai
alternatif. Beberapa kata yang dapat dipakai untuk pertanyaan analisis, antara
lain : Sebutkan bukti-bukti, mengapa, tunjukkan sebab-sebabnya, analisislah,
berilah alasan.
b)
Sintesis (Synthesis)
Petanyaan yang mengungkap sintesis menuntut peserta didik berfikir orisinal dan
kreatif. Peserta didik dituntut berfikir induktif. Beberapa
kata yang dapat dipakai untuk pertanyaan sintesis adalah: susunlah dengan
kata-katamu, apa yang mungkin terjadi, buatlah perkiraan apa yang terjadi,
bagaimanakah.
c)
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yang mengungkap penilaian menuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan
befikir yang paling tinggi. Pertanyaan yang mengungkap evaluasi menuntut adanya
standar atau kriteria yang jelas. Kata-kata yang dapat digunakan untuk
pertanyaan evaluasi yaitu berilah pendapat bahwa, bandingkanlah, bedakanlah,
berilah alasan, berilah kitik, alternatif mana yang lebih baik, setujukah anda.
b.
Aspek nilai dan sikap sosial
Aktivitas merancang alat evaluasi perlu
dipelajari kurikulum sekolah yang berlaku, yaitu mengenai Kompetensi Dasar
(KD), materi pokok, hasil belajar, indikator
materi. Alat yang tepat untuk mengukur nilai dan sikap sosial ranah efektif selain daftar pertanyaan adalah skala
penilaian (rating scale), daftar cek (checklist),
laporan pribadi, wawancara.
c.
Aspek keterampilan
Keterampilan IPS adalah beberapa kemampuan fisik maupun
mental yang dituntut dimiliki peserta didik setelah mempelajari materi IPS.
[2] Hasbullah, Dasar-Dasar
ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 209
[3] Salirawati, Penyusunan
dan Kegunaan LKS Dalam Pembelajaran,. (Online), Vol 2 (http//Bahan ajar
2012//blogspot, diakses 11 September 2015
[6] Agus Suratno, “Pengaruh Penggunaan LKS Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) Terhadap Prestasi Belajar Siswa di
SMA Muhammadiyah Gombong”, Skripsi, (Purwerejo: Perpustakaan Universitas
Muhammadiyah Purworejo, 2012), h. 43
[7] Hamdani, Op.
Cit., h. 74
[9] Ahmad Bukhari, et, all dalam DewiSartika,
“Peran Lembar Kerja Siswa (LKS) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”,
Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah,
2010), h. 5
[10] Lulu Muhammad Azhar (Proses Belajar Mengajar Pola
CBSA) dalam Dewi Sartika,. Ibid.
[11] Prastowo, Hakikat LKS,.
(Online), vol 5 (http://203.130.201.221/materi_rembuknas2007/komisi%201/subkom-3-KTSP/SD/powerpoint/11_pengembangan
bahan ajar.ppt, diakses 11
September 2015
[14] Zizah
Nurhana, “Penggunaan Bahan Ajar Lembar
Kerja Siswa (LKS) Untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran PAI Bagi Siswa
Kelas XI IPS di SMAN I Klirong Kebumen”
Skripsi , ( Yogyakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2012), h. 4
[15] Hamdani, Op,
Cit., h. 75
[17] Salirawati, Lo, Cit,. h. 4
[18] Hamdani,
Op, Cit., h. 75
[19] Zainal Abidin, “ Penggunaan Lembaran Kerja Siswa Dalam Pembelajaran
Materi Tumbuhan Hijau Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri
4 Banda Aceh” PTK, (Aceh: Perpustakaan SD Negeri 4 Banda Aceh, 2013), h. 2
[23] Edi Saepudin dan Andi Rusbandi, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta:
Departemen Agama RI Diktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1999), h. 10
[24] Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional (Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, 2008), h. 162
[26] Trianto,
Model Pembelajaran Terpadu (Konsep,
Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan KTSP),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 171
[29] Sardijo, et all, Pendidikan
IPS di SD, (Jakarta : Universitas terbuka, 2008), cet ke-3, h. 1.28
[32] Zainal Aqib, Op cit.,h. 13
[34] Ariril, https://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-sdmi,
diakses tanggal 12 Juni 2015/
[36] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, SK/KDKTSP
2006.
[37] Sardijo, et, all,Op, Cit,
h. 8. 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar