A.
Usia
Dini/Remaja (Usia di bawah 20 tahun)
1.
Defenisi Remaja/ Usia Dini
Secara etimologi usia dini atau yang lebih dikenal dengan usia remaja ini
berarti “tumbuh menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara
itu , menurut The Healt Resources and
services Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja
adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14
tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny
Kusmiran 2014, p. 4).
Defenisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a.
Secara
kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21
tahun.
b.
Secara
fisik remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.
c.
Secara
psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan
dalam bentuk aspek kognitif, emosi, sosial dan moral diantara masak anak-anak
menuju masa dewasa. (Eny Kusmiran 2014,
p. 4)
|
Remaja merupakan masa transisi yakni
usia 10-19 tahun yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, psikis. Masa
dimana organ reproduksi manusia mengalami kematangan dan sering disebut masa
puberitas yaitu peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk dalam
Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Remaja adalah masa dimana perubahan yang cukup mencolok
terjadi ketika anak perempuan dan laki laki memasuki usia antara 9-15 tahun dan
mereka tidak hanya tubuh menjadi tinggi dan lebih besar tetapi juga terjadi
perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. (Proverawati
dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12). Remaja disebut juga adolescence yang
berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan
yaitu bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan fikiran. (Marmi
dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan remaja atau usia dini adalah individu yang berusia
di bawah 20 tahun yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dari
masa anak-anak menuju masa dewasa.
2.
Ciri-Ciri
Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
a. Sikap protes terhadap orangtua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup
orangtuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orangtua.
b. Prokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia dini mengalami perubahan yang cepat sekali.
c. Kesetiakawanan dengan kelompok usia
Para remaja pada kelompok ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan
kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok senasib.
d. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.
e. Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah.
Usia Remaja Penuh (16-19 tahun)
a.
Kebebasan
dari orangtua
b.
Ikatan
terhadap pekerjaan atau tugas
c.
Pengembangan
nilai moral dan etis yang mantap
d.
Pengembangan
hubungan pribadi yang labil
d.
Penghargaan
kembali pada orangtua dalam kedudukan yang sejajar (Eny Kusmiran 2014, p. 5)
3.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai
dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Perkembangan adalah
perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitaf, rangakaian perubahan
dapat bersifat progresif, teratur, berkesinambungan serta akumulatif.
Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat
perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalaus dan
hipofisis. Ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang diransang, yaitu
kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal dan kelenjar organ reproduksi. (Eny
Kusmiran 2014, p. 10). Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerjasama dan
berinteraksi dengan faktor genetik maupun lingkungan.
Beberapa aspek perkembangan remaja:
a.
Perkembangan
Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola perilaku dewasa
merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat
menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran
anak-anak.
b.
Kuatnya
Teman sebaya
Keinginan menjadi mandiri anak timbul dari dalam diri remaja. Salah satu
bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orang
tua dan ketergantungan secara emosional pada orangtua. Diterima oleh teman
sebaya merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
1)
Minat
dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar.
2)
Kegiatan-kegiatan
sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin.
3)
Bertambahnya
wawasan
4)
Berkurangnya
prasangka dan diskriminasi.
c.
Pengelompokkan
Sosial Baru
Dalam pengelompokkan sosial, akan muncul nilai-nilai baru yang diadaptasi
oleh remaja. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Nilai
baru dalam memilih teman.
2)
Nilai
baru dalam penerimaan sosial
3)
Nilai
baru dalam memilih pemimpin
Jenis-Jenis
pengelompokkan sosial remaja antara lain:
1)
Teman
dekat atau sahabat karib
2)
Kelompok
kecil terdiri atas kelompok teman-teman dekat.
3)
Kelompok
besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil.
4)
Kelompok
yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah, organisasi
masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak memiliki
kelompok kecil atau kelompok besar.
d.
Perkembangan
Emosi
Ciri-ciri
perkembangan emosi pada tahap ini antara lain:
1)
Emosi
lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara meledak-ledak.
2)
Kondisi
emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya ke keadaan
semula.
3)
Jenis-jenis
emosi sudah lebih bervariasi.
4)
Mulai
munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cinta,
cemburu dan lainnya)
5)
Remaja
umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang mereka
Faktor-faktor
yang menyebabkan tingginya emosi antara lain sebagai berikut:
1)
Fisik
(Kelenjar dan nutrisi)
2)
Lingkungan
dan sosial
a)
Penyesuaian
terhadap lingkungan yang baru
b)
Tuntutan
sosial untuk berperilaku yang lebih matang
c)
Aspirasi
yang tidak realistis
d)
Penyesuaian
sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis
e)
Masalah-masalah
di sekolah
f)
Masalah-masalah
dengan tugas atau bidang pekerjaan
g)
Hambatan
terhadap hal-hal yang ingin dilakukan.
h)
Relasi
yang kurang mendukung
e.
Pengendalian
Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau menghilangkan emosi
melainkan upaya belajar menghadapi situasi dengan rasional, belajar mengenal
emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi, serta
belajar memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan fikiran maupun emosi
tidak berlebihan yang proporsional sesuai dengan situasi.
f.
Kebahagian
pada Masa Remaja
Ketidak bahagiaan remaja lebih disebabkan oleh masalah pribadi daripada
lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi permasalahan tanpa bantuan orang
dewasa, maka kebahagiaan akan semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai
dengan apa yang mampu ia capai.
g.
Perkembangan
Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan kognitif remaja
berada pada tahap Formal operational.
h.
Perkembangan
Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi:
1)
Pada
masa remaja mereka mulai memberontak dari nilai-nilai orangtua dan orang dewasa
lainnya.
2)
Pandangan
moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih abstrak
3)
Keyakinan
moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada apa yang salah.
