|
LANDASAN
TEORETIS
A.
Guru
Kelas Rendah
1.
Pengertian Guru Kelas Rendah.
Guru merupakan suatu
profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang.[1]
Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.[2]
12
|
Guru adalah orang yang
pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah. Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa
guru adalah seseorang yang berprofesi sebagai pengajar, pembimbing, dan
pengarah, serta suri tauladan untuk memperbaiki seorang anak didik secara
keseluruhan, baik segi integensi,
sikap, tingkah laku/perbuatan ataupun kepribadian, juga skill.
Guru kelas adalah guru
atas nama murid satu.[5] Guru
kelas adalah guru yang mengajar berbagai mata pelajaran di ruangan kelas
tertentu.[6] Guru kelas merupakan orang yang dipercaya sebagai pelindung
dalam satu ruang kelas di sebuah sekolah. Jadi guru kelas merupakan seorang
guru yang diberi tugas dan dipercaya oleh kepala sekolah sebagai penanggung
jawab dan pelindung di satu kelas tertentu dalam sebuah ruang kelas di sekolah.
Kelas rendah
adalah tingkatan kelas awal di Sekolah Dasar terdiri dari kelas I, II dan III.[7]
Berangkat dari pengertian kelas rendah dan guru kelas di atas dapat disimpulkan
bahwa guru kelas rendah merupakan orang yang dipercaya
sebagai pelindung dalam satu ruang
kelas yang merupakan kelas awal di sebuah Sekolah Dasar. Berdasakan paparan di atas juga bisa dikatakan
bahwa guru kelas rendah merupakan guru kelas pada kelas I, II dan III.
2.
Peran
Guru Kelas
Guru mempunyai peranan
dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan terutama dalam
pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya.[8]
Guru merupakan sentral serta sumber
kegiatan belajar mengajar.[9]
Beberapa peranan guru diantaranya: a peranan guru
sehubungan dengan murid, b peranan guru dalam masyarakat, c peranan guru dalam hubungan dengan guru lain dan kepala
sekolah.[10]
Dalam kaitannya
dengan tugas pengelolaan kelas ada beberapa peran guru diantaranya: a peran
sebagai pengajar, b peran sebagai pendidik, c peran sebagai pemimpin.[11] Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran dan administrativ, seorang guru berperan: a
pengambilan inisiatif, b wakil
masyarakat, c orang yang ahli, d penegak
disiplin, e pelaksana administrasi pendidikan, f pemimpin generasi muda, g
penerjemah kepada masyarakat.[12]
Dilihat secara psikologis, guru dipandang sebagai: a
ahli psikologi pendidikan, b seniman dalam hubungan antar manusia, c pembentuk
kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan, d catalytic agen, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam
menimbulkan pembaharuan, e petugas kesehatan mental.
Jadi seorang guru
sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, guru merupakan salah satu
komponen yang menentukan mutu sebuah sekolah dan sangat mempengaruhi pada masa
depan anak didiknya kelak, terutama guru di Sekolah Dasar. Dimana Sekolah Dasar merupakan tonggak awal bagi seorang
anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yang lebih
tinggi.
Guru kelas berperan penuh terhadap kelas dan siswa di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya. Diantara peran guru kelas adalah: a manajemen lingkungan fisik kelas, b manajemen lingkungan psikososial,
c manajemen
prilaku murid, d manajemen kegiatan harian rutin, e manajemen kurikulum, f manajemen pengajaran lansung, g manajemen pengajaran fasilitatif, h manajemen komunikasi.[13]
Dilihat dari segi diri sendiri (self oriented), seorang guru kelas harus
berperan sebagai: a petugas sosial, b pelajar dan ilmuwan, c orang tua, d
pencari teladan, e pencari keamanan.[14]
Jadi guru kelas memiliki peran khusus di sebuah sekolah. Seorang guru kelas
memiliki peran lebih dari seorang guru umum. Dimana guru kelas memiliki
tanggung jawab penuh terhadap siswa yang diamanahkan oleh Kepala Sekolah
kepadanya. Guru kelas merupakan orang tua siswa di sebuah sekolah.
Guru kelas bertanggung jawab
sepenuhnya pada siswa di kelasnya, tidak hanya soal pengajaran materi
pelajaran, tetapi soal karakter dan kepribadian siswa, guru kelaslah yang
menjadi pembimbing utama, juga meliputi masalah administrasi dan menangani
semua masalah siswa di kelasnya menjadi tanggung jawab guru kelas di sekolah.
3.
Tugas Pokok dan Fungsi Guru Kelas
Tugas guru meliputi: a sebagai
orang yang yang mengomunikasikan pengetahuan, b guru sebagai model berkaitan
dengan bidang studi (mata pelajaran) yang diajarkannya sebagai sesuatu yang
berdaya guna dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, c guru harus
menampakkan model sebagai pribadi yang berdisiplin, cermat berfikir, mencintai
pelajarannya, penuh idealisme dan
luas dedikasi.[15]
Tugas pokok dan fungsi guru
berhubungan erat dengan delapan standar pendidikan nasional yang sudah diatur
oleh pemerintah Republik Indonesia dalam Undang-Undang kependidikan, yaitu:
a Standar Kompetensi Lulusan, b Standar
Isi, c Standar Proses, d Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, e Standar
Sarana dan Prasarana, f Standar Pengelolaan, g Standar Pembiayaan Pendidikan, h
Standar Penilaian Pendidikan.[16]
Guru kelas ditugasi: a
menyelesaikan administrasi kelas, b menyelesaikan pendidikan dan pengajaran, c
menyelesaikan urusan kesiswaan, d menyelesaikan urusan bimbingan dan
penyuluhan, e menyelesaikan urusan kemasyarakatan.[17].Tupoksi
guru kelas adalah: a meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, b
Mewakili orang tua dan kepala sekolah dalam ingkungan pendidikan, c membantu
pengembangan potensi/prestasi yang dimiliki oleh siswa, d membantu pengembangan
keterampilan, bakat, dan minat baik dibidang akademik maupun non akademik
siswa, e meningkatkan dan membina budi pekerti dan kepribadian siswa, agar
menjadi insan yang berakhlak mulia.[18]
Dalam bidang penyuluhan, guru
kelas memiliki tugas pokok sebagai berikut: a mengumpulkan data tentang siswa,
b menyelenggarakan bimbingan kelompok, c menyelenggarakan penyuluhan, d
meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademis,
sosial, fisik, pribadi).
