Selasa, 22 Agustus 2017

Kehamilan Dini

A.    Usia Dini/Remaja (Usia di bawah 20 tahun)
1.      Defenisi Remaja/ Usia Dini
Secara etimologi usia dini atau yang lebih dikenal dengan usia remaja ini berarti “tumbuh menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara itu , menurut The Healt Resources and services Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny Kusmiran 2014, p. 4).
Defenisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a.       Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.
b.      Secara fisik remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.
c.       Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam bentuk aspek kognitif, emosi, sosial dan moral diantara masak anak-anak menuju masa dewasa.  (Eny Kusmiran 2014, p. 4)
13
 
Remaja merupakan masa transisi yakni usia 10-19 tahun yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, psikis. Masa dimana organ reproduksi manusia mengalami kematangan dan sering disebut masa puberitas yaitu peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Remaja adalah masa dimana perubahan yang cukup mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki laki memasuki usia antara 9-15 tahun dan mereka tidak hanya tubuh menjadi tinggi dan lebih besar tetapi juga terjadi perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. (Proverawati dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12). Remaja disebut juga adolescence yang berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan yaitu bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan fikiran. (Marmi dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan remaja atau usia dini adalah individu yang berusia di bawah 20 tahun yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

2.      Ciri-Ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
a.       Sikap protes terhadap orangtua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orangtuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orangtua.
b.      Prokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia dini mengalami perubahan yang cepat sekali.
c.       Kesetiakawanan dengan kelompok usia
Para remaja pada kelompok ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok senasib.
d.      Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.
e.       Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah.

Usia Remaja Penuh (16-19 tahun)
a.       Kebebasan dari orangtua
b.      Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas
c.       Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
d.      Pengembangan hubungan pribadi yang labil
d.      Penghargaan kembali pada orangtua dalam kedudukan yang sejajar (Eny Kusmiran 2014, p. 5)

3.      Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitaf, rangakaian perubahan dapat bersifat progresif, teratur, berkesinambungan serta akumulatif.
Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalaus dan hipofisis. Ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang diransang, yaitu kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal dan kelenjar organ reproduksi. (Eny Kusmiran 2014, p. 10). Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerjasama dan berinteraksi dengan faktor genetik maupun lingkungan.
Beberapa aspek perkembangan remaja:
a.       Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran anak-anak.
b.      Kuatnya Teman sebaya
Keinginan menjadi mandiri anak timbul dari dalam diri remaja. Salah satu bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan ketergantungan secara emosional pada orangtua. Diterima oleh teman sebaya merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
1)      Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar.
2)      Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin.
3)      Bertambahnya wawasan
4)      Berkurangnya prasangka dan diskriminasi.

c.       Pengelompokkan Sosial Baru
Dalam pengelompokkan sosial, akan muncul nilai-nilai baru yang diadaptasi oleh remaja. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Nilai baru dalam memilih teman.
2)      Nilai baru dalam penerimaan sosial
3)      Nilai baru dalam memilih pemimpin
Jenis-Jenis pengelompokkan sosial remaja antara lain:
1)      Teman dekat atau sahabat karib
2)      Kelompok kecil terdiri atas kelompok teman-teman dekat.
3)      Kelompok besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil.
4)      Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah, organisasi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak memiliki kelompok kecil atau kelompok besar.

d.      Perkembangan Emosi
Ciri-ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain:
1)      Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara meledak-ledak.
2)      Kondisi emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya ke keadaan semula.
3)      Jenis-jenis emosi sudah lebih bervariasi.
4)      Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cinta, cemburu dan lainnya)
5)      Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang mereka

Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya emosi antara lain sebagai berikut:
1)      Fisik (Kelenjar dan nutrisi)
2)      Lingkungan dan sosial
a)      Penyesuaian terhadap lingkungan yang baru
b)      Tuntutan sosial untuk berperilaku yang lebih matang
c)      Aspirasi yang tidak realistis
d)     Penyesuaian sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis
e)      Masalah-masalah di sekolah
f)       Masalah-masalah dengan tugas atau bidang pekerjaan
g)      Hambatan terhadap hal-hal yang ingin dilakukan.
h)      Relasi yang kurang mendukung
e.       Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau menghilangkan emosi melainkan upaya belajar menghadapi situasi dengan rasional, belajar mengenal emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi, serta belajar memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan fikiran maupun emosi tidak berlebihan yang proporsional sesuai dengan situasi.
f.       Kebahagian pada Masa Remaja
Ketidak bahagiaan remaja lebih disebabkan oleh masalah pribadi daripada lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi permasalahan tanpa bantuan orang dewasa, maka kebahagiaan akan semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai dengan apa yang mampu ia capai.
g.      Perkembangan Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan kognitif remaja berada pada tahap Formal operational.
h.      Perkembangan Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi:
1)      Pada masa remaja mereka mulai memberontak dari nilai-nilai orangtua dan orang dewasa lainnya.
2)      Pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih abstrak
3)      Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada apa yang salah.
4)      Penilaian moral menjadi semakin kritis
5)      Penilaian moral kurang menjadi egosentris
6)      Penilaian moral cenderung melibatkan beban emosi

