Selasa, 22 Agustus 2017

Pembelajaran keminangkabauan


 
BAB II
LANDASAN TEORETIS

A.  Hakekat Pembelajaran
1.      Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar[1].
11
 
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran  adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar[2].
Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
2.      Komponen pembelajaran
Interaksi merupakan ciri utama dari kegiatan pembelajaran, baik antara yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman- temannya, tutor, media pembelajaran, atau sumber-sumber belajar yang lain.
Ciri lain dari pembelajaran adalah yang berhubungan dengan komponen-komponen pembelajaran. Sumiati dan Asra  mengelompokkan komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa[3]. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan terciptanya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.


a.        Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa.[4]
Menurut H. Daryanto  tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Menurut B. Suryosubroto menegaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan berhasil. [5].
Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan secara lengkap agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a.    Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam)
b.    Operasional, artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
b.        Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada dasarnya merupakan isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya. Isi dari proses pembelajaran tercermin dalam materi pembelajaran yang dipelajari oleh siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, dkk menerangkan materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan.[6]
Materi pembelajaran harus mempunyai lingkup dan urutan yang jelas. Lingkup dan urutan itu dibuat bertolak dari tujuan yang dirumuskan. Materi pembelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkutan.
Menurut Harjanto menjelaskan beberapa kriteria pemilihan materi pembelajaran yang akan dikembangka dalam sistem pembelajaran dan yang mendasari penentuan strategi pembelajaran[7], yaitu:
a.    Kriteria tujuan pembelajaran.
Suatu materi pembelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
b.    Materi pembelajaran supaya terjabar.
Perincian materi pembelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap tujuan pembelajaran khusus yang dijabarkan telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pembelajaran.
c.    Relevan dengan kebutuhan siswa.
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena setiap materi pembelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek di antaranya adalah pengetahuan sikap, nilai, dan keterampilan.
d.   Kesesuaian dengan kondisi masyarakat.
Siswa dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi pembelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembanga mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
e.    Materi pembelajaran mengandung segi-segi etik.
Materi pembelajaran yang dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
f.     Materi pembelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. Setiap materi pembelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu.
g.    Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan factor perkembangan psikologi siswa. Dengan cara ini diharapkan sisi materi tersebut akan lebih mudah diserap siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.
h.    Materi pembelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang sangat penting. Tanpa materi pembelajaran proses pembelajaran tidak dapat dilaksanakan.
Oleh karena itu, materi pembelajaran yang dipilih harus sistematis, sejalan dengan tujuan yang telah dirumuskan, terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar, mengandung segi-segi etik, tersusun dalam ruang lingkup yang logis, dan bersumber dari buku.
c.         Metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa untuk belajar proses, bukan hanya belajar produk. Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Oleh karena itu, metode pembelajaran pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. 
Menurut Sumiati dan Asra ketepatan penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi dan kondisi dan waktu[8].
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketepatan penggunaan metode pembelajaran oleh guru memunkinkan siswa untuk mencapai tujuan belajar baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Agar metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tepat, guru harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber dan fasilitas, situasi kondisi dan waktu. Penggunaan metode pembelajarandengan memperhatikan beberapa faktor di atas diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