4)
Penilaian
moral menjadi semakin kritis
5)
Penilaian
moral kurang menjadi egosentris
6)
Penilaian
moral cenderung melibatkan beban emosi
i.
Perkembnagan
Konsep Diri
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai
dirinya sendiri. Gambaran remaja terhadap dirinya meliputi pengendalian
keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri dan penilaian sosial.
j.
Perkembangan
Heteroseksual
Perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar memerankan peran jenis
kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Kondisi pandangan budaya tertentu mengenai peran jenis kelamin remaja
mengakibatkan munculnya efek penggolongan dalam masyarakat.
k.
Masalah
Umum Remaja
Beberapa masalah umum yang dialami remaja berkaitan tumbuh kembangnya:
1)
Masalah
yang berkaitan dengan lingkungan rumah.
2)
Masalah
yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
3)
Kondisi
fisik dan penampilan.
4)
Emosi.
5)
Penyesuaian
sosial.
6)
Masalah
pekerjaan.
7)
Nilai-nilai.
8)
Masalah
yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis.
4.
Seksualitas
Remaja
Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas diantaranya adalah:
a. Dimensi
Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan
anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta
dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya
menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, Infeksi
Saluran Reproduksi (ISR), bagamana memfungsikan seksualitas
b. Dimensi Psikologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana
manusia menjalani fungsi seksual sesuai identitas jenis kelaminnya dan bagaimana
dinamika aspek-aspek psikologis terhadap seksualitas itu sendiri serta
bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan
manusia.
c. Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam reaksi antara
manusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan
peran dari lingkungan sosial serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas
dalam kehidupan manusia.
d. Dimensi
Kultural dan Moral
Seksualitas meliputi lima area:
1) Sensualitas
2) Intimacy
3) Identitas
4) Lingkaran kehidupan
5) Ekploitasi (Blanch and Collier dalam Eny Kusmiran 2014,
p. 28)
Selanjutnya,
ruang lingkup seksulitas juga terbagi atas:
1)
Seksual
biologis
2)
Identitas
seksual
3)
Identitas
gender
4)
Perilaku
seksual (Hidayat dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4)
Seksualitas memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan umum: Meningkatkan
kesejahteraan kehidupan manusia
b. Tujuan khusus:
1)
Prokreasi
(Menciptakan atau meneruskan keturunan)
2)
Rekresi
(Memperoleh kenikmatan biologis)
Masa remaja diawali oleh puberitas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan tubuh ini disertai
dengan perkembangan bertahap dari karakteristik
seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik yang
berhubungan langsung dengan reproduksi adalah karakteristik primer. Sementara
karakteristik sekunder berhubungan
dengan sex appeal (daya tarik
seksual).
Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan
remaja tentang seksual. Minat seksual remaja antara lan:
a. Minat dalam
permasalahan yang menyangkut kehidupan seksual.
b. Keterlibatan
aspek emosi dan sosial pada saat berkencan
c. Minat dalam keintiman secara fisik (Tanner dalam Eny
Kusmiran 2014, p. 31)
Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja
dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual. Hormon inilah yang
berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Perilaku seksual sering
ditanggapi sebagai hal yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini
sangat luas sifatnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk
menarik perhatian lawan jenis. Contohnya berdandan, mejeng, mengerlingkan mata, merayu, menggoda, bersiul. Perilaku
seksual ini berbeda dengan aktivitas seksual. Aktivitas seksual adalah kegiatan
yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau mendapatkan
kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku. Contoh
perilakunya adalah berfantasi, masturbasi, cium pipi, cium bibir, petting, berhubungan intim (intercouse).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Perubahan biologis yang terjadi pada masa puberitas
dapat menimbulkan perilaku seksual.
b. Kurangnya pengaruh orangtua melalui komunikasi antara
orangtua dan remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya
penyimpangan perilaku seksual.
c. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya
penyimpangan perilaku seksual.
d. Remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang
rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual.
e. Perspektif sosial kognitif diasosiasikan dengan
pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan
remaja.( Muss dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4)
B.
Kehamilan
Dini
1. Defenisi Kehamilan Dini
Kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi,
kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan
tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam
beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu
(minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke- 28 sampai
minggu ke-40) (Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,)
Selanjutnya usia Dini
yang biasa disebut dengan usia remaja secara etimologi berarti “tumbuh
menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara itu , menurut The Healt Resources and services
Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja adalah
11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14 tahun),
remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny Kusmiran
2014, p. 4).
Berangkat dai pengertian kehamilan
dan usia dini di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan
dini adalah kehamilan yang terjadi pada usia 11 hingga 19 tahun atau tepatnya
20 tahun ke bawah. Kehamilan
dini ini bisa terjadi karena perkawinan ataupun sebelum perkawinan (pra nikah) yang biasa dikenal dengan kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD). dimana keduanya merupakan kesatuan dari pernikahan
dini
2. Kehamilan Tidak diinginkan (KTD) Pada Remaja
Kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang terjadi
dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu
atau kedua calon orangtua bayi tersebut. KTD pada remaja disebabkan
faktor-faktor berikut:
a.
Kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b.
Faktor
dari dalam diri remaja sendiri yang
kurang memahami swadayanya sebagai pelajar.
c.
Faktor
dari luar yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua.
d.
Perkembangan
teknologi dunia komunikasi yang makin canggih.
Faktor lain yang menyebabkan kehamilan remaja yang tidak
diinginkan adalah:
a. Usia menstruasi yang semakin dini disertai usia kawin
yang semakin tinggi menyebabkan masa-masa rawan yaitu kecenderungan perilaku
seksual aktif semakin memanjang
b. Ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan tentang
perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
c. Tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
d. Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan
alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang penggunaan alat
kontrasepsi yang benar .
e. Kehamilan akibat pemerkosaan, seperti pemerkosaan oleh
teman kencannya.