i.        Perkembnagan Konsep Diri
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran remaja terhadap dirinya meliputi pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri dan penilaian sosial.
j.        Perkembangan Heteroseksual
Perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar memerankan peran jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Kondisi pandangan budaya tertentu  mengenai peran jenis kelamin remaja mengakibatkan munculnya efek penggolongan dalam masyarakat.
k.      Masalah Umum Remaja
Beberapa masalah umum yang dialami remaja berkaitan tumbuh kembangnya:
1)      Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumah.
2)      Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
3)      Kondisi fisik dan penampilan.
4)      Emosi.
5)      Penyesuaian sosial.
6)      Masalah pekerjaan.
7)      Nilai-nilai.
8)      Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis.

4.      Seksualitas Remaja
Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas diantaranya adalah:
a. Dimensi Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), bagamana memfungsikan seksualitas
b. Dimensi Psikologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual sesuai identitas jenis kelaminnya dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis terhadap seksualitas itu sendiri serta bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.
c.  Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam reaksi antara manusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.
d.  Dimensi Kultural dan Moral
Seksualitas meliputi lima area:
1)      Sensualitas
2)      Intimacy
3)      Identitas
4)      Lingkaran kehidupan
5)      Ekploitasi (Blanch and Collier dalam Eny Kusmiran 2014, p. 28)

   Selanjutnya, ruang lingkup seksulitas juga terbagi atas:
1)      Seksual biologis
2)      Identitas seksual
3)      Identitas gender
4)      Perilaku seksual (Hidayat dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4)


       Seksualitas memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
a.  Tujuan umum: Meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia
b.  Tujuan khusus:
1)      Prokreasi (Menciptakan atau meneruskan keturunan)
2)      Rekresi (Memperoleh kenikmatan biologis)
Masa remaja diawali oleh puberitas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik  seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik yang berhubungan langsung dengan reproduksi adalah karakteristik primer. Sementara karakteristik sekunder  berhubungan dengan sex appeal (daya tarik seksual).
Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan  munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. Minat seksual remaja antara lan:
a. Minat dalam permasalahan yang menyangkut kehidupan seksual.
b. Keterlibatan aspek emosi dan sosial pada saat berkencan
c. Minat dalam keintiman secara fisik (Tanner dalam Eny Kusmiran 2014, p. 31)

Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual. Hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Perilaku seksual sering ditanggapi sebagai hal yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini sangat luas sifatnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Contohnya berdandan, mejeng, mengerlingkan mata, merayu, menggoda, bersiul. Perilaku seksual ini berbeda dengan aktivitas seksual. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku. Contoh perilakunya adalah berfantasi, masturbasi, cium pipi, cium bibir, petting, berhubungan intim (intercouse).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Perubahan biologis yang terjadi pada masa puberitas dapat menimbulkan perilaku seksual.
b. Kurangnya pengaruh orangtua melalui komunikasi antara orangtua dan remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual.
c. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual.
d. Remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual.
e. Perspektif sosial kognitif diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan remaja.( Muss dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4) 







B.     Kehamilan Dini
1. Defenisi Kehamilan Dini
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke- 28 sampai minggu ke-40) (Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,)
Selanjutnya usia Dini yang biasa disebut dengan usia remaja secara etimologi berarti “tumbuh menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara itu , menurut The Healt Resources and services Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny Kusmiran 2014, p. 4).  
Berangkat dai pengertian kehamilan dan usia dini di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan dini adalah kehamilan yang terjadi pada usia 11 hingga 19 tahun atau tepatnya 20 tahun ke bawah. Kehamilan dini ini bisa terjadi karena perkawinan ataupun sebelum perkawinan (pra nikah) yang biasa dikenal dengan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). dimana keduanya merupakan kesatuan dari pernikahan dini
2. Kehamilan Tidak diinginkan (KTD) Pada Remaja
Kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orangtua bayi tersebut. KTD pada remaja disebabkan faktor-faktor berikut:
a.       Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b.      Faktor dari dalam diri remaja  sendiri yang kurang memahami swadayanya  sebagai pelajar.
c.       Faktor dari luar yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua.
d.      Perkembangan teknologi dunia komunikasi yang makin canggih.