Sebagai pembimbing di kelas, guru
kelas memiliki tugas: a mengumpulkan data tentang murid dan latar belakangnya,
b menciptakan iklim kelas sedemikian rupa, c menciptakan situasi kelompok yang
dapat membantu proses perkembangan, penyesuaian diri dan proses belajar, d
mengamati penyimpangan-penyimpangan perkembangan siswa, e mengadakan hubungan
dan konsultasi dengan orang tua siswa, f menyelenggarakan bimbingan kelompok
dan penyuluhan individu, g membuat catatan pribadi setiap siswa, h mengadakan evaluasi terhadap siswa yang telah naik
kelas ke kelas berikutnya, i membuat laporan kegiatan.[19]
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan guru kelas dalam mengelola kelas
adalah: a mengecek kehadiran siswa, b mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, c pendistribusian bahan dan alat, d
mengumpulkan informasi dari siswa, e mencatat data, f pemeliharaan arsip, g
menyampaikan materi pelajaran, h memberikan tugas atau PR.[20]
Dalam hal penyuluhan, guru kelas
memiliki tugas pokok sebagai berikut: a mengumpulkan data siswa, b
menyelenggarakan bimbingan kelompok, c menyelenggarakan penyuluhan, d meneliti
kemajuan dan perkembangan siswa, e mengawasi kegiatan siswa sehari-hari, f mengobservasi kegiatan siswa di rumah, g
mengadakan kegiatan orientasi, h memberikan penerangan, i pengaturan dan
penempatan siswa, j mengawasi hubungan sosial siswa, k mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan.[21]
Dilihat dari banyak teori diatas
tampak begitu banyak tugas pokok dan fungsi dari seorang guru, khususnya guru
kelas. Begitu banyak tanggung jawab yang diemban oleh seorang guru kelas
melebihi hanya seorang pengajar. Lebih dari hanya memberikan materi guru kelas
juga bertugas sebagai guru pembimbing dan penyuluhan (guru BP) sekaligus
memiliki fungsi sebagai orag tua kedua bagi bagi siswa.
4.
Kompetensi
Guru Kelas
Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.[22] Kompetensi meiputi tugas, keterampilan, sikap,
nilai, apresiasi diberikan dalam
rangka keberhasilan hidup/ (penghasilan hidup).[23]
Seorang
guru harus memiliki empat kompetensi: a kompetensi pedagogic yang meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan
berbagai potensi yang dimiliki, b kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, c
kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar, d kompetensi
professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.[24]
Keseluruhan
kompetensi guru tampak dalam perilaku yang nyata atau performance guru yang bersangkutan, akan tetapi perilaku nyata itu
dilakukan atas dasar berbagai unsur pendukung lainnya, yaitu: a penguasaan
bahan pengajaran, b penguasaan dan penghayatan landasan professional guru, c
penguasaan dan pemanfaatan proses-proses yang diperlukan untuk menyajikan bahan
pengajaran secara tepat, d penyesuaian interaksional,
e kepribadian.[25]
Guru
yang bertugas sebagai guru kelas dan piket harus memiliki beberapa kompetensi
diantaranya: a kompetensi sebagai pengganti orang tua, b kompetensi dalam
meguasai data siswa di kelas, c kompetensi dalam mendokumentasikan kehadiran
siswa, d kompetensi dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa di kelas, e
kompetensi dalam menciptakan suasana kekeluargaan, f kompetensi dalam
membimbing siswa untuk memelihara peralatan kelas, g kompetensi dalam membuat
laporan berkala tentang kelas.[26]
Seorang guru,
baik guru bidang studi maupun guru kelas juga harus memiliki kompetensi
mengelola tes dan evaluasi belajar. Kompetensi ini mencakup: a kemampuan guru
dalam menilai hasil belajar siswa, b kemampuan guru dalam menerapkan
prinsip-prinsip penilaian, c kemampuan menganalisis penilaian untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa secara perseorangan dan kedudukkannya dalam kelompok, d
kemampuan dalam menganalisis butir soal, e kemampuan dalam membuat soal baru, f
kemampuan bekerjasama dalam pelaksanaan evaluasi belajar, g kemampuan memahami
petunjuk penilaian sesuai dengan kurikulum.