Beberapa resiko yang timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan pada
remaja adalah sebagai berikut:
a.
Resiko Medis:
1)
Aborsi
tidak aman berkontribusi pada kesakitan dan kematian Ibu
2)
Gangguan
kesehatan
b.
Psikologis:
1)
Rasa
bersalah
2)
Depresi
3)
Marah
dan agresi
4)
Remaja
atau calon Ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil.
c.
Psikosional:
1)
Ketegangan
mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah
2)
Tekanan
dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
3)
Dikucilkan
dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri
d. Masa depan
remaja dan janin:
1)
Terganggunya
kesehatan
2)
Resiko
kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi
3)
Pernikahan
remaja dan pengguguran kandungan
4)
Putus
sekolah
5)
Bila
bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlantar
6)
Perkembangan
bayi yang tertahan
7)
Bayi
terlahir dengan berat rendah.
3. Resiko Kehamilan Dini
Berikut ini resiko atau bahaya yang mengancam gadis
dibawah umur saat hamil di usia muda (Di bawah 20 tahun) :
a. Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi
untuk gadis dengan umur dibawah 20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks
atau mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan
darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak
terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang, pendarahan
bahkan kematian pada ibu atau bayinya.
b. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20
tahun , belum begitu sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan
mengalami cacat fisik.
c. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker
leher rahim), karena semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks,
maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.( http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diakses tanggal 3 Agustus 2017)
Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan
akan dialami, diantaranya.
a. Kurangnya
perawatan kehamilan. Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama
jika tidak memiliki dukungan dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak
mendapatkan perawatan kehamilan yang memadai. Kehamilannya menjadi genting,
terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan.
c. Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya :
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan
oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang
serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
d. Tekanan darah tinggi. Remaja perempuan
yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi
dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia 20-30 tahun. Kondisi tersebut
disebut dengan pregnancy-induced
hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga memiliki risiko lebih tinggi
dari preeklamsia. Preeklamsia merupakan kondisi medis berbahaya yang merupakan
kombinasi dari tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin,
pembengkakan tangan dan wajah, serta kerusakan organ
b Kelahiran
prematur. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan
kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir
rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang
belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga
di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit
sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang
hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga
akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah dan cacat bawaan.
f. Berat
lahir bayi rendah. Remaja
perempuan yang hamil berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat
badan yang rendah. Hal tersebut karena bayi memiliki waktu yang kurang dalam
rahim untuk tumbuh. Bayi lahir dengan berat badan rendah biasanya memiliki
berat badan sekitar 1.500-2.500 gram.
g. Penyakit
menular seksual (PMS). Untuk remaja yang berhubungan seks selama
kehamilan, penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV adalah perhatian
utama. PMS ini dapat naik melalui serviks dan menginfeksi rahim dan pertumbuhan
bayi.
h. Anemia
kehamilan / kekurangan zat besi. Penyebab anemia pada saat hamil
di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil
di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
i. Depresi postpartum. Remaja
perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami depresi postpartum, yaitu
depresi yang dimulai setelah melahirkan bayi. Remaja perempuan yang merasa i
dan sedih, baik saat hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara
terbuka dengan dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat
mengganggu merawat bayi yang baru lahir.
j. Merasa sendirian dan terkucilkan. Khusus
untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang tuanya bahwa sedang
hamil, merasa takut, terisolasi dan merasa sendiri dapat menjadi masalah nyata.
k. Kematian ibu yang tinggi. Kematian
ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.
Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi yang
kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diunduh tanggal 3 Agustus 2017)
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia
dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko
bagi ibunya :
1) Mengalami perdarahan. Perdarahan pada saat
melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam
proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan
darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang
lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2) Kemungkinan keguguran / abortus. Pada saat
hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan
obat-obatan maupun memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit. Adalah
persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan
lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan
kekuatan dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
4) Kematian pada saat melahirkan yang
disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b.
Dari bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia
kehamilan. Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal
ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi
kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga
dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh Ibu hamil.
3) Cacat bawaan. Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ
janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor
gizi dan kelainan hormon.
4) Kematian bayi. Kematian bayi yang masih berumur 7 hari
pertama hidupnya atau kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang
dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diakses tanggal
3 Agustus 2017)).
4. Faktor yang
Mempengaruhi Kehamilan Dini
Beberapa faktor
kehamilan dini adalah:
a.
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi.
b.
Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang
memahami swadarmanya sebagai pelajar.
c.
Faktor luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua
menyebabkan remaja
merasa bebas
untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
d.
Perkembangan
teknologi media komunikasi yang
semakin canggih yang
memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang
termasuk hal-hal negatif
(Kusmiran, 2014, p. 36).
e.
Tingkat pengetahuan yang rendah/kurang tentang
kesehatan reproduksi,
lingkungan keluarga yang
tertutup, dan sumber informasi tentang seksualitas yang tidak bertanggung jawab (Heriana dkk, 2008, p. 6).
Selanjutnya alasan kehamilan pada
remaja adalah:
a. Kecelakaan (hamil di luar nikah)
b. Untuk mendapatkan tunjangan
kesejahteraan
c. Ingin anak
d. Ingin berperan
e. Faktor hubungan
f. Keinginan untuk meniru saudara
yang sedang hamil pada usia remaja (http://warungbidan.blogspot.co.id/2016/09/fenomena-kehamilan-remaja-kehamilan.html, diakses tanggal 5 Agustus 2017)
Kehamilan dini berkaitan erat dengan perilaku menikah usia dini. Perilaku menikah diusia dini ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kebiasaan
(UNICEF, 2005). Perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor
saja tetapi banyak faktor yang berperan. Perilaku dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yaitu :
a.