Faktor lain yang menyebabkan kehamilan remaja yang tidak diinginkan adalah:
a. Usia menstruasi yang semakin dini disertai usia kawin yang semakin tinggi menyebabkan masa-masa rawan yaitu kecenderungan perilaku seksual aktif semakin memanjang
b. Ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
c.  Tidak menggunakan alat kontrasepsi.
d. Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang penggunaan alat kontrasepsi yang benar .
e. Kehamilan akibat pemerkosaan, seperti pemerkosaan oleh teman kencannya.

Beberapa resiko yang timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja adalah sebagai berikut:
a. Resiko Medis:
1)      Aborsi tidak aman berkontribusi pada kesakitan dan kematian Ibu
2)      Gangguan kesehatan
b. Psikologis:
1)      Rasa bersalah
2)      Depresi
3)      Marah dan agresi
4)      Remaja atau calon Ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil.
c. Psikosional:
1)      Ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah
2)      Tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
3)      Dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri
d. Masa depan remaja dan janin:
1)      Terganggunya kesehatan
2)      Resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi
3)      Pernikahan remaja dan pengguguran kandungan
4)      Putus sekolah
5)      Bila bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlantar
6)      Perkembangan bayi yang tertahan
7)      Bayi terlahir dengan berat rendah.

3. Resiko Kehamilan Dini
 Berikut ini resiko atau bahaya yang mengancam gadis dibawah umur saat hamil di usia muda (Di bawah 20 tahun) :
a. Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi untuk gadis dengan umur dibawah 20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang, pendarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya.
b. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik.
c. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.( http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diakses tanggal 3 Agustus 2017)
Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan akan dialami, diantaranya.
a. Kurangnya perawatan kehamilan. Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama jika tidak memiliki dukungan dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak mendapatkan perawatan kehamilan yang memadai. Kehamilannya menjadi genting, terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan.
c. Keguguran. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
d.  Tekanan darah tinggi. Remaja perempuan yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia 20-30 tahun. Kondisi tersebut disebut dengan pregnancy-induced hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga memiliki risiko lebih tinggi dari preeklamsia. Preeklamsia merupakan kondisi medis berbahaya yang merupakan kombinasi dari tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan tangan dan wajah, serta kerusakan organ
b Kelahiran prematur. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
f. Berat lahir bayi rendah. Remaja perempuan yang hamil berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah. Hal tersebut karena bayi memiliki waktu yang kurang dalam rahim untuk tumbuh. Bayi lahir dengan berat badan rendah biasanya memiliki berat badan sekitar 1.500-2.500 gram.
g. Penyakit menular seksual (PMS). Untuk remaja yang berhubungan seks selama kehamilan, penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV adalah perhatian utama. PMS ini dapat naik melalui serviks dan menginfeksi rahim dan pertumbuhan bayi.
h. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi. Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
i.  Depresi postpartum. Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami depresi postpartum, yaitu depresi yang dimulai setelah melahirkan bayi. Remaja perempuan yang merasa i dan sedih, baik saat hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara terbuka dengan dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat mengganggu merawat bayi yang baru lahir.
j.  Merasa sendirian dan terkucilkan. Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang tuanya bahwa sedang hamil, merasa takut, terisolasi dan merasa sendiri dapat menjadi masalah nyata.
k.  Kematian ibu yang tinggi. Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diunduh tanggal 3 Agustus 2017)
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
1) Mengalami perdarahan. Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2)  Kemungkinan keguguran / abortus. Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit. Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
4) Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
     1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan. Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
     2) Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh Ibu hamil.
     3) Cacat bawaan. Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
     4) Kematian bayi. Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf,  diakses tanggal 3 Agustus 2017)).