Dalam
rangka melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru secara umum juga
harus memiliki sikap dan kemampuan a
menguasai kurikulum dan perangkat penjabarannya, b penguasaan materi setiap
bidang studi, c penguasaan metode dan teknik penilaian, d komitmen dan kecintaan guru terhadap tugasnya, e disiplin.[27]
Seorang
pendidik pada Sekolah Dasar harus bersikap: a tidak terlalu keras terhadap
peserta didik, b tidak terlalu lunak.[28] Pada satu pihak guru harus
bersikap otoriter, dapat mengontrol
kelakuan murid, dapat menjalankan kekuasaannya untuk menciptakan suasana
disiplin demi tercapainya hasil belajar yang baik dan untuk itu ia harus menjaga jarak sosialnya dengan
murid. Namun di satu pihak seorang guru juga harus dapat menunjukkan sikap
bersahabat dan dapat bergaul dengan murid dalam suasana akrab.[29]
Seorang
guru kelas di minggu-minggu pertama dalam menjalankan tugasnya, harus
memperhatikan hal-hal berikut: a kehadiran dan perkenalan, b pengaturan tempat duduk dan orientasi
kelas, c peraturan disiplin kelas, d orientasi sekolah, e peraturan sekolah, f
daftar pelajaran, g pengurus kelas, h satuan tugas, i kebutuhan lain, j lalu lintas kelas, k peraturan bermain, l
guru pengganti.[30]
Komponen-komponen
yang berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar: a siswa,
b guru, c kurikulum, d sarana dan prasarana pendidikan, e pengelolaan sekolah,
f proses belajar mengajar, g pengelolaan
dana, h supervise dan monitoring, i
hubungan sekolah dengan lingkungan.
Komponen-komponen
guru yang berpengaruh dalam rmeningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar: a
kemampuan, b latar belakang pendidikan, c pengalaman kerja, d beban mengajar, e kondisi sosial ekonomi,
motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin, kreativitas[31]
Sebagai pembimbing bagi siswa, guru harus memiliki kemampuan: a mengenal dan
memahami siswa, b memberikan informasi, c memberikan kesempatan yang memadai
agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya, d
membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, e menilai keberhasilan
setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.[32]
B.
Siswa
1.
Pengertian Siswa
Secara etimologis siswa berarti murid/pelajar.[33] Siswa merupakan individu yang memiliki banyak potensi,
individu yang aktif dan selalu ingin mencari tahu.[34]
Siswa dapat juga diartikan sebagai individu yang mengikuti proses pembelajaran
di sekolah atau seseorang yang sedang menimbah ilmu di dunia pendidikan dalam
berbagai tingkatan, seperti siswa Sekolah Dasar (SD), Siswa Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama/Sekolah Menengah Pertama (SLTP/SMP), dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas/Sekolah Menengah Atas (SLTA/SMA).
Dalam dunia pendidikan saat ini,
siswa tidak hanya sebagai objek, tetapi juga merupakan subjek dalam proses
pembelajaran di sekolah. Artinya siswa tidak hanya menerima ilmu, tetapi juga
aktif mencari ilmu dan menemukan berbagai kesimpulan dari proses pembelajaran
di sekolah. Siswa merupakan tonggak generasi kebangkitan suatu bangsa.
Siswa juga bukan hanya individu
yang menerima ilmu pengetahuan semata untuk kematangan kecerdasannya, tetapi
juga mempelajari berbagai ilmu untuk memantapkan kepribadian, sikap dan tingkah
laku atau pembentukkan karakter yang baik. Siswa seharusnya juga merupakan
pribadi yang datang ke sekolah dengan berpakaian rapi dan berbuat sesuai
aturan/tata tertib yang berlaku di sekolah tempat dia menuntut ilmu.
2.
Tugas dan Hak Siswa di
Sekolah
Tugas utama seorang siswa tentulah belajar dengan baik
dan mematuhi segala peraturan/ tata tertib yang berlaku di Sekolah tempat ia
menimba ilmu. Ada beberapa tugas pokok siswa: a mengikuti dengan seksama
penjelasan guru, b melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dengan
sungguh-sungguh, c menyiapkan laporan hasil tugas yang diminta guru, d menuruti
instruksi guru untuk tampil/mempresentasikan tugas di depan kelas.[35]
Jadi tugas utama seorang siswa adalah belajar dalam artian luas, yaitu belajar
ilmu pengetahuan, belajar moral dan akhlak, belajar mandiri, belajar sopan
santun, belajar disiplin, belajar berbahasa yang benar dan baik, belajar spiritual. Dalam semua proses belajar
tersebut siswa dituntun oleh seorang pembimbing yang disebut guru.
Disamping tupoksi tersebut diatas, siswa juga memiliki beberapa hak yang harus ia
terima dari lingkungan sekolah, diantaranya: a memperoleh kasih sayang, b
memperoleh harga diri, c memperoleh pengharapan yang sama, d ingin dikenal, e
memperoleh prestasi dan posisi, f untuk dibutuhkan orang lain, g merasa bagian dari
kelompok, h rasa aman dan perlindungan diri, i memperoleh kemerdekaan diri.[36]
Jadi seorang siswa tidak hanya punya tugas pokok/kewajiban, tetapi juga
memiliki beberapa hak yang bisa dan harus ia dapatkan dari guru ataupun
pihak-pihak di sekolah lainnya. Sehingga guru maupun siswa di sekolah memiliki
hal yang seimbang, yaitu sama-sama memiliki hak dan tupoksi masing-masing dalam
bentuk yang berbeda.
3.