Faktor-faktor
predisposisi (predisposing factors)
meliputi : pengetahuan, persepsi dan sikap individu dan masyarakat terhadap pernikahan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pernikahan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi,
b.
Faktor-faktor
pemungkin (enabling factors) meliputi
lingkungan fisik : lapangan pekerjaan,
c.
Faktor-faktor penguat
(reinforcing factors) meliputi sikap
tokoh masyarakat dan tokoh agama.
(Green dalam Happy Elisa, 2015, p. 5)
Ketiga faktor yang mendasari dinamika kehidupan manusia dalam
masyarakat inilah yang membentuk perbedaan sikap antar komunitas dalam
menyikapi persoalan yang dihadapi. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa
serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Pengalaman dan
lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan
motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa
perilaku (Notoatmodjo, 2005,
p. 8). Sikap dipandang sebagai suatu predisposisi
untuk berperilaku yang akan tampak aktual hanya bila ada kesempatan untuk
menyatakannya terbuka luas. Sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya
bagi perilaku.
Beberapa penelitian mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pernikahan pada usia dini diantaranya adalah :
a.
Pendidikan. Pendidikan
dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan
oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan
tingkah laku. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan
dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia tergantung dari
kualitas pendidikan. Pendidikan berhubungan dengan kemampuan baca tulis dan
kesempatan seseorang menerima serta menyerap informasi sebanyak-banyaknya.
Informasi yang diterima akan meningkatkan pengetahuan. Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, dengan pendidikan
tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang
lebih baik (Suprapto dkk., 2004.
9). Tingkat pendidikan menggambarkan
tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat
mempengaruhi wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya.
Pendidikan yang rendah akan berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan berkaitan dengan usia
kawin yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan perkawinan semakin rendah
tingkat pendidikannya. (Grogger dan Bronars 1993, p. 21)
b.
Status ekonomi.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkawinan usia
dini. Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi permasalahan
yang sangat mendesak, perempuan muda sering dikatakan sebagai beban ekonomi
keluarga. Oleh karenanya perkawinan usia dini dianggap sebagai
suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin dari pihak lakilaki untuk menganti
seluruh biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh orangtuanya (Anonim, 2002, p. 19). Secara
sosial ekonomi, pernikahan usia dini menjadi salah satu gejala yang menunjukkan
rendahnya status wanita. Pada beberapa kasus, pernikahan usia dini berkaitan
dengan terputusnya kelanjutan sekolah wanita yang berakibat pada tingkat
pendidikan wanita menjadi rendah. Pendidikan yang rendah akan merugikan posisi
ekonomi wanita dan rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita. Taraf ekonomi
penduduk yang rendah, tidak cukup untuk menjamin kelanjutan pendidikan anak.
Jika seorang anak perempuan telah menamatkan pendidikan dasar dan tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ia hanya tinggal di rumah.
Karena keterbatasan lapangan pekerjaan, mereka sulit untuk mendapatkan
pekerjaan
c.
Persepsi tentang
pernikahan. Persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan
dan menginterprestasikan impressi sensorisnya agar dapat memberikan arti kepada
lingkungan sekitarnya, yang didahului dengan proses penginderaan (Walgito, 2004, p 19). Persepsi
merupakan proses yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam
diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi mungkin akan
berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat
individual. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu rangsangan disebabkan
oleh perbedaan sosio kultural dan pengalaman belajar individu yang
bersangkutan. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam
memahami informasi lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan,
pendengaran, perasaan dan penciuman. Dengan persepsi individu akan menyadari
tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Jadi persepsi
adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu di dalammemahami
informasi yang dialaminya melalui indera dan tiap-tiap individu dapat
memberikan arti yang berbeda. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap
situasi dan bukan pencatatan yang benar terhadap sesuatu. Persepsi merupakan
mata rantai perubahan sikap. Nilai budaya lama yang menganggap bahwa menstruasi
merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis masih dipercaya oleh warga
masyarakat, tidak hanya di kalangan orang tua saja melainkan juga di kalangan
kaum muda. Hal ini akan membentuk sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap
perkawinan usia dini. Faktor keterbatasan ekonomi dan terputusnya pendidikan
merupakan faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi masyarakat untuk
tidak mempunyai visi ke masa depan sehingga sikap positif terhadap pernikahan
usia dini terus terpupuk.
d.
Karakteristik
Orangtua. Karakteristik orangtua responden yang berhubungan dengan pernikahan
usia dini antara lain adalah : tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan bapak,
dan persepsi orangtua tentang pernikahan. Tingkat pendidikan orangtua erat
kaitannya dengan status ekonomi keluarga.
Selanjutnya
faktor yang
mempengaruhi terjadinya kehamilan usia muda adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga. Perhatian dan peran
orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si
anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung
mencari ketentraman diluar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal
yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal–hal negative sebagai
bentuk kesalahan mereka terhadap orang tuanya.
b. Kurangnya pendidikan seks
dari orang tua dan keluarga terhadap remaja.
c. Perkembangan IPTEK yang tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat. Semakin majunya IPTEK
membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatrkan informasi-informasi
mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental
yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah
dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesyuai dengan norma
dan agama yang berlaku.
Mengungkapkan
beberapa penyebab kehamilan yang dialami oleh para remaja :
a. Penyebab utama terjadinya kehamilan adalah
misinformasi atau kurangnya informasi yang relevan.
b. Mengabaikan bahwa tingkah laku seksual akan
menyebabkan kehamilan dan berasumsi bahwa pasangannyalah yang menggunakan
kontrasepsi walaupun kenyataan tidak demikian.
c. Bagi beberapa gadis, mereka tidak
memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak.
d. Menyalahartikan atau kebingungan dalam
mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual. (Zastrow dalam Briana
Elvira 2010:3) A.