4.  Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Dini
Beberapa faktor kehamilan dini adalah:
a.       Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b.      Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami swadarmanya sebagai pelajar.
c.       Faktor luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
d.      Perkembangan  teknologi  media  komunikasi  yang  semakin  canggih  yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang termasuk hal-hal negatif (Kusmiran, 2014, p. 36).
e.       Tingkat pengetahuan yang rendah/kurang tentang kesehatan reproduksi, lingkungan keluarga yang tertutup, dan sumber informasi tentang seksualitas yang tidak bertanggung jawab (Heriana dkk, 2008, p. 6).
Selanjutnya alasan kehamilan pada remaja adalah:
a.       Kecelakaan (hamil di luar nikah)
b.      Untuk mendapatkan tunjangan kesejahteraan
c.       Ingin anak
d.      Ingin berperan
e.       Faktor hubungan
f.       Keinginan untuk meniru saudara yang sedang hamil pada usia remaja (http://warungbidan.blogspot.co.id/2016/09/fenomena-kehamilan-remaja-kehamilan.html, diakses tanggal 5 Agustus 2017)
Kehamilan dini berkaitan erat dengan perilaku menikah usia dini. Perilaku menikah diusia dini ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kebiasaan (UNICEF, 2005). Perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja tetapi banyak faktor yang berperan. Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :
a.       Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) meliputi : pengetahuan, persepsi dan sikap individu dan masyarakat terhadap pernikahan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
b.      Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) meliputi lingkungan fisik : lapangan pekerjaan,
c.       Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) meliputi sikap tokoh masyarakat dan tokoh agama. (Green dalam Happy Elisa, 2015, p. 5)
Ketiga faktor yang mendasari dinamika kehidupan manusia dalam masyarakat inilah yang membentuk perbedaan sikap antar komunitas dalam menyikapi persoalan yang dihadapi. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku (Notoatmodjo, 2005, p. 8). Sikap dipandang sebagai suatu predisposisi untuk berperilaku yang akan tampak aktual hanya bila ada kesempatan untuk menyatakannya terbuka luas. Sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya bagi perilaku.
Beberapa penelitian mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan pada usia dini diantaranya adalah :
a.       Pendidikan. Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan berhubungan dengan kemampuan baca tulis dan kesempatan seseorang menerima serta menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Informasi yang diterima akan meningkatkan pengetahuan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik (Suprapto dkk., 2004. 9). Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya. Pendidikan yang rendah akan berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan berkaitan dengan usia kawin yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan perkawinan semakin rendah tingkat pendidikannya. (Grogger dan Bronars 1993, p. 21)
b.      Status ekonomi. Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkawinan usia dini. Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi permasalahan yang sangat mendesak, perempuan muda sering dikatakan sebagai beban ekonomi keluarga. Oleh karenanya perkawinan usia dini dianggap sebagai suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin dari pihak lakilaki untuk menganti seluruh biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh orangtuanya (Anonim, 2002, p. 19). Secara sosial ekonomi, pernikahan usia dini menjadi salah satu gejala yang menunjukkan rendahnya status wanita. Pada beberapa kasus, pernikahan usia dini berkaitan dengan terputusnya kelanjutan sekolah wanita yang berakibat pada tingkat pendidikan wanita menjadi rendah. Pendidikan yang rendah akan merugikan posisi ekonomi wanita dan rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita. Taraf ekonomi penduduk yang rendah, tidak cukup untuk menjamin kelanjutan pendidikan anak. Jika seorang anak perempuan telah menamatkan pendidikan dasar dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ia hanya tinggal di rumah. Karena keterbatasan lapangan pekerjaan, mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan
c.       Persepsi tentang pernikahan. Persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan impressi sensorisnya agar dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya, yang didahului dengan proses penginderaan (Walgito, 2004, p 19). Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat individual. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu rangsangan disebabkan oleh perbedaan sosio kultural dan pengalaman belajar individu yang bersangkutan. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Jadi persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu di dalammemahami informasi yang dialaminya melalui indera dan tiap-tiap individu dapat memberikan arti yang berbeda. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan pencatatan yang benar terhadap sesuatu. Persepsi merupakan mata rantai perubahan sikap. Nilai budaya lama yang menganggap bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis masih dipercaya oleh warga masyarakat, tidak hanya di kalangan orang tua saja melainkan juga di kalangan kaum muda. Hal ini akan membentuk sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap perkawinan usia dini. Faktor keterbatasan ekonomi dan terputusnya pendidikan merupakan faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi masyarakat untuk tidak mempunyai visi ke masa depan sehingga sikap positif terhadap pernikahan usia dini terus terpupuk.
d.      Karakteristik Orangtua. Karakteristik orangtua responden yang berhubungan dengan pernikahan usia dini antara lain adalah : tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan bapak, dan persepsi orangtua tentang pernikahan. Tingkat pendidikan orangtua erat kaitannya dengan status ekonomi keluarga.
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan usia muda adalah sebagai berikut:
a.       Kurangnya peran orang tua dalam keluarga. Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman diluar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal–hal negative sebagai bentuk kesalahan mereka terhadap orang tuanya.
b.       Kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja.
c.        Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatrkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesyuai dengan norma dan agama yang berlaku.
Mengungkapkan beberapa penyebab kehamilan yang dialami oleh para remaja :
a.       Penyebab utama terjadinya kehamilan adalah misinformasi atau kurangnya informasi yang relevan.
b.      Mengabaikan bahwa tingkah laku seksual akan menyebabkan kehamilan dan berasumsi bahwa pasangannyalah yang menggunakan kontrasepsi walaupun kenyataan tidak demikian.
c.       Bagi beberapa gadis, mereka tidak memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak.  