d.        Media pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dan guru dengan menggunakan berbagai sumber belajar baik dalam situasi kelas maupun di luar kelas. Dalam arti media yang digunakan untuk pembelajaran tidak terlalu identik dengan situasi kelas dalam pola pengajaran konvensional namun proses belajar tanpa kehadiran guru dan lebih mengandalkan media termasuk dalam kegiatan pembelajaran.
Rudi Susilana dan Cepi Riyana mengklasifikasikan penggunaan media berdasarkan tempat penggunaannya[9], yaitu:
a.    Penggunaan media di kelas
Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan penggunaannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam merencanakan pemanfaatan media tersebut guru harus melihat tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
b.    Penggunaan media di luar kelas
Media tidak secara langsung dikendalikan oleh guru, namun digunakan oleh siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan media di luar kelas dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu penggunaan media tidak terprogram dan penggunaan media secara terprogram.
c.    Penggunaan media tidak terprogram
Penggunaan media dapat terjadi di masyarakat luas. Hal ini ada kaitannya dengan keberadaan media massa yang ada di masyarakat. Penggunaan media ini bersifat bebas yaitu bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau diawasi dan tidak terprogram sesuai tuntutan kurikulum yang digunakan oleh guru atau sekolah.
d.   Penggunaan media secara terprogram
Media digunakan dalam suatu rangkaian yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Peserta didik sebagai sasaran diorganisasikan dengan baik sehingga mereka dapat menggunakan media itu secara teratur, berkesinambungan dan mengikuti pola belajar mengajar tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan peralatan yang membawa pesan-pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jenis-jenis media pembelajaran sangat beragam dan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, maka diharapkan guru dapat memilih media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Selain dalam memilih media pembelajaran, guru juga harus dapat memperlihatkan penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang tidak digunakan secara maksimal juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
e.         Evaluasi pembelajaran
Lee J. Cronbach  merumuskan bahwa evaluasi sebagai kegiatan pemeriksaan yang sistematis dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dan akibatnya pada saat program dilaksanakan pemeriksaan diarahkan untuk membantu memperbaiki program itu dan program lain yang memiliki tujuan yang sama.
Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran dijelaskan oleh Harjanto evaluasi pembelajaran adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum[10].
 Dari pengertian tersebut dapat diketahui salah satu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian evaluasi menempati posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena dengan adanya evaluasi keberhasilan pembelajaran dapat diketahui. Evaluasi yang diberikan oleh guru mempunyai banyak kegunaan bagi siswa, guru, maupun bagi guru itu sendiri.
Menurut Sumiati dan Asra  hasil tes yang diselenggarakan oleh guru mempunyai kegunaan bagi siswa[11], diantaranya:
a.    Mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.
b.    Mengetahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa, sehingga dia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai upaya perbaikan.
c.    Penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan penilaian terhadap kemajuan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f.         Peserta didik / siswa
Menurut Kimble dan Garmezy sifat dan perubahan perilaku dalam belajar relatif permanen[12].
Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen dan dapat diulang-ulang dengan hasil yang relatif sama. Seorang siswa perlu memiliki sikap disiplin belajar dengan melakukan latihan dan memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri, sehingga kemampuan yang diperoleh dapat diulang-ulang dengan hasil yang relatif sama.
Herlin Febriana Dwi Prasti mengemukakan disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
Slameto menyatakan belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[13].
Dari berbagai pengertian diatas dapat diketahui bahwa siswa merupakan komponen inti dari pembelajaran, maka siswa harus memiliki disiplin belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan terbiasa untuk selalu patuh dan mempertinggi daya kendali diri, sehingga kemampuan yang sudah diperoleh siswa dapat diulang-ulang dengan hasil yang relatif sama.