Usia
Dini/Remaja (Usia di bawah 20 tahun)
1.
Defenisi Remaja/ Usia Dini
Secara etimologi usia dini atau yang lebih dikenal dengan usia remaja ini
berarti “tumbuh menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara
itu , menurut The Healt Resources and
services Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja
adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14
tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny
Kusmiran 2014, p. 4).
Defenisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a.
Secara
kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21
tahun.
b.
Secara
fisik remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.
c.
Secara
psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan
dalam bentuk aspek kognitif, emosi, sosial dan moral diantara masak anak-anak
menuju masa dewasa. (Eny Kusmiran 2014,
p. 4)
|
Remaja merupakan masa transisi yakni
usia 10-19 tahun yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, psikis. Masa
dimana organ reproduksi manusia mengalami kematangan dan sering disebut masa
puberitas yaitu peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk dalam
Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Remaja adalah masa dimana perubahan yang cukup mencolok
terjadi ketika anak perempuan dan laki laki memasuki usia antara 9-15 tahun dan
mereka tidak hanya tubuh menjadi tinggi dan lebih besar tetapi juga terjadi
perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. (Proverawati
dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12). Remaja disebut juga adolescence yang
berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan
yaitu bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan fikiran. (Marmi
dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan remaja atau usia dini adalah individu yang berusia
di bawah 20 tahun yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dari
masa anak-anak menuju masa dewasa.
2.
Ciri-Ciri
Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
a. Sikap protes terhadap orangtua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup
orangtuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orangtua.
b. Prokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia dini mengalami perubahan yang cepat sekali.
c. Kesetiakawanan dengan kelompok usia
Para remaja pada kelompok ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan
kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok senasib.
d. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.
e. Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah.
Usia Remaja Penuh (16-19 tahun)
a.
Kebebasan
dari orangtua
b.
Ikatan
terhadap pekerjaan atau tugas
c.
Pengembangan
nilai moral dan etis yang mantap
d.
Pengembangan
hubungan pribadi yang labil
d.
Penghargaan
kembali pada orangtua dalam kedudukan yang sejajar (Eny Kusmiran 2014, p. 5)
3.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai
dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Perkembangan adalah
perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitaf, rangakaian perubahan
dapat bersifat progresif, teratur, berkesinambungan serta akumulatif.
Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat
perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalaus dan
hipofisis. Ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang diransang, yaitu
kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal dan kelenjar organ reproduksi. (Eny
Kusmiran 2014, p. 10). Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerjasama dan
berinteraksi dengan faktor genetik maupun lingkungan.
Beberapa aspek perkembangan remaja:
a.
Perkembangan
Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola perilaku dewasa
merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat
menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran
anak-anak.
b.
Kuatnya
Teman sebaya
Keinginan menjadi mandiri anak timbul dari dalam diri remaja. Salah satu
bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orang
tua dan ketergantungan secara emosional pada orangtua. Diterima oleh teman
sebaya merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
1)
Minat
dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar.
2)
Kegiatan-kegiatan
sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin.
3)
Bertambahnya
wawasan
4)
Berkurangnya
prasangka dan diskriminasi.
c.
Pengelompokkan
Sosial Baru
Dalam pengelompokkan sosial, akan muncul nilai-nilai baru yang diadaptasi
oleh remaja. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Nilai
baru dalam memilih teman.
2)
Nilai
baru dalam penerimaan sosial
3)
Nilai
baru dalam memilih pemimpin
Jenis-Jenis
pengelompokkan sosial remaja antara lain:
1)
Teman
dekat atau sahabat karib
2)
Kelompok
kecil terdiri atas kelompok teman-teman dekat.
3)
Kelompok
besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil.
4)
Kelompok
yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah, organisasi
masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak memiliki
kelompok kecil atau kelompok besar.
d.
Perkembangan
Emosi
Ciri-ciri
perkembangan emosi pada tahap ini antara lain:
1)
Emosi
lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara meledak-ledak.
2)
Kondisi
emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya ke keadaan
semula.
3)
Jenis-jenis
emosi sudah lebih bervariasi.
4)
Mulai
munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cinta,
cemburu dan lainnya)
5)
Remaja
umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang mereka
Faktor-faktor
yang menyebabkan tingginya emosi antara lain sebagai berikut:
1)
Fisik
(Kelenjar dan nutrisi)
2)
Lingkungan
dan sosial
a)
Penyesuaian
terhadap lingkungan yang baru
b)
Tuntutan
sosial untuk berperilaku yang lebih matang
c)
Aspirasi
yang tidak realistis
d)
Penyesuaian
sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis
e)
Masalah-masalah
di sekolah
f)
Masalah-masalah
dengan tugas atau bidang pekerjaan
g)
Hambatan
terhadap hal-hal yang ingin dilakukan.
h)
Relasi
yang kurang mendukung
e.
Pengendalian
Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau menghilangkan emosi
melainkan upaya belajar menghadapi situasi dengan rasional, belajar mengenal
emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi, serta
belajar memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan fikiran maupun emosi
tidak berlebihan yang proporsional sesuai dengan situasi.
f.
Kebahagian
pada Masa Remaja
Ketidak bahagiaan remaja lebih disebabkan oleh masalah pribadi daripada
lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi permasalahan tanpa bantuan orang
dewasa, maka kebahagiaan akan semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai
dengan apa yang mampu ia capai.
g.
Perkembangan
Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan kognitif remaja
berada pada tahap Formal operational.
h.
Perkembangan
Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi:
1)
Pada
masa remaja mereka mulai memberontak dari nilai-nilai orangtua dan orang dewasa
lainnya.
2)
Pandangan
moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih abstrak
3)
Keyakinan
moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada apa yang salah.