d.      Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual. (Zastrow  dalam Briana Elvira 2010:3)A.    Usia Dini/Remaja (Usia di bawah 20 tahun)
1.      Defenisi Remaja/ Usia Dini
Secara etimologi usia dini atau yang lebih dikenal dengan usia remaja ini berarti “tumbuh menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara itu , menurut The Healt Resources and services Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny Kusmiran 2014, p. 4).
Defenisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a.       Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.
b.      Secara fisik remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.
c.       Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam bentuk aspek kognitif, emosi, sosial dan moral diantara masak anak-anak menuju masa dewasa.  (Eny Kusmiran 2014, p. 4)
13
 
Remaja merupakan masa transisi yakni usia 10-19 tahun yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, psikis. Masa dimana organ reproduksi manusia mengalami kematangan dan sering disebut masa puberitas yaitu peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Remaja adalah masa dimana perubahan yang cukup mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki laki memasuki usia antara 9-15 tahun dan mereka tidak hanya tubuh menjadi tinggi dan lebih besar tetapi juga terjadi perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. (Proverawati dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12). Remaja disebut juga adolescence yang berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan yaitu bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan fikiran. (Marmi dalam Elisa Happy Amelia, 2015:12)
Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan remaja atau usia dini adalah individu yang berusia di bawah 20 tahun yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

2.      Ciri-Ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
a.       Sikap protes terhadap orangtua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orangtuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orangtua.
b.      Prokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia dini mengalami perubahan yang cepat sekali.
c.       Kesetiakawanan dengan kelompok usia
Para remaja pada kelompok ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok senasib.
d.      Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.
e.       Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah.

Usia Remaja Penuh (16-19 tahun)
a.       Kebebasan dari orangtua
b.      Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas
c.       Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
d.      Pengembangan hubungan pribadi yang labil
d.      Penghargaan kembali pada orangtua dalam kedudukan yang sejajar (Eny Kusmiran 2014, p. 5)

3.      Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitaf, rangakaian perubahan dapat bersifat progresif, teratur, berkesinambungan serta akumulatif.
Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalaus dan hipofisis. Ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang diransang, yaitu kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal dan kelenjar organ reproduksi. (Eny Kusmiran 2014, p. 10). Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerjasama dan berinteraksi dengan faktor genetik maupun lingkungan.
Beberapa aspek perkembangan remaja:
a.       Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran anak-anak.
b.      Kuatnya Teman sebaya
Keinginan menjadi mandiri anak timbul dari dalam diri remaja. Salah satu bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan ketergantungan secara emosional pada orangtua. Diterima oleh teman sebaya merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
1)      Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar.
2)      Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin.
3)      Bertambahnya wawasan
4)      Berkurangnya prasangka dan diskriminasi.

c.       Pengelompokkan Sosial Baru
Dalam pengelompokkan sosial, akan muncul nilai-nilai baru yang diadaptasi oleh remaja. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Nilai baru dalam memilih teman.
2)      Nilai baru dalam penerimaan sosial
3)      Nilai baru dalam memilih pemimpin
Jenis-Jenis pengelompokkan sosial remaja antara lain:
1)      Teman dekat atau sahabat karib
2)      Kelompok kecil terdiri atas kelompok teman-teman dekat.
3)      Kelompok besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil.
4)      Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah, organisasi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak memiliki kelompok kecil atau kelompok besar.

d.      Perkembangan Emosi
Ciri-ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain:
1)      Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara meledak-ledak.
2)      Kondisi emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya ke keadaan semula.
3)      Jenis-jenis emosi sudah lebih bervariasi.
4)      Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cinta, cemburu dan lainnya)
5)      Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang mereka

Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya emosi antara lain sebagai berikut:
1)      Fisik (Kelenjar dan nutrisi)
2)      Lingkungan dan sosial
a)      Penyesuaian terhadap lingkungan yang baru
b)      Tuntutan sosial untuk berperilaku yang lebih matang
c)      Aspirasi yang tidak realistis
d)     Penyesuaian sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis
e)      Masalah-masalah di sekolah
f)       Masalah-masalah dengan tugas atau bidang pekerjaan
g)      Hambatan terhadap hal-hal yang ingin dilakukan.
h)      Relasi yang kurang mendukung
e.       Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau menghilangkan emosi melainkan upaya belajar menghadapi situasi dengan rasional, belajar mengenal emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi, serta belajar memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan fikiran maupun emosi tidak berlebihan yang proporsional sesuai dengan situasi.
f.       Kebahagian pada Masa Remaja
Ketidak bahagiaan remaja lebih disebabkan oleh masalah pribadi daripada lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi permasalahan tanpa bantuan orang dewasa, maka kebahagiaan akan semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai dengan apa yang mampu ia capai.
g.      Perkembangan Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan kognitif remaja berada pada tahap Formal operational.
h.      Perkembangan Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi:
1)      Pada masa remaja mereka mulai memberontak dari nilai-nilai orangtua dan orang dewasa lainnya.
2)      Pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih abstrak
3)      Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada apa yang salah.
4)      Penilaian moral menjadi semakin kritis
5)      Penilaian moral kurang menjadi egosentris
6)      Penilaian moral cenderung melibatkan beban emosi