g.        Pendidik / guru
Menurut Syaiful Bahri Djamarah secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat maupun di sekolah.
Guru dilihat sebagai sosok yang kharismatik, karena jasanya yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang.
E. Mulyasa (dalam Martinis Yamin dan Maisah, juga menegaskan jika semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan seorang guru.
Secara umum tugas guru adalah sebagai fasilitator, yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Menurut Suciati, dkk dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator, ada dua tugas yang harus dikerjakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua tugas tersebut sebagai pengelola pembelajaran dan sebagai pengelola kelas. Sebagai pengelola pembelajaran, guru bertugas untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sedangkan sebagai pengelola kelas, guru bertugas untuk menciptakan situasi kelas yang memungkinkan terjadinya pembelajaran yang efektif. Kedua tugas itu saling berkaitan satu dengan yang lain.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan komponen utama yang sangat penting dalam prose pembelajaran karena tugas guru bukan hanya sebagai fasilitator namun ada dua tugas yang harus dikerjakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua tugas tersebut sebagai pengelola pembelajaran dan sebagai pengelola kelas.
h.        Lingkungan tempat belajar
Lingkungan merupakan segala situasi yang ada disekitar kita. Suciati, dkk  menjelaskan bahwa lingkungan belajar adalah situasi yang ada di sekitar siswa pada saat belajar. Situasi ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Menurut M. Dalyono  juga menegaskan bahwa lingkungan itu sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosio-kultural.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat belajar adalah segala situasi yang ada di sekitar siswa saat proses pembelajaran. Jadi lingkungan fisik tempat belajar adalah segala sesuatu dalam bentuk fisik yang ada di sekitar siswa saat proses pembelajaran. Lingkungan yang ditata dengan baik akan menciptakan kesan positif dalam diri siswa, sehingga siswa menjadi lebih senang untuk belajar dan lebih nyaman dalam belajar.
3.      Pengelolaan Proses Pembelajaran
Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengelola proses belajar mengajar yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas belajar.
Menurut Sumiati dan Asra  peran guru dalam pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas siswa setidak-tidaknya menjalankan tugas utama berikut ini:
a.         Merencanaan pembelajaran, yang terinci dalam empat sub kemampuan yaitu perumusan tujuan pembelajaran, penetapan materi pembelajaran, penetapan kegiatan belajar mengajar, penetapan metode dan media pembelajaran, penetapan alat evaluasi
b.         Pelaksanaan pengajaran yang termasuk di dalamnya adalah penilaian pencapaian tujuan pembelajaran
c.         Mengevaluasi pembelajaran dimana evaluasi ini merupakan salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan
d.        Memberikan umpan balik menurut Stone dan Nielson umpan balik mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar[14]. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pemberian sikap dan kepercayaan kepada peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik dapat berjalan dengan baik.
B.     Tinjauan Pelajaran Budaya Alam Minangkabau
            Budaya Alam Minangkabau adalah salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan pada satuan sekolah dasar dan menengah pertama  yang bertujuan mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya, sehingga budaya tetap lestari dan mampu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum muatan lokal disusun berdasarkan keputusan kepala kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat No. 011.08.C.994 tanggal 1 Februari 1994 tentang kurikulum muatan lokal Sekolah Dasar.[15]
Di era reformasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan, bahwa struktur  kurikulum pada setiap satuan pendidikan memuat tiga komponen, yaitu: mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Dipertegas dalam Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Implementasinya, Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen No. 22 dan 23, mulai tahun pelajaran 2006/2007 setiap sekolah diwajibkan menyusun kurikulum sendiri berupa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sejalan dengan semangat desentralisasi pendidikan, didukung Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) penerapan KTSP diharapkan lebih implementatif dan membumi.
Muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah setempat yang perlu diajarkan kepada siswa.
Pada praktiknya, muatan lokal dipandang merupakan pelajaran kelas nomor dua dan hanya pelengkap.Sekolah-sekolah menerapkannya sebatas formalitas untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang dituangkan dalam berbagai peraturan.Kondisi demikian mengindikasikan aplikasi pengajaran muatan lokal di sekolah masih mengambang.
Budaya merupakan hasil cipta rasa dan karsa manusia yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.Alam Minangkabau merupakan sebutan orang Minangkabau terhadap tanah leluhurnya. Jadi “Budaya alam minangkabau adalah hasil cipta rasa, karsa, orang minangkabau di tanah leluhurnya yang berguna bagi kehidupannya” [16]
Mata pelajaran ini memuat hal-hal pokok tentang budaya alam minangkabau.Bahan kajian ini dipilih dan ditetepkan berdasarkan kebutuhan siswa dan masyarakat serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari melalui pertimbangan tersebut diharapkan siswa akrab dan cinta terhadap lingkungan dan budayanya.
Menurut Zulkarnaeni mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau berfungsi untuk:
a)Memberikan pengetahuan dasar terhadap siswa tentang budaya alam minangkabau sebagai bagian budaya nasional
b)   Memupuk dan menumbuhkan rasa cinta dan penghargaan terhadap alam minangkabau dalam rangka memupuk rasa cinta terhadap budaya nasional.
c)Mendorong siswa agar menghayati dan menerapkan nilai-nilai budaya alam minangkabau yang relevan dalam kehidupannya.
d)  Memberi dorongan pada siswa untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan budaya alam minangkabau dalam rangka memupuk perkembangan budaya nasional.[17]

Sedangkan menurut Ermaleli mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau berfungsi untuk:”Pelajaran budaya Alam Minangkabau berfungsi untuk melestarikan kebudayaan Minangkabau, dan sebagai filter budaya bagi generasi mendatang”[18].
Tujuan belajar pelajaran budaya alam minangkabau menurut Zulkarnaeni (2009)” Mata pelajaran budaya alam minangkabau bertujuan agar siswa mengenal, memahami, menghayati, mengapresiasi, dan menerapkan nilai-nilai budaya alam minangkabau dalam kehidupan sehari-hari”.[19]
 Berikut materi pelajaran Budaya Alam Minangkabau kelas V semester I  Sekolah Dasar sebagai berikut:
Standar Kompetensi
Kompetensi Dsar
Indikator
1.      Kemampuan memahami makna peninggalan sejarah di Minangkabau




1.1.    Mampu mendeskripsikan peninggalan sejarah (Menhir)

1.1.1.     Menjelaskan pengertian peninggalan sejarah (Menhir)
1.1.2.     Menjelaskan tentang sejarah menhir pada zaman batu
1.1.3.     Menyebutkan kegunaan menhir
1.1.4.     Menjelaskan bentuk-bentuk menhir
1.1.5.     Menyebutkan daerah-daerah yang mempunyai menhir di Minangkabau
Mengetahui balai saruang dan balai nan panjang, kegunaan balai saruang dan balai nan panjang serta perbedaan balai saruang dan balai nan panjang.


Mendiskripsikan balai saruang dan balai nan panjang
1.1.1.     Menjelaskan pengertian balai saruang
1.1.2.     Menjelaskan pengertian balai nan panjang
1.1.3.     Menyebutkan kegunaan  balai saruang
1.1.4.     Menyebutkan kegunaan balai nan panjang
1.1.5.     Menceritakan sejarah balai saruang dan balai nan panjang
1.1.6.     Menjelaskan perbedaan balai saruang dan balai nan panjang
Mengetahui dan memahami tentang prasasti dan isi prasasti kubu rajo I dan II.



Menjelaskan kubu rajo I dan II

1.             Menjelaskan pengertian prasasti.
2.             Menjelaskan isi prasasti kubu rajo I
3.             Menjelaskan isi prasasti kubu rajo II
4.             Menunjukan pada peta letak prasasti kubu rajo I.
5.             Menunjukan pada peta letak prasasti kubu rajo II. (Peta Sumatera Barat )

Macam – macam upacara adat Minagkabau

Menjelaskan macam – macam pakaian dan upacara adat minangkabau
1.1.1.  Menjelaskan pakaian adat diminangkabau
1.1.2.  Melalui diskusi kelas siswa dapa mmenyebutkan macam – macam upacara adat mingkabau
1.1.3.  Mengidentifikasi upacara yang dilaksanakan dalam masyarakat sehari – hari
1.1.4.  Mejelaskan ciri – ciri pakaian adat minangkabau
1.1.5.  Mengelompokkan jenis pakaian adat minangkabau

Macam – macam upacara adat di minangkabau

 Upacara batagak penghulu melewakan gala


2.1.1.     Menjelaskan arti andiko
2.1.2.     Meyebutkan 4 macam kamanakan
2.1.3.     Menuliskan 5 alasan batagak panghulu dapat dilakukan
2.1.4.     Menceritakan syarat – syarat cara pengangkatan panghulu/ melewakan gala 














[1] Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2001), h.26
[2]Undang-Undang SISDIKNAS No.20, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2003), Cet. Ke-1, jilid 1, h.2
[3] Udin S.Winataputra,dkk, Materi dan Pembelajaran, (Jakarta:Universitas terbuka, 2011), cet. 2: Ed 1, jilid 1, h.918
[4] Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Cahaya Prima, 2007), h. 10
[5] Udin S.Winataputra,dkk, Materi dan Pembelajaran, (Jakarta:Universitas terbuka, 2011), cet. 2: Ed 1, jilid 1, h.918
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 43
[7] Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2001), h.26
[8] Udin S.Winataputra,dkk, Materi dan Pembelajaran, (Jakarta:Universitas terbuka, 2011), cet. 2: Ed 1, jilid 1, h.918
[9] Drs.H.Abu Ahmadi, Psikologi belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2004), h.26
[10] Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran  (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), h.26
[11] Ibid, h. 26
[12] Drs.H.Abu Ahmadi, Psikologi belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2004), h.208
[13] Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2001), h.26
[14] Sumiati dan Asra, op cit, h. 7
[15] Depdiknas, Kurikulum Muatan Lokal, (Jakarta: Depdiknas, 1994), h.1
[16] Zulkarnaini, Budaya Alam Minangkabau, (Padang: Angkasa Raya, 2009), h. ii
[17] Ibid, h. iii
[18] Ermaleli. Budaya Alam Minangkabau Kelas III, (Padang: Jasa Surya, 2010), h. i
[19] Zulkarnaini, op cit, h. iii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suku banyak teorema sisa (matematika)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika pada hakikatnya adalah ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi mod...