Karakteristik
Siswa SD/MI
Beberapa ciri/karakteristik yang ada pada anak usia SD/MI, yaitu: a melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan, b perkembangan fisik tidak pernah bisa
dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional, dan
c perkembangan itu akan terpadu dengan kehidupan, pengalaman dan lingkungan.[37]
Anak
pada usia SD/MI merupakan masa konkreto
prerasional (tahap ketiga dalam perkembangan kognitif seseorang), pada
masa ini anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas yang konkret. Anak mulai mengembangkan tiga
macam operasi berfikir.[38] Pada usia sekolah, anak mulai belajar mengembangkan
interaksi sosialnya dengan belajar
menerima pandangan kelompok (masyarakat), memahami tanggung jawab, dan berbagai
pengertian dengan orang lain.[39]
Dilihat
dari segi perkembangan moral, anak usia SD/MI termasuk pada tahap prakonvensional (tingkat 1) stadium 2,
dan tahap konvensional (tingkat 11)
stadium 1.[40] Pada tingkat 1 stadium 2 yang berlaku bagi anak
adalah prinsip relatisvik-hedonism.
Pada tahap ini, anak tidak lagi secara mutlak bergantung kepada aturan yang ada
di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa
setiap hal yang dikerjakan mempunyai beberapa segi.
Relativisme
artinya
bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistic). Misalnya mencuri makanan karena kelaparan. Karena
perbuatan mencuri untuk memenuhi kebutuhannya, maka baginya mencuri dianggap
sebagai perbuatan bermoral, meskipun ia tahu perbuatan mencuri merupakan
perbuatan yang salah yang pada akibatnya adalah mendapat hukuman.
Tingkat 11 (konvensional) terbagi menjadi dua periode stadium 1 dan 2. Pada
stadium 1 atau ketika usia anak belasan
tahun, atau pada tingkatan kelas tinggi di Sekolah Dasar, anak memperlihatkan
orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik dan tidak baik oleh orang
lain. Menjadi anak manis masih sangat dianggap penting bagi anak pada stadium
ini.
Siswa di usia SD/MI memiliki
beberapa sifat dan tingkah laku: a siswa pendiam/pemalu, b siswa perenung, c
siswa sangat aktif (hyper active), d
siswa malas.[41]
Siswa pendiam tidak banyak aktivitas fisiknya, tetapi dia selalu menurut
perintah guru, siswa seperti ini juga tidak suka bertanya dan dia bersifat
pasif. Menghadapi siswa seperti ini, guru harus sering bertanya dan memberi
kesempatan kepada siswa supaya dia lebih aktif, tidak malu bertanya, dan lebih
berani menampilkan diri, tetapi guru harus juga waspada dan jeli terhadap siswa
tersebut.
Siswa perenung kelihatannya memandang ke depan,
tetapi sebenarnya tidak memperhatikan perintah dan penjelasan guru. Biasanya
siswa seperti ini prestasinya kurang begitu baik. Siswa seperti ini harus
banyak ditanya dan diberi perintah secara khusus. Perintah yang disampaikan
secara klasikal ( secara bersama)
harus terus diulang-ulang secara khusus pada siswa seperti ini.
Siswa sangat aktif adalah siswa
yang suka mengganggu temannya, dan suka melakukan kegiatan-kegiatan yang
mengganggu ketenangan kelas. Siswa ini juga suka menarik perhatian guru dan
teman-temannya yang lain dengan perbuatan yang aneh, misalnya tidak mau duduk
ditempatnya ketika pelajaran berlansung dengan alasan meminjam atau mengambil
sesuatu. Siswa seperti ini tidak mau tenang dan ada kecendrungan tidak serius
melakukan tugas-tugas yang diberikan guru. Guru harus menangani siswa tipe ini
dengan serius, melalui cara menegur dengan sering, tetapi jangan dipermalukan
di depan kelas, melainkan dipanggil sendiri ke kantor misalnya.
Siswa dengan sifat pemalas
biasanya jarang mengerjakan tugas, pekerjaan rumah, tugas-tugas kelas seperti
piket juga kebersihan dirinya sendiri dan kurang disiplin, seperti sering
terlambat, siswa seperti ini harus diberi perhatian khusus.
C.
Disiplin
Belajar
1.
Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin
adalah: sikap patuh, tepat waktu, dan taat peraturan.[42] Disiplin sekolah adalah keadaan tertib di dalam
suatu sekolah yang di dalamnya tergabung guru dan siswa yang taat pada tata
tertib yang telah ditetapkan.[43] Jadi disiplin berpakaian adalah
sikap patuh siswa dalam berpakaian sesuai dengan peraturan yang berlaku di
sekolah tertentu.
Disiplin
juga termasuk faktor-faktor penting
yang harus ditanamkan dan dipegang teguh
dalam proses belajar-mengajar di sekolah.[44] Penerapan disiplin yang baik dan
kuat dalam proses pendidikan akan menghasilkan mental, watak dan kepribadian
yang kuat. Di Sekolah Dasarlah anak harus sudah mulai disiplin.[45]
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan
dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam ajaran Islam banyak
ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada
peraturan yang telah ditetapkan, antara lain:
1.
Surat An Nisa ayat 59:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
Artinya: “Wahai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” (Qs. an-Nisâ` [4]:
59).
Dari ayat di atas terungkap pesan untuk patuh
dan taat kepada para pemimpin, dan jika terjadi perselisihan di antara mereka,
maka urusannya harus dikembalikan kepada aturan Allah SWT dan Rasul-Nya.Islam
mengajarkan kita agar benar-benar memperhatikan dan mengaplikasikan nilai-nilai
kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun kualitas kehidupan
masyarakat yang lebih baik.
2.