4)
Penilaian
moral menjadi semakin kritis
5)
Penilaian
moral kurang menjadi egosentris
6)
Penilaian
moral cenderung melibatkan beban emosi
i.
Perkembnagan
Konsep Diri
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai
dirinya sendiri. Gambaran remaja terhadap dirinya meliputi pengendalian
keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri dan penilaian sosial.
j.
Perkembangan
Heteroseksual
Perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar memerankan peran jenis
kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Kondisi pandangan budaya tertentu mengenai peran jenis kelamin remaja
mengakibatkan munculnya efek penggolongan dalam masyarakat.
k.
Masalah
Umum Remaja
Beberapa masalah umum yang dialami remaja berkaitan tumbuh kembangnya:
1)
Masalah
yang berkaitan dengan lingkungan rumah.
2)
Masalah
yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
3)
Kondisi
fisik dan penampilan.
4)
Emosi.
5)
Penyesuaian
sosial.
6)
Masalah
pekerjaan.
7)
Nilai-nilai.
8)
Masalah
yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis.
4.
Seksualitas
Remaja
Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas diantaranya adalah:
a. Dimensi
Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan
anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta
dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya
menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, Infeksi
Saluran Reproduksi (ISR), bagamana memfungsikan seksualitas
b. Dimensi Psikologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana
manusia menjalani fungsi seksual sesuai identitas jenis kelaminnya dan bagaimana
dinamika aspek-aspek psikologis terhadap seksualitas itu sendiri serta
bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan
manusia.
c. Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam reaksi antara
manusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan
peran dari lingkungan sosial serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas
dalam kehidupan manusia.
d. Dimensi
Kultural dan Moral
Seksualitas meliputi lima area:
1) Sensualitas
2) Intimacy
3) Identitas
4) Lingkaran kehidupan
5) Ekploitasi (Blanch and Collier dalam Eny Kusmiran 2014,
p. 28)
Selanjutnya,
ruang lingkup seksulitas juga terbagi atas:
1)
Seksual
biologis
2)
Identitas
seksual
3)
Identitas
gender
4)
Perilaku
seksual (Hidayat dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4)
Seksualitas memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan umum: Meningkatkan
kesejahteraan kehidupan manusia
b. Tujuan khusus:
1)
Prokreasi
(Menciptakan atau meneruskan keturunan)
2)
Rekresi
(Memperoleh kenikmatan biologis)
Masa remaja diawali oleh puberitas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan tubuh ini disertai
dengan perkembangan bertahap dari karakteristik
seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik yang
berhubungan langsung dengan reproduksi adalah karakteristik primer. Sementara
karakteristik sekunder berhubungan
dengan sex appeal (daya tarik
seksual).
Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan
remaja tentang seksual. Minat seksual remaja antara lan:
a. Minat dalam
permasalahan yang menyangkut kehidupan seksual.
b. Keterlibatan
aspek emosi dan sosial pada saat berkencan
c. Minat dalam keintiman secara fisik (Tanner dalam Eny
Kusmiran 2014, p. 31)
Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja
dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual. Hormon inilah yang
berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Perilaku seksual sering
ditanggapi sebagai hal yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini
sangat luas sifatnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk
menarik perhatian lawan jenis. Contohnya berdandan, mejeng, mengerlingkan mata, merayu, menggoda, bersiul. Perilaku
seksual ini berbeda dengan aktivitas seksual. Aktivitas seksual adalah kegiatan
yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau mendapatkan
kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku. Contoh
perilakunya adalah berfantasi, masturbasi, cium pipi, cium bibir, petting, berhubungan intim (intercouse).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Perubahan biologis yang terjadi pada masa puberitas
dapat menimbulkan perilaku seksual.
b. Kurangnya pengaruh orangtua melalui komunikasi antara
orangtua dan remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya
penyimpangan perilaku seksual.
c. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya
penyimpangan perilaku seksual.
d. Remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang
rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual.
e. Perspektif sosial kognitif diasosiasikan dengan
pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan
remaja.( Muss dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4)
B.
Kehamilan
Dini
1. Defenisi Kehamilan Dini
Kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi,
kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan
tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam
beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu
(minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke- 28 sampai
minggu ke-40) (Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,)
Selanjutnya usia Dini
yang biasa disebut dengan usia remaja secara etimologi berarti “tumbuh
menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara itu , menurut The Healt Resources and services
Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja adalah
11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14 tahun),
remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny Kusmiran
2014, p. 4).
Berangkat dai pengertian kehamilan
dan usia dini di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan
dini adalah kehamilan yang terjadi pada usia 11 hingga 19 tahun atau tepatnya
20 tahun ke bawah. Kehamilan
dini ini bisa terjadi karena perkawinan ataupun sebelum perkawinan (pra nikah) yang biasa dikenal dengan kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD). dimana keduanya merupakan kesatuan dari pernikahan
dini
2. Kehamilan Tidak diinginkan (KTD) Pada Remaja
Kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang terjadi
dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu
atau kedua calon orangtua bayi tersebut. KTD pada remaja disebabkan
faktor-faktor berikut:
a.
Kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b.
Faktor
dari dalam diri remaja sendiri yang
kurang memahami swadayanya sebagai pelajar.
c.
Faktor
dari luar yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua.
d.
Perkembangan
teknologi dunia komunikasi yang makin canggih.
Faktor lain yang menyebabkan kehamilan remaja yang tidak
diinginkan adalah:
a. Usia menstruasi yang semakin dini disertai usia kawin
yang semakin tinggi menyebabkan masa-masa rawan yaitu kecenderungan perilaku
seksual aktif semakin memanjang
b. Ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan tentang
perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
c. Tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
d. Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan
alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang penggunaan alat
kontrasepsi yang benar .
e. Kehamilan akibat pemerkosaan, seperti pemerkosaan oleh
teman kencannya.