i.        Perkembnagan Konsep Diri
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran remaja terhadap dirinya meliputi pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri dan penilaian sosial.
j.        Perkembangan Heteroseksual
Perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar memerankan peran jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Kondisi pandangan budaya tertentu  mengenai peran jenis kelamin remaja mengakibatkan munculnya efek penggolongan dalam masyarakat.
k.      Masalah Umum Remaja
Beberapa masalah umum yang dialami remaja berkaitan tumbuh kembangnya:
1)      Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumah.
2)      Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
3)      Kondisi fisik dan penampilan.
4)      Emosi.
5)      Penyesuaian sosial.
6)      Masalah pekerjaan.
7)      Nilai-nilai.
8)      Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis.

4.      Seksualitas Remaja
Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas diantaranya adalah:
a. Dimensi Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), bagamana memfungsikan seksualitas
b. Dimensi Psikologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual sesuai identitas jenis kelaminnya dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis terhadap seksualitas itu sendiri serta bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.
c.  Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam reaksi antara manusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.
d.  Dimensi Kultural dan Moral
Seksualitas meliputi lima area:
1)      Sensualitas
2)      Intimacy
3)      Identitas
4)      Lingkaran kehidupan
5)      Ekploitasi (Blanch and Collier dalam Eny Kusmiran 2014, p. 28)

   Selanjutnya, ruang lingkup seksulitas juga terbagi atas:
1)      Seksual biologis
2)      Identitas seksual
3)      Identitas gender
4)      Perilaku seksual (Hidayat dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4)


       Seksualitas memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
a.  Tujuan umum: Meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia
b.  Tujuan khusus:
1)      Prokreasi (Menciptakan atau meneruskan keturunan)
2)      Rekresi (Memperoleh kenikmatan biologis)
Masa remaja diawali oleh puberitas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik  seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik yang berhubungan langsung dengan reproduksi adalah karakteristik primer. Sementara karakteristik sekunder  berhubungan dengan sex appeal (daya tarik seksual).
Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan  munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. Minat seksual remaja antara lan:
a. Minat dalam permasalahan yang menyangkut kehidupan seksual.
b. Keterlibatan aspek emosi dan sosial pada saat berkencan
c. Minat dalam keintiman secara fisik (Tanner dalam Eny Kusmiran 2014, p. 31)

Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual. Hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Perilaku seksual sering ditanggapi sebagai hal yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini sangat luas sifatnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Contohnya berdandan, mejeng, mengerlingkan mata, merayu, menggoda, bersiul. Perilaku seksual ini berbeda dengan aktivitas seksual. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku. Contoh perilakunya adalah berfantasi, masturbasi, cium pipi, cium bibir, petting, berhubungan intim (intercouse).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Perubahan biologis yang terjadi pada masa puberitas dapat menimbulkan perilaku seksual.
b. Kurangnya pengaruh orangtua melalui komunikasi antara orangtua dan remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual.
c. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual.
d. Remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual.
e. Perspektif sosial kognitif diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan remaja.( Muss dalam Eny Kusmiran 2014, p. 4) 







B.     Kehamilan Dini
1. Defenisi Kehamilan Dini
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke- 28 sampai minggu ke-40) (Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,)
Selanjutnya usia Dini yang biasa disebut dengan usia remaja secara etimologi berarti “tumbuh menjadi dewasa. Selajutnya defenisi Remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara itu , menurut The Healt Resources and services Administrations Guidelines Amerikat Serikat rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Eny Kusmiran 2014, p. 4).  
Berangkat dai pengertian kehamilan dan usia dini di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan dini adalah kehamilan yang terjadi pada usia 11 hingga 19 tahun atau tepatnya 20 tahun ke bawah. Kehamilan dini ini bisa terjadi karena perkawinan ataupun sebelum perkawinan (pra nikah) yang biasa dikenal dengan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). dimana keduanya merupakan kesatuan dari pernikahan dini
2. Kehamilan Tidak diinginkan (KTD) Pada Remaja
Kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orangtua bayi tersebut. KTD pada remaja disebabkan faktor-faktor berikut:
a.       Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b.      Faktor dari dalam diri remaja  sendiri yang kurang memahami swadayanya  sebagai pelajar.
c.       Faktor dari luar yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua.
d.      Perkembangan teknologi dunia komunikasi yang makin canggih.

Faktor lain yang menyebabkan kehamilan remaja yang tidak diinginkan adalah:
a. Usia menstruasi yang semakin dini disertai usia kawin yang semakin tinggi menyebabkan masa-masa rawan yaitu kecenderungan perilaku seksual aktif semakin memanjang
b. Ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
c.  Tidak menggunakan alat kontrasepsi.
d. Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang penggunaan alat kontrasepsi yang benar .
e. Kehamilan akibat pemerkosaan, seperti pemerkosaan oleh teman kencannya.

Beberapa resiko yang timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja adalah sebagai berikut:
a. Resiko Medis:
1)      Aborsi tidak aman berkontribusi pada kesakitan dan kematian Ibu
2)      Gangguan kesehatan
b. Psikologis:
1)      Rasa bersalah
2)      Depresi
3)      Marah dan agresi
4)      Remaja atau calon Ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil.
c. Psikosional:
1)      Ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah
2)      Tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
3)      Dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri
d. Masa depan remaja dan janin:
1)      Terganggunya kesehatan
2)      Resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi
3)      Pernikahan remaja dan pengguguran kandungan
4)      Putus sekolah
5)      Bila bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlantar
6)      Perkembangan bayi yang tertahan
7)      Bayi terlahir dengan berat rendah.

3. Resiko Kehamilan Dini
 Berikut ini resiko atau bahaya yang mengancam gadis dibawah umur saat hamil di usia muda (Di bawah 20 tahun) :
a. Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi untuk gadis dengan umur dibawah 20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang, pendarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya.
b. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik.
c. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.( http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diakses tanggal 3 Agustus 2017)
Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan akan dialami, diantaranya.
a. Kurangnya perawatan kehamilan. Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama jika tidak memiliki dukungan dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak mendapatkan perawatan kehamilan yang memadai. Kehamilannya menjadi genting, terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan.
c. Keguguran. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
d.  Tekanan darah tinggi. Remaja perempuan yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia 20-30 tahun. Kondisi tersebut disebut dengan pregnancy-induced hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga memiliki risiko lebih tinggi dari preeklamsia. Preeklamsia merupakan kondisi medis berbahaya yang merupakan kombinasi dari tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan tangan dan wajah, serta kerusakan organ
b Kelahiran prematur. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
f. Berat lahir bayi rendah. Remaja perempuan yang hamil berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah. Hal tersebut karena bayi memiliki waktu yang kurang dalam rahim untuk tumbuh. Bayi lahir dengan berat badan rendah biasanya memiliki berat badan sekitar 1.500-2.500 gram.
g. Penyakit menular seksual (PMS). Untuk remaja yang berhubungan seks selama kehamilan, penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV adalah perhatian utama. PMS ini dapat naik melalui serviks dan menginfeksi rahim dan pertumbuhan bayi.
h. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi. Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
i.  Depresi postpartum. Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami depresi postpartum, yaitu depresi yang dimulai setelah melahirkan bayi. Remaja perempuan yang merasa i dan sedih, baik saat hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara terbuka dengan dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat mengganggu merawat bayi yang baru lahir.
j.  Merasa sendirian dan terkucilkan. Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang tuanya bahwa sedang hamil, merasa takut, terisolasi dan merasa sendiri dapat menjadi masalah nyata.
k.  Kematian ibu yang tinggi. Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf, diunduh tanggal 3 Agustus 2017)
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
1) Mengalami perdarahan. Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2)  Kemungkinan keguguran / abortus. Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit. Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
4) Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
     1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan. Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
     2) Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh Ibu hamil.
     3) Cacat bawaan. Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
     4) Kematian bayi. Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) (http://dp2m.umm.ac.id/files/file/informasi%20program%20insentif%20ristek/7%20bahaya%20kehamilan%20di%20bawah%20umur.pdf,  diakses tanggal 3 Agustus 2017)).

4.  Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Dini
Beberapa faktor kehamilan dini adalah:
a.       Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b.      Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami swadarmanya sebagai pelajar.
c.       Faktor luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
d.      Perkembangan  teknologi  media  komunikasi  yang  semakin  canggih  yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang termasuk hal-hal negatif (Kusmiran, 2014, p. 36).
e.       Tingkat pengetahuan yang rendah/kurang tentang kesehatan reproduksi, lingkungan keluarga yang tertutup, dan sumber informasi tentang seksualitas yang tidak bertanggung jawab (Heriana dkk, 2008, p. 6).
Selanjutnya alasan kehamilan pada remaja adalah:
a.       Kecelakaan (hamil di luar nikah)
b.      Untuk mendapatkan tunjangan kesejahteraan
c.       Ingin anak
d.      Ingin berperan
e.       Faktor hubungan
f.       Keinginan untuk meniru saudara yang sedang hamil pada usia remaja (http://warungbidan.blogspot.co.id/2016/09/fenomena-kehamilan-remaja-kehamilan.html, diakses tanggal 5 Agustus 2017)
Kehamilan dini berkaitan erat dengan perilaku menikah usia dini. Perilaku menikah diusia dini ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kebiasaan (UNICEF, 2005). Perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja tetapi banyak faktor yang berperan. Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :
a.       Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) meliputi : pengetahuan, persepsi dan sikap individu dan masyarakat terhadap pernikahan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
b.      Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) meliputi lingkungan fisik : lapangan pekerjaan,
c.       Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) meliputi sikap tokoh masyarakat dan tokoh agama. (Green dalam Happy Elisa, 2015, p. 5)
Ketiga faktor yang mendasari dinamika kehidupan manusia dalam masyarakat inilah yang membentuk perbedaan sikap antar komunitas dalam menyikapi persoalan yang dihadapi. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku (Notoatmodjo, 2005, p. 8). Sikap dipandang sebagai suatu predisposisi untuk berperilaku yang akan tampak aktual hanya bila ada kesempatan untuk menyatakannya terbuka luas. Sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya bagi perilaku.
Beberapa penelitian mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan pada usia dini diantaranya adalah :
a.       Pendidikan. Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan berhubungan dengan kemampuan baca tulis dan kesempatan seseorang menerima serta menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Informasi yang diterima akan meningkatkan pengetahuan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik (Suprapto dkk., 2004. 9). Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya. Pendidikan yang rendah akan berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan berkaitan dengan usia kawin yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan perkawinan semakin rendah tingkat pendidikannya. (Grogger dan Bronars 1993, p. 21)
b.      Status ekonomi. Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkawinan usia dini. Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi permasalahan yang sangat mendesak, perempuan muda sering dikatakan sebagai beban ekonomi keluarga. Oleh karenanya perkawinan usia dini dianggap sebagai suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin dari pihak lakilaki untuk menganti seluruh biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh orangtuanya (Anonim, 2002, p. 19). Secara sosial ekonomi, pernikahan usia dini menjadi salah satu gejala yang menunjukkan rendahnya status wanita. Pada beberapa kasus, pernikahan usia dini berkaitan dengan terputusnya kelanjutan sekolah wanita yang berakibat pada tingkat pendidikan wanita menjadi rendah. Pendidikan yang rendah akan merugikan posisi ekonomi wanita dan rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita. Taraf ekonomi penduduk yang rendah, tidak cukup untuk menjamin kelanjutan pendidikan anak. Jika seorang anak perempuan telah menamatkan pendidikan dasar dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ia hanya tinggal di rumah. Karena keterbatasan lapangan pekerjaan, mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan
c.       Persepsi tentang pernikahan. Persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan impressi sensorisnya agar dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya, yang didahului dengan proses penginderaan (Walgito, 2004, p 19). Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat individual. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu rangsangan disebabkan oleh perbedaan sosio kultural dan pengalaman belajar individu yang bersangkutan. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Jadi persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu di dalammemahami informasi yang dialaminya melalui indera dan tiap-tiap individu dapat memberikan arti yang berbeda. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan pencatatan yang benar terhadap sesuatu. Persepsi merupakan mata rantai perubahan sikap. Nilai budaya lama yang menganggap bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis masih dipercaya oleh warga masyarakat, tidak hanya di kalangan orang tua saja melainkan juga di kalangan kaum muda. Hal ini akan membentuk sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap perkawinan usia dini. Faktor keterbatasan ekonomi dan terputusnya pendidikan merupakan faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi masyarakat untuk tidak mempunyai visi ke masa depan sehingga sikap positif terhadap pernikahan usia dini terus terpupuk.
d.      Karakteristik Orangtua. Karakteristik orangtua responden yang berhubungan dengan pernikahan usia dini antara lain adalah : tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan bapak, dan persepsi orangtua tentang pernikahan. Tingkat pendidikan orangtua erat kaitannya dengan status ekonomi keluarga.
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan usia muda adalah sebagai berikut:
a.       Kurangnya peran orang tua dalam keluarga. Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman diluar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal–hal negative sebagai bentuk kesalahan mereka terhadap orang tuanya.
b.       Kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja.
c.        Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatrkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesyuai dengan norma dan agama yang berlaku.
Mengungkapkan beberapa penyebab kehamilan yang dialami oleh para remaja :
a.       Penyebab utama terjadinya kehamilan adalah misinformasi atau kurangnya informasi yang relevan.
b.      Mengabaikan bahwa tingkah laku seksual akan menyebabkan kehamilan dan berasumsi bahwa pasangannyalah yang menggunakan kontrasepsi walaupun kenyataan tidak demikian.
c.       Bagi beberapa gadis, mereka tidak memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak.  
d.      Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual. (Zastrow  dalam Briana Elvira 2010:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suku banyak teorema sisa (matematika)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika pada hakikatnya adalah ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi mod...