Surat Al-Ashr
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Artinya: demi
masa, sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat ini disamping menjelaskan
untuk taat pada kebenaran, juga mengandung makna tentang pentingnya disiplin
dalam penggunaan waktu. Disiplin dalam
penggunaan waktu perlu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu
tak mungkin dapat kembali lagi. Demikian pentingnya waktu sehingga berbagai
bangsa menyatakan penghargan terhadap waktu. Orang Inggris mengatakan Time is money (waktu adalah uang),
peribahasa Arab mengatakan” (waktu adalah pedang) atau waktu adalah
peluang emas, dan kita orang Indonesia mengatakan:‘’sesal dahulu pendapatan
sesal kemudian tak berguna’’. Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang
yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup
teratur dan berdisiplin dalam memanfaatkan waktunya.
Disiplin
tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketat
dalam kehidupan pribadinya. Dalam ayat ini dijelaskan Ada empat cara agar kita
tidak menjadi orang-orang yang melalaikan waktu, antara lain: a beriman, b
beramal saleh, c saling berwasiat dalam kebenaran, d saling berwasiat dalam
kesabaran.
3.
Surat Ali Imran ayat
31
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósã ª!$# öÏÿøótur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRè 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ
Artinya: ‘’Katakanlah:
‘’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’’.
Maksud cinta kepada Allah
adalah senantiasa taat kepada-Nya . Ayat ini menjelaskan tentang disiplin dalam
beribadah. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa disiplin dalam dalam
beribadah itu mengandung dua hal: a berpegang teguh apa yang diajarkan Allah
dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran yang bersifat
menghalalkan, menganjurkan, sunnah, makruh dan subhat; b sikap berpegang teguh
yang berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau terpaksa.
Orang yang mengada-ada aturan baru dalam beribadah misalnya, shalat subuh 3
raka’at atau puasa 40 hari terus-menerus tanpa berbuka, adalah orang yang tidak
disiplin dalam ibadah, karena tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, ia termasuk orang yang berbuat bid’ah dan tergolong
sebagai orang yang sesat.
4.
Surah Al-Isra ayat 84
ö@è% @@à2 ã@yJ÷èt 4n?tã ¾ÏmÏFn=Ï.$x© öNä3/tsù ãNn=÷ær& ô`yJÎ/ uqèd 3y÷dr& WxÎ6y ÇÑÍÈ
Artinya: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (Qs. al-Isrâ`: 84)
Disiplin adalah salah satu dari nilai yang harus dikembangkan dalam
pendidikan berbasis karakter bangsa. Disiplin yang kuat berperan besar dalam
mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan atau progress pembangunan. Contoh Cina. Negeri ini bisa dikatakan tidak
lebih makmur dibandingkan dengan Indonesia era 70 an. Namun dalam kurun waktu
kurang dari 30 tahun, dengan disiplin baja dan kerja keras, Cina telah berhasil
bangkit menggerakkan mesin produksinya[46]
. Budaya disiplin Cina tercermin dari berhasilnya negeri ini menekan masalah
korupsi dikalangan birokrasinya secara substansial .[47]
Belajar memiliki beragam
pengertian, diantaranya yang dipaparkan oleh Sardiman, AM yang dikutip oleh
Istarani dan Intan Pulungan mengemukakan bahwa belajar adalah: usaha penguasaan
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebahagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya.[48]
Sardiman dalam Istarani dan Intan Pulungan juga mengemukakan bahwa belajar
dapat diartikan sebagai usaha merubah tingkah laku.[49]
Berangkat
dari pengertian di atas sebagaimana yang ditulis oleh Istarani dan Intan
Pulungan menyimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dengannya
organisme memperoleh bentuk-bentuk perubahan prilaku yang cenderung terus
mempengaruhi model perilaku umum menuju pada sebuah proses peningkatan.
Beranjak dari kedua pengertian kata disiplin dan belajar di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa disiplin belajar merupakan sebuah tindakan patuh, berbuat
sesuai aturan dalam mengikuti proses atau usaha
ke arah perubahan yang terus mengalami peningkatan. Disiplin belajar adalah serangkaian perilaku seseorang yang
menunjukan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib norma
kehidupan yang berlaku karena didorong adanya kesadaran dari dalam dirinya
untuk melaksanakan tujuan belajar yang diinginkan.[50]
Disiplin
belajar juga sering disebut dengan disiplin kelas. Pernyataan ini bertolak dari
hakikat kata kelas itu sendiri. Secara etimologis
kata kelas merujuk pada kegiatan belajar-mengajar.[51] Contohnya kelas drama,
kelas musik, kelas matematika.
Berangkat
dari pengertian kelas tersebut, maka tak ada salahnya untuk mengemukakan
pengertian disiplin belajar merujuk pada pengetian disiplin kelas. Disiplin
kelas adalah keadaan tertib dalam suatu
kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tertib yang telah
ditetapkan.[52] Berdasarkan penjelasan beberapa
teori di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar/disiplin kelas adalah
ketaatan atau berbuat sesuai aturan dalam mengikuti proses belajar-mengajar.
2.
Bentuk-Bentuk
Disiplin Belajar
Adapun
bentuk-bentuk kedisiplinan belajar antara lain:[53]
a. Masuk ruang kelas tepat waktu
Masuk ruang kelas tepat waktu artinya anak didik masuk
ruangan guna mengikuti kegiatan belajar mengajar tepat pada waktunya. Seperti
memasuki ruang kelas jam 07.30 ketika memulai pembelajaran, masuk setelah jam
istirahat pada jam 10.30. Masuk ruang kelas tepat waktu merupakan kewajiban
yang mutlak yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua anak didik. Maka, bagi anak
yang menghargai disiplin, dia akan memperhitungkan jarak antara rumah/tempat
tinggal dengan sekolah sehingga tidak terlambat ketika masuk sekolah.
b. Berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan sekolah
Seorang siswa apabila ia berangkat ke sekolah dituntut
untuk berpakaian dan dalam hal ini berpakaian rapi bukan berarti harus baru, tetapi
harus memakai seragam sesuai dengan peraturan yang ditentukan sekolah seperti
memakai tanda lokasi sekolah, baju dimasukkan dan sebagainya.
c. Memperhatikan pelajaran
Pentingnya
memperhatikan pelajaran, karena apa yang guru jelaskan terkadang tidak ada keterangan dalam buku
paket atau sudah ada di dalam buku paket, tetapi keterangannya belum jelas,
inilah keuntungan dari memperhatikan pelajaran. Bagi seorang yang berdisiplin
tentunya ia akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada penjelasan guru
sehingga mampu menangkap materi yang disampaikan, namun sebaliknya, bagi siswa yang
mengabaikan disiplin, ia akan membuat gaduh di dalam ruang kelas sehingga
mengganggu konsentrasi kawan sekelasnya. Untuk itu, tugas guru adalah
memberikan nasehat kepada siswa mengenai betapa pentingnya memperhatikan
pelajaran.
d. Mengikuti pelajaran tanpa bolos
Seorang siswa yang terbiasa berdisiplin akan berusaha
untuk aktif berangkat ke sekolah dan senantiasa mengikuti pelajaran dari awal
sampai akhir. Ia akan merasa sangat menyesal apabila ia tidak dapat masuk
sekolah karena sakit/karena alasan lain yang karenanya ia ketinggalan pelajaran
tersebut. Apabila hal itu terjadi, maka ia akan berusaha untuk mengejar
ketertinggalan pelajaran tersebut, misalnya dengan meminjam catatan temannya
yang masuk, serta ia akan memberi keterangan kepada guru kenapa ia tidak masuk
sekolah.
e. Memiliki rencana belajar yang teratur
Rencana yang dimaksud adalah perhitungan jangka pendek yang
menyangkut tentang pembagian waktu, tenaga dan bahan yang akan dipelajari. Dalam
rangka mendapatkan efektifitas dan efisien dalam belajar, karena salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang adalah kedisiplinan
dalam pelaksanaannya, bukan lamanya belajar yang diutamakan tetapi kebiasaan
teratur dan rutin dalam belajar.
f. Mengerjakan tugas
Dalam prinsip belajar mengajar siswa tidak hanya dituntut
untuk mendengarkan apa yang disampaikan guru saja atau bersikap pasif, tetapi
yang dituntut untuk aktif di dalam proses belajar mengajar. Salah satunya
dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Semua tugas-tugas yang telah
diberikan oleh guru harus dikerjakan, karena kedisiplinan siswa dalam
mengerjakan tugas sangatlah mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
1.
Kesadaran diri, berfungsi sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap
penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain kesadaran diri menjadi
motif sangat kuat bagi terbentuknya disiplin.
2.
Pengikut dan ketaatan, sebagai langkah penerapan dan praktik atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai
kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan
kemauan diri yang kuat.
3.
Alat pendidikan, untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk
perilaku yang sesuai dengan nilai yang ditentukan dan diajarkan.
4.
Hukuman, sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah
sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Hal senada
pendapat lain bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar adalah
sebagai berikut:[55]
1.
Teladan
Teladan yang ditunjukkan guru-guru, kepala sekolah maupun atasan sangat
berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Dalam disiplin belajar, siswa akan
lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan daripada dengan apa
yang mereka dengar.
2. Lingkungan
berdisiplin
Seseorang yang berada di lingkungan berdisiplin tinggi akan membuatnya
mempunyai disiplin tinggi pula. Salah satu ciri manusia adalah kemampuannya
beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan potensi adaptasi ini, ia dapat
mempertahankan hidupnya.
3. Latihan
berdisiplin
Disiplin seseorang dapat dicapai dan dibentuk melalui latihan dan
kebiasaan. Artinya melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya
dalam praktik kehidupan sehari-hari akan membentuk disiplin dalam diri siswa
a. Faktor eksterinsik
1) Faktor
non-sosial, seperti
keadaan udara, waktu, tempat dan peralatan maupun media yang dipakai untuk
belajar. Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah lingkungan alamiah seperti kondisi
udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/
kuat, atau tidak terlalu lemah/ gelap, suasana yang sejuk dan senang. Kedua yaitu faktor instrumental,
yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lain
sebagainya. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, buku dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran termasuk dalam
lingkungan nonsosial yang terakhir. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru (Baharuddin,
2008:27-28).
2) Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
a.
Faktor ekstrinsik:
1)
Lingkungan Sosial Sekolah
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis
antar ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau
administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
2) Lingkungan Sosial Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi
belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
3). Lingkungan Sosial Keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik s
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
lingkungan sosial mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Hubungan yang baik
antar lingkungan sosial sekolah yang terdiri dari guru, dengan teman – teman
sekelas, serta administrasi mampu memberikan dorongan yang baik bagi siswa
untuk belajar lebih giat. Lingkungan sosial masyarakat merupakan lingkungan
dimana siswa berinteraksi dengan warga sekitar rumahnya. Siswa harus dapat
membatasi diri dari pengaruh lingkungan yang buruk. Lingkungan sosial yang
terakhir berasal dari keluarga, peran serta orangtua dalam proses belajar
anaknya sangatlah dibutuhkan. Aturan – aturan yang ada di dalam lingkungan
keluarga hendaknya dilaksanakan dengan baik guna menjalin hubungan yang baik
antar anggota keluarga.
b. Faktor
instrinsik
1). Faktor
psikologi, seperti minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan kemampuan kognitif. Secara sederhana minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Seseorang yang tidak mempunyai minat untuk belajar dapat membuat
gairah ataupun semangat belajar yang kurang. Munculnya minat belajar yang baik
biasanya akan disertai dengan aktivitas belajar yang baik pula.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Minat yang besar akan mendukung kelancaran proses belajar
siswa. Minat belajar siswa dapat ditunjukkan dengan perasaan senang pada suatu
pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran, konsentrasi siswa terhadap
pelajaran, dan kesadaran siswa untuk belajar.
2). Motivasi adalah keseluruhan daya
gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi
intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.[58]
Ciri-ciri motivasi adalah tekun menghadapi
tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukan minat terhadap bermacam-macam
masalah, lebih senang bekerja sendiri, cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin,
dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, dan
senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.[59]
4. Upaya-Upaya Meningkatkan Disiplin Belajar Di Sekolah
Ada beberapa upaya yang digunakan untuk menegakkan
disiplin kelas/disiplin belajar, diantaranya:[60]
a.
Pengawasan ketat
Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan jalan mengoreksi
setiap murid yang melakukan pelanggaran disiplin, memperhatikan lebih serius bila
ada dua murid atau lebih melakukan pelanggaran dan waktu koreksi yang tepat segera setelah pelanggaran
disiplin dilakukan siswa.
Pengawasan secara ketat ini diimbangi dengan usaha-usaha preventif agar tidak terjadi pelanggaran
disiplin, yaitu dengan memberikan motivasi untuk belajar secara efektif,
memberikan perhatian kepada setiap murid, mempertimbangkan semua pelanggaran
terhadap masing-masing murid yang melanggar, menyajikan kegiatan yang menarik
dan bervariasi, memberikan tugas tambahan bagi murid yang pandai sehingga
sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan masing-masing murid dan melakukan
penggantian kegiatan secara pelan-pelan.
b.
Pengubahan perilaku
Upaya pengubahan perilaku murid dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu dengan menerapkan sistem mengucilkan dan menghadiahi, sistem
memperkuat dan menghukum, sistem perjanjian dan sistem tiket. Upaya ini
menegakkan disiplin dan hadiah akan disediakan bagi murid yang mematuhi isi
perjanjian dan yang melanggar akan memperoleh hukuman.
Upaya ini bisa dilakukan dengan sistem tiket, dalam
sistem tiket, murid berusaha mengumpulkan tiket(sebagai tanda telah mematuhi
disiplin untuk periode tertentu) sebanyak-banyaknya. Apabila murid telah
mengumpulkan pada jumlah tertentu, maka dia akan memperoleh hadiah.
c.
Pengobatan realitas
Upaya ini mendasarkan atas tiga hal, yaitu:
1)
Menunjukkan akibat kegagalan bersekolah
dan bagaimana agar kegagalan itu tidak menimpa murid dengan jalan menegakkan
disiplin.
2)
Mengajak murid untuk menyelenggarakan
rapat kelas sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi timbal balik dan
memecahkan di dalam ruang kelas.
3)
Guru memenuhi kewajibannya untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut: selalu mengingatkan tanggungjawab murid,
menciptakan peraturan-peraturan yang mengacu ke arah sukses murid, tidak
memberi maaf terhadap murid yang melanggar peraturan, menyadarkan murid yang
telah melanggar disiplin dan mengajak murid mencari alternatif pemecahannya,
meyakinkan akibat positif atau negatif terhadap pelanggaran disiplin, tidak
menghukum murid yang telah yang telah berbuat kurang baik tetapi menyeluruh
mereka untuk membetulkan perilakunya.
d.
Pendisiplinan tanpa airmata
Upaya ini ada dua macam, yaitu: memotivasi murid untuk
melakukan perbuatan baik dan membantu murid untuk mengemabangkan pengontrolan
terhadap diri sendiri dan berperilaku bertanggung jawab.
e.
Komunikasi yang berkualitas
Menurut sistem ini, disiplin adalah serangkaian
kemenangan atas murid dan membantu murid untuk berperilaku yang dapat diterima
oleh murid lain dan bertanggung jawa.
Alat yang penting
bagi guru adalah memiliki sistem disiplin yang efektif yang dapat menghentikan
perilaku yang kurang baik, membetulkannya, meningkatkan hubungan yang positif,
dan membentuk sistem disiplin diri sendiri pada setiap murid.[61]
Upaya untuk mendisiplinkan secara efektif, maka perlu ada
tolak ukur yang memuat hal-hal berikut:[62]
a.
Pencegahan yang mengarah ke pengurangan
tindakan yang kurang layak.
b.
Segera menekankan perilaku yang
menyimpang sebelum tumbuh, berkembang dan tersebar luas.
c.
Koreksi terhadap perilaku yang keliru
dengan menyalurkanke arah yang positif dan produktif.
d.
Tanggung jawab murid sendiri untuk
perilaku mereka.
e.
Hubungan yang positif antara guru dan
murid serta antar murid sendiri.
Pendapat lain mengatakan bahwa ada beberapa cara/teknik
membina disiplin belajar/disiplin kelas, yaitu:[63]
a.
Pendekatan yang digunakan:
1)
Pemberian bimbingan
Guru hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berbuat dan menumbuhkan gagasan baru/ide-ide baru secara wajar sesuai tingkat
kelasnya.