Beberapa resiko yang timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan pada
remaja adalah sebagai berikut:
a.
Resiko Medis:
1)
Aborsi
tidak aman berkontribusi pada kesakitan dan kematian Ibu
2)
Gangguan
kesehatan
b.
Psikologis:
1)
Rasa
bersalah
2)
Depresi
3)
Marah
dan agresi
4)
Remaja
atau calon Ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil.
c.
Psikosional:
1)
Ketegangan
mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah
2)
Tekanan
dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
3)
Dikucilkan
dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri
d. Masa depan
remaja dan janin:
1)
Terganggunya
kesehatan
2)
Resiko
kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi
3)
Pernikahan
remaja dan pengguguran kandungan
4)
Putus
sekolah
5)
Bila
bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlantar
6)
Perkembangan
bayi yang tertahan
7)
Bayi
terlahir dengan berat rendah.
3. Resiko Kehamilan Dini
Berikut ini resiko atau bahaya yang mengancam gadis
dibawah umur saat hamil di usia muda (Di bawah 20 tahun) :
a. Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi
untuk gadis dengan umur dibawah 20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks
atau mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan
darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak
terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang, pendarahan
bahkan kematian pada ibu atau bayinya.
b. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20
tahun , belum begitu sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan
mengalami cacat fisik.
c. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker
leher rahim), karena semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks,
maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.( http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diakses tanggal 3 Agustus 2017)
Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan
akan dialami, diantaranya.
a. Kurangnya
perawatan kehamilan. Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama
jika tidak memiliki dukungan dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak
mendapatkan perawatan kehamilan yang memadai. Kehamilannya menjadi genting,
terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan.
c. Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya :
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan
oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang
serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
d. Tekanan darah tinggi. Remaja perempuan
yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi
dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia 20-30 tahun. Kondisi tersebut
disebut dengan pregnancy-induced
hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga memiliki risiko lebih tinggi
dari preeklamsia. Preeklamsia merupakan kondisi medis berbahaya yang merupakan
kombinasi dari tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin,
pembengkakan tangan dan wajah, serta kerusakan organ
b Kelahiran
prematur. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan
kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir
rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang
belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga
di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit
sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang
hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga
akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah dan cacat bawaan.
f. Berat
lahir bayi rendah. Remaja
perempuan yang hamil berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat
badan yang rendah. Hal tersebut karena bayi memiliki waktu yang kurang dalam
rahim untuk tumbuh. Bayi lahir dengan berat badan rendah biasanya memiliki
berat badan sekitar 1.500-2.500 gram.
g. Penyakit
menular seksual (PMS). Untuk remaja yang berhubungan seks selama
kehamilan, penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV adalah perhatian
utama. PMS ini dapat naik melalui serviks dan menginfeksi rahim dan pertumbuhan
bayi.
h. Anemia
kehamilan / kekurangan zat besi. Penyebab anemia pada saat hamil
di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil
di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
i. Depresi postpartum. Remaja
perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami depresi postpartum, yaitu
depresi yang dimulai setelah melahirkan bayi. Remaja perempuan yang merasa i
dan sedih, baik saat hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara
terbuka dengan dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat
mengganggu merawat bayi yang baru lahir.
j. Merasa sendirian dan terkucilkan. Khusus
untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang tuanya bahwa sedang
hamil, merasa takut, terisolasi dan merasa sendiri dapat menjadi masalah nyata.
k. Kematian ibu yang tinggi. Kematian
ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.
Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi yang
kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diunduh tanggal 3 Agustus 2017)
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia
dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko
bagi ibunya :
1) Mengalami perdarahan. Perdarahan pada saat
melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam
proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan
darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang
lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2) Kemungkinan keguguran / abortus. Pada saat
hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan
obat-obatan maupun memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit. Adalah
persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan
lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan
kekuatan dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
4) Kematian pada saat melahirkan yang
disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b.
Dari bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia
kehamilan. Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal
ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi
kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga
dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh Ibu hamil.
3) Cacat bawaan. Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ
janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor
gizi dan kelainan hormon.
4) Kematian bayi. Kematian bayi yang masih berumur 7 hari
pertama hidupnya atau kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang
dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diakses tanggal
3 Agustus 2017)).
4. Faktor yang
Mempengaruhi Kehamilan Dini
Beberapa faktor
kehamilan dini adalah:
a.
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi.
b.
Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang
memahami swadarmanya sebagai pelajar.
c.
Faktor luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua
menyebabkan remaja
merasa bebas
untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
d.
Perkembangan
teknologi media komunikasi yang
semakin canggih yang
memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang
termasuk hal-hal negatif
(Kusmiran, 2014, p. 36).
e.
Tingkat pengetahuan yang rendah/kurang tentang
kesehatan reproduksi,
lingkungan keluarga yang
tertutup, dan sumber informasi tentang seksualitas yang tidak bertanggung jawab (Heriana dkk, 2008, p. 6).
Selanjutnya alasan kehamilan pada
remaja adalah:
a. Kecelakaan (hamil di luar nikah)
b. Untuk mendapatkan tunjangan
kesejahteraan
c. Ingin anak
d. Ingin berperan
e. Faktor hubungan
f. Keinginan untuk meniru saudara
yang sedang hamil pada usia remaja (http://warungbidan.blogspot.co.id/2016/09/fenomena-kehamilan-remaja-kehamilan.html, diakses tanggal 5 Agustus 2017)
Kehamilan dini berkaitan erat dengan perilaku menikah usia dini. Perilaku menikah diusia dini ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kebiasaan
(UNICEF, 2005). Perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor
saja tetapi banyak faktor yang berperan. Perilaku dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yaitu :
a.