2)
Evaluasi pada diri pribadi
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengevaluasi tingkah lakunya berdasarkan peraturan tata tertib yang telah
ditetapkan.
b.
Teknik-teknik yang digunakan
1)
Teknik keteladanan
Guru hendaknya memberikan contoh teladan sikap dan
perilaku yang baik kepada siswanya.
2)
Teknik bimbingan guru
Guru hendaknya senantiasa memberikan bimbingan dan
penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
3)
Teknik pengawasan bersama
Disiplin kelas/disiplin belajar yang baik mengandung pula
kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa yang menerimanya sebagai
pengendali, sehingga situasi kelas/belajar menjadi tertib.
c.
Tahap-tahap pengelolaan kelas
Pada dasarnya tahap-tahap pengelolaan kelas yang
merupakan suatu proses dapat ditempuh dalam 4 tahap, yaitu:
1)
Memerinci kondisi kelas yang
dikehendaki.
2)
Mengamati kondisi kelas yang ada/nyata.
3)
Menentukan cara pengelolaan kelas dengan
menggunakan cara yang sesuai untuk menciptakan situasi yang mendukung
kelancaran proses belajar-mengajar.
4)
Menilai dan memilih hasil pelaksanaan
pengelolaan kelas.
[1] Non Syafriadi, Strategi Pembelajaran, (Padang:
Salsabila Grafika, 2012), h.1
[2] Undang-Undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005,
pasal 1, h. 2
[3] Ahmad Barizi dan Muhamad Idris, Menjadi
Guru Unggul, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), cet ke-1, jilid 1., h.142
[6] Suratman, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar
Seri Peningkatan Mutu 2, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1996), h.22
[7] Dzaki, Forum Pendidikan , Pengertian Kelas Rendah, http/ kelas rendah/blogspot, diases
tanggal 29 Februari 2016.
[8] Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, Pengantar
bimbingan dan penyuluhan , ( Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud,, 1995) cet ke 4, jilid 6, h. 115.
[9] Suratman,
Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar Seri Peningkatan Mutu 3, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996), h. 4
[10] Redja Mudyahardjo, Waini Rasyidin dan Saleh
Soegiyanto, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Universitas terbuka, 1995), cet ke 4,
jilid
6, h. 269
[12] Moh Surya, Rochman Natawidjaya, Op.cit., h. 6
[13] Mudjito, Manajemen Sekolah Dasar , (Jakarta: CV Inti Buku Utama,
1994), cet ke 3, jilid 3, h. 25
[14] Moh Sury, Op.Cit., h. 7
[15] Ahmad Barizi dan Muhammad
Idris, Op., cit., h. 143
[16] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 19
Tahun 2007, Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
[16] Suratman, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar Seri Peningkatan
Mutu 2, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h. 23
[18] Suratman, Ibid, h. 23
[19] Moch Surya, Rochman Natawidjaya, Op. cit., h.318
[20] Suratman, Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar Seri Peningkatan Mutu
3 ( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h.13
[21] Moh Surya, Rochman Nata widjaya, Ibid., h.97
[22] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen.
[23] Non Syafriadi, Strategi
Pembelajaran, (Padang: Sasabiah Grafika, 2012), h. 5
[24] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007, Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
[25] Moh Surya dan Rochman Natawidjaya, Op. cit., h. 117
[27] Ibid., h. 45
[28] Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), cet
ke 11, jilid 11, h. 139
[29] Redja Mudyaharjo, et all., Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Universitas terbuka, 1995), cet ke
4, jilid 6, h. 279
[30] Mudjito, Manajemen Sekolah
Dasar, (Jakarta: CV Inti Buku Utama, 1994), cet ke 3, jilid 3, h. 15:
[31] Suratman, Petunjuk
Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasat Seri Peningkatan Mutu 1,
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996), h. 9
[32] Moch Surya, Op. cit, h. 8
[33] P, Djaka, Op. cit., h.
298
[34] Nur Asma, Op. cit., h. 5
[35] Nur Asma,Ibid., h. 35
[36] Moch Surya, Op.cit.,,
h.12
[37] Nur Asma, Ibi., ,h. 10
[38] Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), cet ke 1, jilid 1, h. 24,
[39] Sunarto, Agung Hartono, Ibid., h. 127
[40] Sunarto, Agung Hartono, Ibid., h. 172
[41] Suratman, seri mutu 3 , h. 27
[42] Djaka p, Op.cit., h. 76
[43] Suratman, Pengelolaan kelas
di Sekolah Dasar Seri Peningkatan Mutu 3, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1996), h. 10.
[44] Moch Surya, Op.cit.,h.
190
[45] Suratman, Op. cit., h.47
[46] Ida Zusnani, Manajemen Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa
(Platinum, 2013), cet ke 1, jilid 1, h. 127
[47] Ibid, 127
[48] Istarani dan Intan Pulungan, Ensiklopedi
Pendidikan, (Medan:Media Persada, 2015), cet ke-1, h. 1
[51] Djaka, Op.,
Cit. h. 280
[52] Suratman, Pengelolaan
Kelas di Sekolah Dasar Seri Peningkatan Mutu 3, ( Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PendidikanDasar dan Menengah,
1996), h. 10
[53] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), h. 132-133
[54]http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-dan-fungsi-disiplin-belajar.html, diakses tanggal
18 September 2015
[59] Lo., Cit.
[60] Mudjito, Manajemen
Sekolah Dasar. ( Jatibening: C.V. Inti Buku Utama, 1988), cet ke-4, h. 47
terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan hubungi website kami www.schoolmantic.com
BalasHapus