Faktor-faktor
predisposisi (predisposing factors)
meliputi : pengetahuan, persepsi dan sikap individu dan masyarakat terhadap pernikahan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pernikahan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi,
b.
Faktor-faktor
pemungkin (enabling factors) meliputi
lingkungan fisik : lapangan pekerjaan,
c.
Faktor-faktor penguat
(reinforcing factors) meliputi sikap
tokoh masyarakat dan tokoh agama.
(Green dalam Happy Elisa, 2015, p. 5)
Ketiga faktor yang mendasari dinamika kehidupan manusia dalam
masyarakat inilah yang membentuk perbedaan sikap antar komunitas dalam
menyikapi persoalan yang dihadapi. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa
serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Pengalaman dan
lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan
motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa
perilaku (Notoatmodjo, 2005,
p. 8). Sikap dipandang sebagai suatu predisposisi
untuk berperilaku yang akan tampak aktual hanya bila ada kesempatan untuk
menyatakannya terbuka luas. Sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya
bagi perilaku.
Beberapa penelitian mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pernikahan pada usia dini diantaranya adalah :
a.
Pendidikan. Pendidikan
dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan
oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan
tingkah laku. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan
dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia tergantung dari
kualitas pendidikan. Pendidikan berhubungan dengan kemampuan baca tulis dan
kesempatan seseorang menerima serta menyerap informasi sebanyak-banyaknya.
Informasi yang diterima akan meningkatkan pengetahuan. Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, dengan pendidikan
tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang
lebih baik (Suprapto dkk., 2004.
9). Tingkat pendidikan menggambarkan
tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat
mempengaruhi wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya.
Pendidikan yang rendah akan berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan berkaitan dengan usia
kawin yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan perkawinan semakin rendah
tingkat pendidikannya. (Grogger dan Bronars 1993, p. 21)
b.
Status ekonomi.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkawinan usia
dini. Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi permasalahan
yang sangat mendesak, perempuan muda sering dikatakan sebagai beban ekonomi
keluarga. Oleh karenanya perkawinan usia dini dianggap sebagai
suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin dari pihak lakilaki untuk menganti
seluruh biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh orangtuanya (Anonim, 2002, p. 19). Secara
sosial ekonomi, pernikahan usia dini menjadi salah satu gejala yang menunjukkan
rendahnya status wanita. Pada beberapa kasus, pernikahan usia dini berkaitan
dengan terputusnya kelanjutan sekolah wanita yang berakibat pada tingkat
pendidikan wanita menjadi rendah. Pendidikan yang rendah akan merugikan posisi
ekonomi wanita dan rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita. Taraf ekonomi
penduduk yang rendah, tidak cukup untuk menjamin kelanjutan pendidikan anak.
Jika seorang anak perempuan telah menamatkan pendidikan dasar dan tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ia hanya tinggal di rumah.
Karena keterbatasan lapangan pekerjaan, mereka sulit untuk mendapatkan
pekerjaan
c.
Persepsi tentang
pernikahan. Persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan
dan menginterprestasikan impressi sensorisnya agar dapat memberikan arti kepada
lingkungan sekitarnya, yang didahului dengan proses penginderaan (Walgito, 2004, p 19). Persepsi
merupakan proses yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam
diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi mungkin akan
berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat
individual. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu rangsangan disebabkan
oleh perbedaan sosio kultural dan pengalaman belajar individu yang
bersangkutan. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam
memahami informasi lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan,
pendengaran, perasaan dan penciuman. Dengan persepsi individu akan menyadari
tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Jadi persepsi
adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu di dalammemahami
informasi yang dialaminya melalui indera dan tiap-tiap individu dapat
memberikan arti yang berbeda. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap
situasi dan bukan pencatatan yang benar terhadap sesuatu. Persepsi merupakan
mata rantai perubahan sikap. Nilai budaya lama yang menganggap bahwa menstruasi
merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis masih dipercaya oleh warga
masyarakat, tidak hanya di kalangan orang tua saja melainkan juga di kalangan
kaum muda. Hal ini akan membentuk sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap
perkawinan usia dini. Faktor keterbatasan ekonomi dan terputusnya pendidikan
merupakan faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi masyarakat untuk
tidak mempunyai visi ke masa depan sehingga sikap positif terhadap pernikahan
usia dini terus terpupuk.
d.
Karakteristik
Orangtua. Karakteristik orangtua responden yang berhubungan dengan pernikahan
usia dini antara lain adalah : tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan bapak,
dan persepsi orangtua tentang pernikahan. Tingkat pendidikan orangtua erat
kaitannya dengan status ekonomi keluarga.
Selanjutnya
faktor yang
mempengaruhi terjadinya kehamilan usia muda adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga. Perhatian dan peran
orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si
anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung
mencari ketentraman diluar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal
yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal–hal negative sebagai
bentuk kesalahan mereka terhadap orang tuanya.
b. Kurangnya pendidikan seks
dari orang tua dan keluarga terhadap remaja.
c. Perkembangan IPTEK yang tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat. Semakin majunya IPTEK
membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatrkan informasi-informasi
mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental
yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah
dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesyuai dengan norma
dan agama yang berlaku.
Mengungkapkan
beberapa penyebab kehamilan yang dialami oleh para remaja :
a. Penyebab utama terjadinya kehamilan adalah
misinformasi atau kurangnya informasi yang relevan.
b. Mengabaikan bahwa tingkah laku seksual akan
menyebabkan kehamilan dan berasumsi bahwa pasangannyalah yang menggunakan
kontrasepsi walaupun kenyataan tidak demikian.
c. Bagi beberapa gadis, mereka tidak
memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak.
d. Menyalahartikan atau kebingungan dalam
mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual. (Zastrow dalam Briana
Elvira 2010:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar